Kertas Bergambar

839 50 13
                                    

HARA POV

Aku tersenyum saat melihat sebuah kertas bergambar terselip di salah satu buku lamaku. Kertas bergambar berwarna kuning cerah dan terdapat potongan berbentuk bunga disana.

Aku tersenyum, "Masih tersimpan ternyata. kukira sudah hilang"

"Mwohae?" Yoongi bergabung dan duduk di sampingku.

"Merapikan barang-barang lamaku, aku ingin memisahkan mana barang yang masih bisa digunakan dan mana yang tidak."

"Gadis yang pintar"

"Apa Oppa tau apa yang aku baru saja kutemukan? lihatlah ini" Kataku sambil mengangkat kertas bergambar di tanganku. 

Yoongi menyerngitkan dahinya, tidak mengerti. "Apa itu?" Tanyanya.

"Kertas"

Yoongi menghela nafasnya kesal, dia tidak puas dengan jawabanku. Kkk

"Baiklah. baiklah. Aku akan menceritakan sesuatu tentang kertas ini. Apa Oppa ingin mendengarnya?"

Yoongi mengangguk.

"Tapi ada satu syarat" Kataku. "Mwondae?"

"Oppa harus berjanji tidak akan marah setelah aku menceritakannya, Apa Oppa mau berjanji?"

Yoongi diam sesaat, "Aku yakin, kau pasti akan menceritakan sesuatu yang akan membuatku kesal, tapi baiklah, aku berjanji tidak akan marah" Katanya sambil mengaitkan jari kelingking kami.

Bagus. Dari mana aku harus memulainya.

"Aku tidak tau apakah saat itu tren di Korea dan di Indonesia sama atau berbeda. Tapi di sekolah dasarku, kertas bergambar seperti ini begitu di gemari semua orang. termasuk diriku.

Aku dan teman-temanku biasa membelinya di penjual luar sekolah. Saat jam istirahat, Kami akan terburu-buru keluar gerbang sekolah untuk membeli beberapa lembar kertas bergambar dengan uang jajan kami.

Tidak jarang juga kami sampai memilih untuk tidak makan siang saat istirahat hanya agar bisa mendapat kertas bergambar lebih banyak.

Setelah kami membelinya.

Aku dan teman-temanku akan bertukar kertas satu sama lain. Seperti, jika kau ingin menukar kertasmu dengan kertas milik temanmu yang lebih bagus,

Kau harus memberinya dua lembar kertas bergambar yang biasa untuk mendapatkannya."

Yoongi beralih melihat kertasku lagi, "Lalu, apa ini kertas yang lebih bagus saat itu?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

"Benar sekali. Kertas bergambar ini memang menjadi salah satu model kertas bergambar yang begitu populer saat itu. Semua orang sampai berebut untuk memilikinya.

Harganya juga bisa dikatakan sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan kertas bergambar biasa" Jawabku.

"Lalu, apa kau membelinya sendiri atau bertukar dengan temanmu?"

Aku menggeleng.

"Seorang teman memberikannya untukku. Jika di ingat lagi, temanku memberikan kertas ini saat tingkat akhirku di sekolah dasar. Dia memberikanku beberapa kertas dan ini salah satunya."

"Yeoja? Namja?"

"Namja"

Yoongi mulai memberikan reaksi tidak sukanya. "KAU!"

"Oppa. ingat! kau sudah berjanji kan untuk tidak marah."

Yoongi menghela nafasnya. "Arraseo. lanjutkan. Aku ingin mendengar ceritamu dengan lengkap." Aku tertawa kecil. Lucunya.

"Aku tidak mengingat jelas, sepertinya dia tidak hanya memberiku satu lembar kertas bergambar seperti ini atau? bukan? Ah aku lupa, tapi memang benar, kertas bergambar ini berasal darinya" Kataku.

"Ku rasa namja itu menyukaimu." Ucap Yoongi dengan nada kesal. 

"Sepertinya memang iya. Tapi mungkin saat itu aku sama sekali tidak menyadarinya. Jadi aku menerima kertas pemberiannya. 

Oppa bayangkan saja, siapa yang bisa menolak kertas yang menjadi incaran banyak orang secara cuma-cuma. benarkan?"

Aku tersenyum jahil melihat Yoongi.

"Gila. masih anak-anak saja, sudah berani ingin melakukan pendekatan dengan seorang gadis" Katanya kesal. Aku berdecak mendengar penuturannya.

"Ya! Oppa juga mendekatiku saat kita masih kecil kan?" Kataku tidak ingin kalah.

"Jujurlah, sebenarnya ada berapa banyak laki-laki yang mendekatimu saat kita berjauhan? namja si pemberi kertas tidak mungkin satu-satunya orang yang ingin mendekatimu kan"

"Ah benar. Denis yang pernah kita temui saat itu juga adalah termasuk orang yang pernah mendekatimu dulu. Aku benar-benar kesal." Tambahnya.

Aku benar-benar suka saat melihat sisi Yoongi yang satu ini. Dia terlihat begitu menggemaskan. 

"Aku tidak bisa menghitungnya Oppa. Bagaimana bisa aku mengingat berapa banyak laki-laki yang mencoba mendekatiku. Itu sulit" Kataku lalu tertawa sambil menjauh darinya.

"Heol! Ya!!" Yoongi mengejarku. "Berhenti mengejarku Oppa. aku lelah" Ucapku berhenti berlari sambil mengatur kembali nafasku.

Yoongi mencubit pipiku. "Apa begitu menyenangkan membuatku kesal hm?" Katanya. "Oppa, aku hanya bercerita kisah masa kecilku disana. kenapa Oppa sangat kesal?" Ledekku. "Masih bertanya? ingin aku mencubit pipimu lebih keras?"

Aku tertawa. "Baiklah, aku menyerah. aku tidak akan menceritakannya lagi. sekarang lepaskan tangan Oppa dari pipiku, ini sakit, kau bisa membuat pipiku semakin besar"

Yoongi melepaskan tangannya. 

"Kenapa Oppa begitu marah saat mendengar ada laki-laki menyukaiku. Bukankah itu berarti pacar Oppa ini cantik?" Ledekku lagi.

Yoongi menatapku tajam.

"Padahal Oppa juga pernah menyukai gadis selain aku saat sekolah dulu kan? Menyebalkan!" Kataku. "Dari mana kau tau soal ini?" Tanyanya.

Entah sengaja atau tidak, Kali ini akulah yang dibuat kesal oleh Yoongi. "Ya! siapapun sudah tau tentang hal itu. kau bahkan sampai mengirim sebuah surat untuknya kan! dasar laki-laki" Kataku.

"Jadi kau marah?" Tanyanya

"Bagaimana dengan Oppa? apa Oppa tidak marah?"

Yoongi memelukku, "Mianhae. itu memang kesalahanku karena sempat menyukai gadis lain. Aku bersalah. Jadi maafkan aku. Tapi aku tidak pernah menyukai gadis lain setelah itu, 

aku kembali pada gadis pertama yang aku sukai."

Aku tersenyum. Aku tau itu.

Yoongi memang kembali kepada gadis pertamanya yang di sukainya dulu.

AKU

MYG | LOVE STORYWhere stories live. Discover now