Bab 37

18.3K 1.1K 42
                                    

Prang!!

Sherin terperanjat, bahkan kotak makan yang di pegangnya terjatuh begitu saja. Bentakan Al barusan membuat Sherin takut.

"Ma-maaf."

Al geleng-geleng kepala tak habis pikir, bagaimana bisa, orang yang paling di sayanginya menutupi semua ini. Bagaimana bisa, hanya dirinya yang tak tahu.

"Lo tau gimana rasanya jadi gue? Lo gak tau segimana berdosanya gue? Lo gak sedih liat nyokap lo yang gue kasarin?"

"Dia nyokap lo juga, Kak."

Al tertawa sumbang, cowok itu menghapus air matanya. Kalut? Mungkin, Al kalut untuk saat ini.

"Mau sampe kapan lo sembunyiin ini dari gue? Kalau tadi gue gak mimpi, gak mungkin gue tau sekarang. Gue merasa bego banget jadi kakak. Gue bego banget jadi anak!"

"Kak! Lo gak boleh hina diri lo kayak gini."

Sherin sesegukan, dia tidak tega melihat Al yang hancur begini.

Hancur? Ya, itulah kata yang mewakili hati Al kini. Hatinya hancur, bersama jiwanya. Bagaimana tidak, membayangkan bahwa selama ini dirinya hidup dalam kebohongan sudah menyayat hatinya. Selama belasan tahun Al hidup, bagaimana bisa dia tak menyadarinya?

Drrrttt. Drrtttt.

Ponsel Sherin bergetar, ada panggilan masuk dari Kezia. Ah iya, Kezia kini sedang berada di rumah sakit, sendiri. Semalam Kezia datang menemani Sherin. Sementara papanya kini sudah pergi lagi, untuk mencari sarapan.

Sherin menerima panggilan masuk dari Kezia, di sambut dengan nada panik milik gadis itu.

"R—Rin."

"Kenapa?" Suara Sherin yang tak kalah panik membuat Al menoleh ke arahnya.

"Nyokap lo kritis la—"

Deg!

Pening, semua terasa berputar di kepala Sherin. Suara Kezia di telpon tak lagi terdengar, rasanya Sherin ingin mati saja. Dia belum siap di tinggal oleh Mamanya.

"Rin, kenapa?"

"Rin?"

Sherin terdiam, bak patung yang mati. Tubuhnya membeku, panggilan Al di acuhkannya. Lebih baik Sherin mengakhiri hidupnya kalau sampai kabar duka itu sampai ke telinganya.

"Sherin!"

Air mata Sherin meleleh, gadis itu sudah sadar dari keterpakuannya, buru-buru dia menatap ke arah Al dan benghambur memeluk Al, "Mama kritis, Kak," kata Sherin, lemah.

Air mata Al kembali menetes, cowok itu buru-buru menghapusnya, kemudian menggandeng Sherin masuk ke dalam mobil. Sherin memberikan kuncinya, menurut saja. Bahkan cewek itu tak peduli dengan Al yang melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Yang terpenting dirinya dan Al sampai di rumah sakit.

~Alando~

"Sherin!"

"Mama, Zi."

Sherin langsung memeluk Kezia, sesegukan di bahu cewek itu.

"Lo tenang ya, berdoa. Dokter lagi berusaha yang terbaik," Kezia menghapus air matanya, tangannya mengelus punggung Sherin. Matanya melirik Al yang sedang duduk di kursi dengan tangan yang menutupi muka. Senyum Kezia terbit, setidaknya cowok itu datang, walau terlambat sekalipun.

"Gu—gue takut, Z—Zi."

"Jangan berpikir aneh. Semua udah kehendak Yang Di Atas. Lo harus bisa nerima, apapun hasilnya," Kezia berusaha menenangkan, walaupun hatinya bersedih, Kezia tetap berusaha tegar, seperti dirinya yang biasa. Dia harus bisa menenangkan Sherin. Karena Kezia sudah terbiasa di tinggal. Dan Kezia tau betapa sakitnya itu.

Alando (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now