PROLOG

12.3K 348 5
                                    

Doorrr....!!!

Suara ledakan pistol terdengar begitu nyaring di ruangan yang sudah dipenuhi oleh puluhan orang yang akan menjadi saksi sebuah pernikahan di sebuah gedung mewah dan indah itu.

Dooorrr...!! dooorrr...!!!

Berkali-kali timah panas itu menembak seorang yang berusaha menghalangi pria-pria berwajah seram dan bertubuh kekar yang masuk ke gedung tanpa ada yang berani menghalangi. Semua orang yang ada disana berlarian keluar gedung dan ada juga yang bersembunyi dibalik meja karena takut menjadi korban. Mendengar suara ledakan yang berkali-kali itu, Humaira yang kini mengenakan gaun yang begitu indah dan tergerai hingga ke lantai berlari menuju sumber suara dan didapati lelaki yang akan menikahinya sudah tergeletak bercucran darah disekujur tubuhnya dan sudah tidak ada pergerakan dari lelaki itu.

“Apa yang kamu inginkan? Tanya Dika yang sudah ditodongi pistol oleh lelaki yang bertubuh kekar berkacamata hitam.

“Membunuhmu..!!” bentak lelaki bertubuh kekar itu.

Mendengar perkataan dari lelaki yang kini menodongkan pistol di kepala sang Ayah, Humaira mempercepat langkahnya yang kini berada di anak tangga terakhir, Ia berteriak dan menangis melihat lelaki paruh baya itu ditodong pistol.

“Ayaahhh..!!” teriak Humaira pada sang Ayah. “Jangan apa-apakan ayahku..!”

Melihat gadis itu kini mendekap ayahnya, seorang lelaki yang sedari tadi menjadi penonton dalam aksi pembunuhan itu langsung berdiri dan menghampiri sang gadis.

“Tangkap gadis itu..!!” seru lelaki bertubuh kekar yang menodong dengan pistol.

“Jangan sentuh dia..!!” pekik suara dari belakang. “Tidak ada yang boleh menyentuh gadis itu..!” perintah sang bos.

“Raihan”

“Kamu..!”

seru Dika dan Humaira bersamaan. Ira terkejut dengan keberadaan lelaki yang tempo hari dia temui di panti.

“Iya, ini aku. Malaikat mautmu, Dika..!” tatapan Raihan tertuju pada Humaira yang terus memeluk ayahnya. “Dan kamu Humaira...” belum saja melanjutkan ucapannya, Dika dengan cepat memotongnya.

“Humaira, cepat pergi dari sini.!” Seru Dika yang menyuruh Humaira meninggalkan tempat itu.

“Taa.. Tapi Ayah.. Ira tidak ingin meninggalkan ayah,” ujar Ira yang kini menangis sesegukan.

“Ayah tidak apa-apa. Cepat pergi dari sini Ira” ujar Dika lagi dengan sedikit mendorong tubuh Ira.

Dengan sedikit berdebat dan dengan keyakinan dari sang ayah, Ira terpaksa meninggalkan ayahnya. Tapi belum saja berlari dari tempat itu, bahunya di genggam dengan erat oleh lelaki yang sudah mengancam ayahnya. Tentu saja itu adalah Raihan.

“Dia tidak akan kemana-mana Dika. Dia akan menjadi istriku.” Seringai lelaki itu kini menjadi menakutkan.

Humaira yang berada disana terkejut, begitu juga dengan sang ayah. Menjadi istri dari lelaki yang kini membunuh calon suaminya? Dan mengacaukan pesta pernikahannya? Dengan gampangnya lelaki itu bilang akan menikahinya? Ini sungguh gila.

Lelaki bejat..!! Andai saja sekarang aku tidak menggunakan gaun sempit ini, sudah ku habisi dirimu” batin Ira pada dirinya sendiri.

HUMAIRA (END)√Where stories live. Discover now