Adrian Tirtazayn Alvaro

321 115 73
                                    

       Hari sudah malam, cowok itu belum menghentikan aktivitasnya. Ia mendrible bola basketnya, memasukkan bola itu ke ring. Sesekali ia mengusap keringat yang mengalir dari pelipisnya.

       "Adrian, ini sudah malam lebih baik lo hentiin permainan lo sekarang!Istirahat." Cowok yang bernama Adrian itu, tidak menggubris perkataan perempuan yang tengah terduduk di atas kursi roda. Adrian masih men-drible bola basketnya.

       "Adrian Kakak minta kamu buat nge-"

       "Berisik lo!"potong Adrian.

        "Tapi Mama sama papa bakal marah sama lo, kalau lo masih main basket. Inget waktu,dri"

        "Bodo amat. Ini hidup gue!nggak usah ikut campur!"jawab Adrian, tangannya masih men-drible benda bulat itu.

        "Dri, gue mohon, hentiin permainan lo!gue gak mau ada masalah lagi dri. Kasihan mama sama papa mereka pasti capek habis pulang kerja."

        "Udah ceramahnya?"Adrian berjalan masuk meninggalkan perempuan berkursi roda itu.

      Adrian melenggangkan kakinya ke dalam kamar mandi. Mengguyur tubuh atletisnya, di bawah guyuran air shower. Setelah, lima belas menit lamanya,ia keluar dengan pinggang berbalut handuk.

      Adrian memakai kemeja hitam yang sengaja tidak di kancing, menampilkan kaos putih polos di dalamnya dan celana jeans hitam selutut. Ia lalu turun kebawah. Ia menuju rak sepatu yang terletak di bawah anak tangga rumahnya, memakai sepatu Nike abu-abu miliknya.

       "Adrian, lo mau kemana?"Adrian tidak menjawab. Ia mengambil kunci motor di laci, lalu melenggangkan kakinya ke arah pintu utama.

       "Adrian, jangan pergi nanti lo bisa kena marah mama sama pa-"teriak Nika. Kalimatnya terpotong, setelah melihat sepasang suami istri di depan wajah Adrian. Adrian melanjutkan langkahnya, tanpa memerdulikan sorot mata tajam sepasang suami istri itu.

       "Adrian kamu mau pergi ke mana!"bentak Faris.

       "Adrian, jawab pap-"Adrian melesat secepat kilat meninggalkan halaman rumahnya.

       "Anak kurang ajar!"Ririn mengelus pundak suaminya. Berusaha menenangkan amarah suaminya itu.

       "Sudah,pa."
      
                        
                                 * * *

      Adrian sampai di sebuah apartement milik dirinya, hadiah ulang tahun dari neneknya dulu. Apartement sederhana bercat dinding hitam putih, dengan sedikit sentuhan warna gold yang berkesan mewah. Bip..pintu apartement terbuka otomatis setelah adrian memasukkan passwordnya. Ia mengambil ponselnya, lalu membuka aplikasi Line.

                  

       Adrian hanya menyimak chat dari kedua sahabatnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Adrian hanya menyimak chat dari kedua sahabatnya itu. kruyuk..ia merasa lapar karena sedari tadi siang belum makan. Ia lalu membuka aplikasi Fastfood dari ponsel apple miliknya.

        Ia memesan beberapa masakan, snack ringan dan minuman bersoda. Bip..terdengar suara pencetan bel, dari luar. Benar saja kedua sahabatnya telah datang. Ia memang memberi tahu password apartement miliknya, kepada dua sahabatnya.

       "Dri..dri..Kenapa lo ngundang kita malam-malam gini?ada masalah lo, hah?"tanya Reno.

       "Nggak. Suntuk aja gue di rumah. Biasanya gue juga ngundang kalian kan?buat kesini,"sahutnya.

       "Iya, sih. Tapi kali ini beda, biasanya lo ngundang kita tuh sekitar pukul 8 atau 9 malam. Lah ini, pukul 11 malam,Dri,"cerocos Reno.

      "Udahlah,Ayam bar-bar nyerocos mulu lo!"sungut Ergi

      "Gue kan cuma nanya, kenapa lo sewot tikus got."

       "Jelas gue sewot!mulut lo udah kaya emak-emak arisan."

       "Suka-suka gue dong, mulut-mulut gue!"Ting tong...suara bel terdengar.

"Apaan sih itu. Ganggu gue lagi debat pilkada aja!" Ucap Reno kesal. Adrian melangkahkan kedua kakinya, membuka apartemen. Adrian menutup pintu apartement. Tangannya membawa dua plastik kresek pesanannya.

"Wah, Dri. Tahu aja lo,kalo kita lagi laper,"kata Ergi dan Reno serempak. Mereka lalu menyantap makanan itu dengan lahap.

                                 
                            * * *

       Adrian memarkirkan ninja putih di halaman rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 01.15. Adrian masuk ke dalam rumah, ia memang selalu membawa kunci rumahnya. Alasannya agar ia bisa pulang kapan saja, tanpa merepotkan penghuni rumah membuka pintu untuknya. Langkahnya terhenti, saat Faris menghadang jalannya. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

       "Dari mana saja kamu!jam segini baru pulang, nggak mikir besok sekolah!?"

       "Peduli apa anda atas semua urusan saya,"jawab adrian dingin.Ia melanjutkan langkahnya.

       "Adrian!kalau papa lagi bicara itu di dengerin. Adrian!"Adrian tidak menggubris ia naik ke atas, lalu masuk ke dalam kamarnya. Ia terlelap dengan perasaannya yang tengah hancur.







HOLLA FIRST STORY!JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN YA

ADRICIAWhere stories live. Discover now