54. Perubahan (Flash Back)

1.4K 67 3
                                    

Samantha membuka matanya pelan-pelan. Rasanya begitu berat seperti telah tidur berabad-abad. Dilihatnya sekelilingnya. Tampak kantung darah yang tergantung di dekatnya. Monitor detak jantung berbunyi di dekat kepalanya.

"Apa gue sudah di neraka?" katanya dalam hati.

Tapi tempat ini terlalu bagus untuk neraka dan pastinya terlalu aneh untuk jadi surga. Tangan kirinya dibalut perban tebal dan sulit digerakkan.

Samantha mencoba bangkit, tapi rasanya tubuhnya terlalu lemah. Diperhatikan lagi sekelilingnya, ada seseorang di dekat kakinya tidur sambil duduk telungkup. Seorang wanita, dengan rambut acak-acakan dan make up yang sangat tidak karuan yaitu ibunya.

Satu sosok lagi tertidur di sofa dekat ruangan itu. Seorang laki-laki yang biasanya kasar dan begitu arogan tapi hari itu seperti kehilangan egonya, tak berdaya terbaring di sofa.

* * *

Denta kembali ke sekolah membawa kemenangan dan rasa bangga luar biasa atas pencapaiannya.

Saat upacara bendera nanti dia akan sedikit mengeluarkan pidato di hadapan para siswa. Terpikir hal konyol dan sedikit menggelitik di hatinya. Tepat saat semua isi sekolah menyaksikan, akan dia katakan bahwa semua kemenangan ini dipersembahkan untuk wanita yang sangat penting di hidupnya, yang dia harapkan ada bersamanya untuk seterusnya.

Semua siswa langsung gaduh saat Denta masuk ke kelas. Pelukan, ucapan selamat dan jitakan kasar di kepala dari teman-teman karibnya tidak dapat dihindari oleh Denta. Dalam hiruk pikuk sukacita, mata Denta masih bisa berkeliling mencari sosok Samantha tapi tidak ada tanda-tanda yang terlihat. Dilihatnya bangku Samantha yang kosong tak berpenghuni.

* * *
Denta bolak-balik di depan pintu rumah Samantha. Sudah diketuknya berkali-kali tapi tak ada jawaban. Berbekal rasa ingin tahu luar biasa dipanjatnya pagar rumah dan masuklah Denta ke dalam. Sepi dan berdebu, seakan baru saja ditinggalkan. Denta mengambil kerikil dan dilemparnya ke lantai 2 di kaca jendela kamar Samantha, tidak ada sosok siapapun yang keluar dari rumah.

Denta menunggu dan terus menunggu hingga sore datang menjemput,tapi jangankan kabar mengenai keberadaan Samantha, suara jangkrik dan anginpun enggan mendekat.

Denta beranjak meninggalkan tempat itu dengan rasa kebingungan yang tidak terkira. Tiba-tiba kakinya menginjak sesuatu. Sambil berjongkok dilihatnya benda apa itu,rupanya gelang pemberiannya tergeletak begitu saja di tanah. Denta memungutnya, tampak beberapa manik-manik tercecer kareba rantainya yang putus.

* * *

"Samantha sudah pindah ke sekolah lain, kemungkinan bukan di Indonesia" guru walinya memberi penjelasan ke Denta.

Tubuh Denta lemas,mengapa hal tidak masuk akal swperti ini terjadi hanya dalam 2 minggu kepergiaannya. Bagaimana bisa Samantha pergi begitu saja meninggalkan kebingungan di hatinya.

Dipandangnya gelang pemberiannya untuk Samantha yang kini ada di tangannya. Apa mungkin bagi Samantha dia hanya seperti gelang itu yang bisa ditinggalkan dan dibuang begitu saja sesuka hatinya.

* * *
6 bulan telah berlalu sejak kepergian Samantha. Denta menyalak sebatang korek dan melemparkannya ke arah tempat sampah. Diambilnya gelang pemberiannya ke Samantha. Setelah memandangi nya beberapa detik, Denta melemparkannya ke arah tempat samnpah. Tampak api berkobar membakar banyak hal penting yang sebelumnya berharga tapi kini terasa seperti sampah baginya. Diambilnya sebatang rokok dan dibakarnya menggunakan api tersebut. Sambil menghisap dalam rokok itu dipandanginya tempat sampah yang semakin berkobar.

Satu persatu semuanya menjadi debu, mulai dari piagam, piala hingga gelang Samantha. Semuanya terbakar hangus seperti perasaan dan juga hasratnya dalam meraih asa. Semua kini hanya debu.

* * *

Mama Samantha menggendong bayi yang masih kemerahan di tangannya. Papa Samantha memandangi bayi tersebut dengan takjub.

"Kami akan menberikan semua cinta yang tidak bisa kami berikan ke ibumu nak" bisik papanya ke telinga bayi itu.

Papa merangkul mama dan mencium kening keduanya.

"Mari kita mulai dari awal ma" ujarnya.

Mama Samantha menangis terharu. Begitu banyak kesalahan yang mereka buat, dan kini mereka akan tebus semuanya.

Samantha mengintip dari jendela kamarnya. Ini adalah pelangi yang datang setelah hujan, tapi entah mengapa luka akibat petir masih terasa sakit di dadanya.

My Ex-Girl is My BossWo Geschichten leben. Entdecke jetzt