51. Petir di Siang Bolong

1.4K 69 3
                                    

"Jelasin semuanya ke gue" kata Denta.

Samantha tidak menjawab, tidak ada yang ingin dia katakan. Tidak ada kebenaran yang ingin dia ungkapkan.

Samantha coba beranjak meninggalkan Denta. Tidak ada kata yang ingin dia ucapkan tetapi air matanya malah berbicara terlalu banyak.

Denta menarik tangan Samantha dan mendorong Samantha ke arah dinding toilet luar cafe itu.

Samantha masih saja diam, tidak mau memandang Denta tapi anehnya air matanya menetes semakin deras.

"Jawab gue apa bener yang dibilang sama orang itu" Denta terbawa emosi luar biasa. Tangannya memegang kasar lengan Samantha sampai.

Samantha mencoba menghindar dan melarikan diri dari Denta.

"Plakk"

Denta yang semakin marah memukul dinding yang ada di sebelah Samantha. Samantha memejamkan matanya mengira dirinyalah sasaran Denta.

Denta melepaskan Samantha dan duduk menyandarkan dirinya di dinding sebelah Samantha. Dia mulai menangis seperti bayi kecil yang kehilangan ibunya. Samantha yang tidak ingin melihat hal itu pergi menjauh karena jangankan menenangkan perasaan Denta. Untuk menenangkan perasaannya sendiripun rasanya begitu sulit.

* * *
Maggie dan Dio rupanya ada di dekat mereka saat itu menyaksikan semuanya. Maggie menangis sesenggukan dan Dio terdiam dalam kehampaan peraaaanya.

"Gue harus apa sekarang?" Maggie menangis sambil memukul lengan Dio.

Dio memeluk Maggie yang bagaimanapun juga adalah korban saat ini.

"Sori,gue gak tau harus bilang apa.." kata Dio tidak mampu memberikan solusi.

"Gue sayang banget sama Denta" kata  Maggie menangis makin keras.

Dio menjawab dalam hati tentang perasaanya yang juga harus dikorbankan,tentang penantiannya yang percuma.

"Lu punya dua pilihan...Pura-pura gak tahu dan menjalani kebahagian lu sendiri atau pilihan kedua lu harus mengalah untuk kebenaran" jawab Dio melepaskan pelukannya ke Maggie.

"Yang jelas apapun keputusan lu, pasti gak mampu jadi akhir bahagia untuk semuanya".

* * *
Tik..Tik..Tik... Detik jam di malam itu begitu lama.

Samantha berbaring di tempat tidurnya. Matanya belum juga terpejam. Berulangkali dia membolak-balik badannya tapi beban dipikirannya tidak membiarkan dia tidur sedetikpun.

Denta duduk di teras kamar kostnya sambil memainkan lagu dari gitar pemberian Samantha dulu. Gitar yang disimpannya di dalam gudang begitu lama, seperti rasa luka di hatinya yang disembunyikan di lubuk hati terdalam saat kepergian Samantha yang tiba-tiba. Diambilnya gitar itu dari gudang saat dia putuskan berdamai dengan masa lalunya tersebut. Tapi setelah kejadian tadi dia bingung harus diapakan gitar ini. Haruskah, disimpan kembali atau dibakar beserta dirinya sendiri. Tidak ada jawaban yang terpikirkan, hanya denting nada-nada minor yang menyeruak dalam heningnya malam itu.

Maggie duduk di depan tv. Tapi matanya tidak melihat ke arah tv. Air matanya menetes tiada henti sambil sesekali dia seperti bicara dengan anjing kecil di pangkuannya.

"Kakak sedih banget, kaka gak tahu harus gimana" kata Maggie sambil membelai bulu anjingnya dan sesekali menghapus air matanya.
"Guk..guk..guk" hanya itu solusi dari anjingnya yang bisa diberikan pada Maggie.

Dio duduk di dalam cafenya sambil menatap ke arah kaca luar. Tidak ada pemandangan apapun yang menarik perhatiannya. Cuaca dingin di luar cafe membuat jendela mengembun. Ditulisnya sebuah nama di kaca dengan jarinya "Samantha".

My Ex-Girl is My BossWhere stories live. Discover now