Bab 36

18K 1K 29
                                    

"MAMA!"

Al terbangun dengan keringat dingin yang mengalir deras, jantungnya berdegup kencang. Sangat kencang sampai Al merasa kecepatan detak jantungnya mengalahkan kecepatan cahaya.

Mata Al mengedar ke sekeliling, ini kamar yang dia tempati selama hampir sebulan. Mimpi tadi terasa sangat nyata, sampai-sampai Al mengira yang tadi itu bukan mimpi.

Bruk!

"Setan! Lo ngapain teriak malem malem?"

Al mendengus kasar, cowok itu kembali melemparkan bantal Vino pada sang pelempar. "Sono balik!"

"Udah numpang, gak tau diri lagi. Monyet lo, onta!"

Al tidak peduli dengan racauan Vino. Sekilas info, Vino itu sahabat Al semasa SMP. Al selalu menginap di rumah Vino setiap akhir pekan, juga ketika Al sedang bermasalah dengan Papanya.

Al membuka laci nakas, mengambil lipatan kertas yang tadi sore di berikan oleh Kezia. Al menyempatkan diri untuk melihat jam dinding, 03.40. Masih sangat pagi. Al ingin tidur lagi tapi tak bisa, jadi dia lebih memilih membaca tulisan rapi milik Kezia.

Penyesalanku

Aku orang yang paling merugi di dunia.
Orang yang telah menyia-nyiakan semua karunia.
Waktu yang ku punya seakan terus habis termakan usia.
Diiringi batu karang yang perlahan terkikis di luar sana.

Apakah aku masih bisa di sebut anakmu, bu?
Apakah aku pantas menjadi anakmu, bu?
Apakah aku bisa menutup semua lukamu?
Tak henti aku bertanya diatas pusaramu...

Ingin rasanya aku memutar balik waktu.
Kuhapus tetesan air matamu.
Kuubah raut wajah dukamu menjadi senyum kebahagiaan.
Andai aku bisa duduk berdampingan denganmu, bu.
Denganmu yang kini tak lagi di dunia.

Dulu aku di timangmu, bu.
Rela berkorban apapun demi hidupku.
Namun apa yang kau dapatkan?
Anak durhaka yang tak pantas hadir di hidupmu.

Perkataan kasar yang aku lontarkan padamu.
Membentak, memaki, memarahimu seakan menjadi kebiasaanku.
Mengeluarkan semua emosiku.
Menjadikanmu pelampiasan atas amarahku.

Aku ini anak tak tahu diri, bu.
Anak yang selalu menangisi kepergianmu.
Anak yang terus menyesal setiap waktu.
Aku pantas di hukum Ya Tuhan!

Bu...
Yang bisa ku lakukan hanya terus mendoakanmu.
Aku sungguh meminta maaf kepadamu.
Aku sangat menyesali perbuatanku.
Aku harap kita bisa bersama-sama di alam sana.
Walau perbuatan burukku, tak akan tertebus oleh apa-apa.

Sekedar info, puisi ini emang bukan buatan gue. Tapi gue harap setelah lo baca, lo sadar dan bisa lihat segimana besar rasa sayang tante Mila ke lo. Dan juga bisa buat lo sadar, bahwa gak ada yang abadi di dunia ini. Eh btw, puisinya menyentuh, gue nangis lho baca ini:)

Seperti di tampar oleh kenyataan, Al merasa ada sesuatu yang salah. Cowok itu mencoba mengingat-ingat mimpi tadi, lebih tepatnya tentang ucapan mamanya.

"Kotak sepatu Mama."

"Kertas lusuh."

Hanya dua kalimat itu yang Al ingat sebelum Mamanya menghilang begitu saja. Al masih tak mengerti dengan ucapan mamanya. Tapi Al rasa dia harus pulang kini. Al akan pulang saat matahari terbit nanti.

Al membuka laci, mengambil ponselnya yang sudah hmpir dua minggu tak di aktifkannya. Al mengambil memori card dan kartu sim-nya, kemudian membuang ponsel itu di tempat sampah.

Alando (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now