Bab 20

23.5K 1.3K 50
                                    

"Hari ini lo mau ulangan kan?"

Kezia mencium punggung tangan Abangnya, kemudian mengangguk sambil tersenyum.

"Inget pesan gue, mau ulangan itu baca do'a, do'a, do'a. Makan biar konsen. Minum Aqua biar fokus. Belajar jangan lupa. Nakal boleh, bego jangan."

Kezia tersenyum dan mengangguk patuh. Setelahnya Kezia melambaikan tangan dan masuk ke sekolah nya.

Kezia tersenyum kecil mengingat sekelebat kenangan yang melintasi otaknya. Ya, Kahfi akan selalu seperti itu jika Kezia akan ujian. Sama seperti sekarang, Kezia akan ujian di mata pelajaran Biologi. Biasanya abang Kezia akan mengucapkan pesannya. Tapi kini, ucappan itu tak akan pernah Kezia dengar lagi.

"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya."

Kezia menatap kearah Bu Dian, guru biologi yang terkenal garang itu baru saja memasuki kelas.

"Wa'alaikumsalam, pagi Bu." jawab murid kelas Kezia, serentak.

"Seperti yang sudah ibu umumkan minggu lalu, hari ini kita ujian."

Terdengar desahan malas dari murid kelas Kezia.

"Dih, bu. Ibu gak bilang kalau mau ulangan. Saya belom belajar ni."

Kezia memutar bola matanya. Kezia tahu, perkataan Rion tadi hanya alibi agar ulangan Biologi diundur.

"Barusan ibu kasih tau kan? Jadi kamu udah tau dong? Jangan bilang kamu gak denger, apa perlu ibu umumkan di pusat informasi sekolah?"

Sayangnya, Bu Dian terlalu pintar untuk di bodohi. Entah Bu Dian yang terlalu pintar, atau Rion yang kelewat bodoh.

Setelah Bu Dian menyuruh separuh muridnya untuk keluar dan yang didalam bersiap untuk ulangan, Kezia mengeluarkan alat tulisnya. Di meja sebelah barisannya. Dhea terlihat santai sambil mengisi soal-soal itu.

Hampir empat puluh lima menit waktu berlalu. Sebentar lagi, waktu ujian selesai. Kelas Kezia yang tadinya hening mendadak terdengar bisik-bisikkan dari teman-temannya. Kezia melirik Dhea, gadis itu tampak berpikir keras.

"Psstt, psstt, Zi!"

Kezia menoleh kearah kirinya saat mendengar desissan itu. Zacki, memanggilnya. Mata Zacki secara bergantian menatap Kezia dan Bu Reni dimeja guru.

"Nomor delapan apa?"

Kezia melirik sekilas bu Reni. Kemudian menatap soal ujiannya. Nama latin tumbuhan paku. Mata Kezia beralih melihat jawaban, namun nomor delapan belum terisi. Mata Kezia kembali melirik bu Reni, lantas menatap Zacki.

"Belum, pelajaran semester lalu, njir!"

Zacki mendengus, "Kebiasaan tu guru, ngasih soal ngejebak!"

Kezia menghela nafasnya. Hanya tersisa nomor delapan yang belum diisi. Beruntung Kezia tidak bodoh-bodoh banget di mata pelajaran biologi.

"Lima menit lagi ya."

Kelas mendadak heboh dari sebelumnya. Kebanyakan teman kelasnya mulai berbisik-bisik dengan tidak sabar. Mengingat waktu tinggal sedikit lagi.

Kezia melirik Dhea disamping barisannya. "Psstt, Dhe."

Dhea tak menoleh. Kerutan di keningnya masih terlihat jelas. Kentara betul bahwa cewek itu sedang berusaha keras. Karena Kezia tahu, Dhea bercita-cita menjadi dokter.

"Dhea." bisik Kezia. Dhea menoleh, "Nomor delapan apa?"

Bergantian, kini mata Dhea melirik Bu Reni dan beralih lagi pada Kezia, "Justru itu, Zi. Gue belom, lupa anjir. Pelajaran kelas sepuluh dibawa-bawa. Gila kali tu guru!"

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang