58. Pergilah dan Bahagialah

1.7K 68 3
                                    

Dio mulai menyibukkan dirinya dengan kegiatan positif untuk dirinya yaitu mengurus cafenya yang sebelumnya tidak pernah diurusnya dengan serius.

Cafe yang memang tidak pernah ramai ini sebenarnya hanya alasan yang sengaja dibuatnya agar tidak dipaksa bekerja di perusahaan milik keluarganya. Dio yang tidak suka terikat memilih membuka cafe ini,dengan menu alakadarnya, design alakadarnya. Akhirnya berjalanlah cafe tersebut dengan customer yang rata-rata pegawai sebelah cafe yang malas mencari makan jauh-jauh.

Dio mulai dengan renovasi cafe. Mengganti warna dinding dan tema cafe tersebut dengan gaya yang klasik dan tidak abal-abal seperti sebelumnya. Dia memilih warna kertas dinding ala tahun 70an, mengganti furniture yang sebelumnya ala resoran fast food dengan meja dan kursi antik.

Tidak lupa dia menambah menu yang semula hanya salad dan burger dengan menu ala Italia.

Setelah renovasi selesai,dia mengundang beberapa teman smanya untukmencoba menu baru disana.

* * *
Farrel dan Revan datang bersamaan sambil terkagum-kagum dengan design baru cafe Dio.

"Wah, mentang-mentang muka lu udah antik, sampai design cafe lu ikutan antik" kata Revan.

"Lebih antik muka lu sebenarnya Rev, jujur menurut gue ini konsep keren.." kata Farrel yang masih terpesona.

"Iya..memang keren..tapi kok rada horror ya...gimana ya..gue ngerasa ada sesuatu luka lama yang keinget kembali saat ketemu suasana gini" kata Revan tiba-tiba.

Merekapun duduk bertiga sambil menikmati hidangan yang lebih dahulu disiapkan.

"Lu masi jomblo aja Di?" kata Revan sambil mengunyah kentang goreng. Walaupun banyak hidangan tersedia di meja, entah mengapa kentang goreng tetap menjadi incaran Revan.

"Laah,katanya lu lagi pdkt sama cewek paling cantik di dunia...versi lu" kata Farrel.

"Ngapain lu bahas itu lagi?" Dio mendorong kepala Farrel.

Revan dan Farrel saling pandang lantas tertawa hingga Revan keselek kentang gorengnya sendiri.

"Lu ditolak kan?"kata Farrel sambil mengusap air matanya yang keluar karena tertawa saking bahagianya atas penderitaan Dio.

"Wah...playboy macam lu bisa ditolak?" Revan malah terpukau.

Dio menyalakan rokok elektriknya dan menghisapnya dalam-dalam.

"Gue belum ditolak" kata Dio datar.

"Terus?" tanya Revan dam Farrel bersamaan.

"Gue biarkan dia pergi agar bahagia" kata Dio tulus. Revan dan Farrel malah tertawa geli mendengar hal itu.

* * *

Denta sudah beberapa hari tidak bertemu Maggie. Dia bingung bagaimana harus menjelaskan kepada Maggie tentang semua ini. Denta juga tidak tahu bagaimana jadinya hubungannya dengan Maggie.

Denta kaget melihat koper-koper besar yang ada di kamar Maggie. Tapi hanya tatapan matanya yang penuh tanda tanya sementara bibirnya tak mampu berkata apapun.

Maggie diam,memandang Denta sejenak namun memalingkan muka saat Denta balas memandangnya.

Maggie menyerahkan surat dari yayasan tersebut kepada Denta. Denta membacanya sejenak.

"Kamu yakin mau jadi relawan disana?" kata Denta khawatir. Bagaimana mungkin anak semanja Maggie akan menetap di Bali entah sampai kapan untul menjadi relawan yang dalam pekerjaannya pasti penuh kesulitan.

"Tentu...mungkin ini udah takdirku" kata Maggie dengan senyum dipaksakan.

"Kita putus aja" kata Maggie tiba-tiba.

Denta kaget,memandang Maggie... tapi tidak mampu mengiyakan atau menolak keputusan Maggie.

My Ex-Girl is My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang