27. Perasaan Vs Kewajiban

2.2K 85 2
                                    

Bertemu dengan Denta adalah ibarat bom nuklir yg tiba-tiba jatuh tanpa peringatan di hatinya. Padahal naik jabatan dalam waktu 3 bulan adalah sesuatu yang benar-benar luar biasa.

Samantha ketiduran di kamarnya. Pikirannya melayang-layang. Kenangan tentang Denta berputar-putar di kepalanya. Semakin dia berpikir, kehampaan yang membuat nyeri di dadanya semakin menjadi-jadi.

* * *
Besoknya adalah jadwal evaluasi kinerja karyawan. Dimulai dari karyawan paling teladan hingga yang paling tidak kompeten. Nama Denta masuk dalam daftar kurang kompeten. Samantha membaca laporan mengenai absensinya yang parah. Dalam seminggu tercatat paling sedikit terlambat 2  kali.

Supervisor menghampiri Denta.
" Den, giliran lu di evaluasi tu, buruan masuk" kata Kang Herman.

Denta menelan ludah, bukan takut dipecat tapi ada rasa tidak nyaman yang mendalam jika harus bertatapan langsung dengan Samantha yang namanya berusaha dikubur dalam-dalam tapi tiba-tiba muncul ke permukaan karena takdir.

"Tok... Tok... Tok" Denta mengetuk pintu pelan.
"Silahkan masuk" kata Samantha yang pura-pura membaca file.

"Silahkan duduk" kata Samantha tanpa melihat ke arah Denta.

Samantha menarik nafas, mengawali perkataannya.
" To the point aja ya Bapak... " Samantha pura-pura lupa nama Denta dan membaca file lagi.
" Bapak Denta, dari segi kinerja sebenarnya tidak ada masalah,  tapi dari segi absensi agak mengkhawatirkan,  terakhir Bapak absen karena apa ya? Disini saya tidak menemukan keterangan yang jelas" kata Samantha serius.

"Maaf Pak.. Eh maaf mbak.. Eh sori Buk maksud saya" Denta salah ucap kareba saking groginya.

" Waktu itu saya sakit" kata Denta.

"Bisa anda jelaskan yang lebih spesifik" kata Samantha.

"Saya terkena gangguan pencernaan" kata Denta agak malu. Samantha mengerutkan dahi, masih tidak paham.

"Saya diare" kata Denta pasrah

"Tapi anda tidak menyetor surat keterangan dokter ke saya" kata Samantha.

"Maaf buk, saya tidak pernah ke dokter kalau cuma diare" kata Denta.

Samantha terdiam sejenak, sambil mebolak-balik buku tata tertib perusahaan.

" Sesuai aturan di perusahaan kita, jika anda sakit tanpa surat keterangan dokter maka akan dihitung sebagai libur tanpa keterangan,  jadi untuk gaji anda bulan ini akan dipptong sesuai aturan yang berlaku" kata Samantha sambil memainkan pulpen di tengannya.

"Pluk" tiba-tiba pulpennya jatuh tepat mendarat di kaki Denta.

Denta dan Samantha bersamaan reflek berusaha mengambil pulpen itu.

"Aduh" kepala mereka berbenturan. Denta buru-buru mengambil pulpennya dan memberikannya kepada Samantha.

"Maaf buk, saya tidak sengaja" kata Denta saat Samantha sudah kembali ke tempat duduknya.

My Ex-Girl is My BossWhere stories live. Discover now