25. Givt

72 12 3
                                    

Aku ini guru, aku diajari oleh oranglain lalu aku mengajarkannya untuk oranglain, lantas kenapa aku yang diberi hadiah? Bukankah ia yang pantas?

-Pak Ivan-

Hari-hari berlalu seperti biasa, dan tidak ada yang istimewa. Sampai hari yang ditunggu-tunggu pun datang.

HARI GURU. Tanggal 25 November, diadakan upacara memperingati hari tersebut, ada satu diantara serangkaian acara yaitu pemberian bunga kepada guru. Tanda terimakasih atas kerjasama dan kerjakeras mereka mendidik para muridnya.

Jika yang lain ngasih bunga tentu Jasmine berbeda. Saat dimulai sampai upacara selesai bahkan seorang yang ingin ia beri sebuah givt.
Tak kunjung muncul, saat ia kembali ke kelas dan menyantap jajanannya malah orang itu keluar dari aula, apakah ia yang menyiapkan serangkaian acara untuk hari ini?

Oh tidak, Ivan terlalu mager untuk melakukan hal semacam itu. Tapi apa salahnya jika ia juga diberi hadiah. Jasmine mengambil hadiah dari tasnya, bungkusan berbentuk balok dibalut kertas yang mungkin kurang sopan bila diberikan untuk seorang guru.

Jasmine menghampiri Ivan semangat, "Assalamualaikum Pak Ivan, my dabest teacher," ucapnya sangat bersemangat

"Beneran nih, saya dabest teacher kamu?"

"Kalau gamau yauda gue pergi,"

"Yang sopan sama guru, gue gue, saya!"

"Ih kok malah bentak sih,"

"Pergi sana, ganggu urusan saya saja, saya masih sibuk,"

"Kok reaksi pak Ivan jadi kayak gini sih, emang lagi badmood? Lagi berantem ma istrinya atau gimana?"  batin Jasmine

Kalo menurut author ya kamu aja yang kurang pinter #husdiem

"Yasudah,"

"Nah begitu, pergi saja, kamu menyusahkan saya,"

Keduanya melangkah menjauh Pak Ivan menuju ruang guru dan Jasmine menuju kelasnya. Sesekali Jasmine menoleh melihat punggung yang rata itu menjauh dengan cepat.

Tak terasa bel pelajaran pertama sudah berbunyi, namun kelas Jasmine kosong karena guru yang mengampu mapel PPKn mengikuti upacara di balaikota. Tiga jam kosong itu sesuatu yang pasti sangat membosankan.

Jasmine pun memutuskan untuk shalat dhuha, sendiri berjalan di koridor sambil menatap nanar ke Pak Ivan yang sedang mengajar kelas lain.

"Kok gue sedih ya digituin padahal juga gue bukan siapa-siapa nya Pak Ivan," ucapnya lirih. Ia berjalan menatap ke lantai dan tidak fokus terhadap pandangannya dan tiba-tiba.

BUGH

"Kamu ngapain jam pelajaran keluar kelas," Ivan menatap tajam ke arah Jasmine

"Terserah saya lah, bukan urusan anda apa perlu setiap detik yang saya lalui saya laporkan ke bapak?"

"Ya ngga gitu juga, kamu bisa ngga sih bicara dengan bahasa yang lebih sopan ke guru daritadi sudah dibilangi tapi tidak nurut,"

"Tadi katanya suruh pakai 'saya' sudah saya lakukan sekarang salah saya apa?"

"Salah kamu itu--" belum selesai dengan ucapannya Ivan ditinggal oleh Jasmine.

"Hish anak itu bandel sekali, tapi kenapa dia pergi ke atas, kantor guru 'kan dibawah kalau dia mau manggil guru, trus kelas dan kamarmandi perempuannya juga dibawah, trus dia mau kemana? Lebih baik tidak usah saya pikirkan karena bukan urusan saya juga, lebih saya shalat dhuha saja," lanjutnya

Ivan mengambil wudhu di kran air sebelah ruang guru, dan langsung naik ke mushola pemandangan seperti biasa. Sepi. Belum ada yang mencintai mushola ini begitu pikirnya, karena setiap ia datang mushola tampak sepi.

Namun ia salah, saat beberapa langkah ia meninggalkan anak tangga ia menemukan seorang perempuan sedang menunaikan shalat di sisi dalam mushola, tentu ia tidak melihatnya saat baru masuk mushola.

"Akhirnya saya temukan juga murid seperti ini," ia senang karena akhirnya ia memiliki murid yang mencintai rumah Allah namun ia tak bisa melihat rupa dari murid tersebut karena ia sedang sujud.

Ia pun memutuskan mendirikan shalat dhuha, saat mencapai salam ia begitu terkejut karena melihat Jasmine sedang melipat mukena. "Apa benar seorang yang hatinya terpaut dengan masjid masih memiliki sifat seperti dia? Sepertinya tidak," Ivan bermonolog.

"Lantas mengapa dia kemari? Mungkin ia ditugaskan guru agama untuk merapihkan sarung dan mukena yang ada disini," ia bermonolog lagi, kemudian ia melanjutkan dengan dzikir dan doa. Saat melihat Jasmine sudah tidak ada dalam sapuan pandangannya, ia mulai melangkah meninggalkan mushola.

^^

Karena hari ini banyak guru yang upacara di balaikota, bagian kesiswaan memutuskan untuk menjadwalkan hari ini pulang cepat, setelah diumumkan melalui speaker terdengar suara bergemuruh serta sorak sorai terdengar dari kelas di lantai satu dan dua. Tentu itu suara para murid yang senang bukan main.

Tapi tidak dengan Jasmine, ia masih memikirkan bagaimana cara untuk memberikan hadiah tersebut kepada Ivan, sementara ia malah membuat Ivan marah kepadanya.  Akhirnya bel pulang berbunyi, ia memutuskan untuk keluar dari lingkunan sekolah, lagipula dia tidak dijemput oleh kakak atau ayahnya. Ia hanya berbincang dengan teman-temannya yang lambat laun habis karena dijemput atau naik ojol menghabiskan waktu hingga mobil Pak Ivan meninggalkan sekolah tersebut beserta dirinya. Hingga saat itu tiba. Ia masuk ke sekolah langsung menuju ke ruang guru, nahas ada Pak Mahmud disana langsung bertanya,

"Eh ngapain kamu, kok di meja Pak Ivan?"

"Ehmm, anu itu Pak Ivan tadi nitip sesuatu ke saya, trus suruh ngasih ke mejanya gitu,"

"Oh yaudah,"

"Hampir,"

Ia mengeluarkan sticky notes dan menulis sesuatu. Ia pun meninggalkan barang berbentuk balok itu di tempat yang mudah ternotice.

^^

Keesokan harinya

"Eh ini apa? Aneh banget masa' bungkusnya minnions gitu," Ivan melihat benda balok tersebut di mejanya, ia memutar mutar benda itu hingga mendapat satu jejak yaitu sticky notes. Ucapannya, "Ini dari seseorang yang mungkin hatinya belum terpaut dengan rumah Allah,"

"Apa ini dari 'dia'?"

Ivan membuka bungkus kado itu namun terhalang oleh seseorang, Bu Melani bertanya kepadanya, "Wah Pak Ivan dapat hadiah spesial dari siapa tuh Pak?"

"Ngga kok ngga ada, itu buat ulang tahun temen anak saya,"

Begitu mendapat jawaban Bu Melani langsung mengiyakan ucapan Ivan, ia memutuskan untuk membukanya di mushola. Begitu ia sampai di mushola ia langsung membukanya tanpa basa-basi tapi di sisi dalam mushola ia juga membawa tasnya untuk menjadi tempat jika hadiahnya sudah terbuka agar tidak diketahui siapapun.

Ia membukanya, dan. ADA STICKY NOTES LAGI. #authorlebay. Bertuliskan, "Maaf cuma bisa ngasih ini, udah ngajarin pentingnya olahraga buat tubuh ke saya dan pentingnya huznudzon, tabayyun dan senantiasa bersyukur, jazakallah khairan,"

Tanpa sadar seulas senyum miris terpampang diwajah Ivan, bukan ia yang mengajari tapi ia yang diajari tentang semua hal itu, ia bahkan hampir meneteskan air mata sekarang. Ia membuka hadiahnya dan woala ada tujuh buah peci dan tiga botol minyak wangi dengan ukuran sangat kecil tapi jangan salah itu semua original dari Arab.

Ia memasukkannya ke dalam tas, namun ia meninggalkan secarik kertas lagi dibawah box tempat hadiah tadi diletakkan.

-oOo-

Lama tidak update ya? Maaf fokus liburan hehe, silahkan mampir di cerita saya yang satunya.

Arrisfa

See ya, always read quran

My Secret AdmirerWhere stories live. Discover now