Bab 34

18.6K 1K 0
                                    

"Jadi, lo putus?"

Kezia mengangguk sambil sesegukan, cewek itu kini sedang meringkuk di atas kasur dengan ponsel di telinganya. Bahkan Kezia tak peduli saat Dhea di ujung telepon sana tak tahu jawabannya.

"Jujur nih, Zi. Lo itu emang cewek jahat pake banget, bodoh dan bego banget, gak punya hati. Gue kasian sama Kak Daffa. Kenapa dia bisa suka sama cewek bodoh dan bego, gak punya hati dan jahat kayak lo, heran gue!"

Kalau bukan teman, rasanya Kezia ingin melempar Dhea ke luar bumi sekarang juga. Seenaknya menghina Kezia seperti itu, ya walaupun semuanya fakta. Tapi hati Kezia sakit cui!

"Mulut lo perlu gue jait keknya." di ujung telepon sana terdengar kekehan suara Dhea.

"Tapi gue lebih kecewa lagi, saat tahu lo udah jadian bahkan putus hari ini. Astaga, hampir sebulan lho kalian pacaran. Masa iya gue baru tau. Tapi nggak papa sih, yang penting gue udah tau."

Kezia memutar bola matanya malas, curhat ke Dhea itu tidak ada faedahnya. Jujur saja, Kezia sedang curhat seperti ini, Dhea malah membicarakan apa, bukannya menenangkan Kezia. Dasar teman laknat!

"Yaudah biarin aja, Zi. Mungkin itu yang terbaik bagi kalian berdua. Mending udahan, dari pada Kak Daffa lo jadiin pelampiasan terus, kan sakit."

"Cot ah!" lagi dan lagi Dhea terkekeh di ujung telepon sana.

"Udah ah, cengeng lo! Nangis mulu. Bahas yang lain ah!"

Kezia mengusap air matanya, "Iya sih, gue juga capek."

"Btw, gue udah denger tentang tante Mila dari Kak Anna. Kita gak ada niatan buat jenguk?"

"Kalau masalah jenguk, gue sih udah, sering malah. Kalau mau kalian aja, gue masih punya janji ama Tante Mila."

Dhea menghela nafasnya, "Yaudah deh, semoga berhasil bujuk my brother lup-lup Al, semangat!"

Kezia menatap malas layar ponselnya, Dhea sudah mematikan sepihak telpon mereka sejak sepuluh detik lalu! Kezia tau, pasti Dhea ingin menelepon Reza, pacarnya itu!

Kezia menghela nafasnya pelan, jam masih menunjukkan pukul tujuh malam. Kezia bangkit berdiri dari kasurnya, berjalan menuju balkon kamar dan duduk di kursi balkon. Matanya melirik halaman rumahnya, lantas beralih pada ramainya kendaraan yang lewat.

Malam ini malam minggu. Biasanya Daffa akan mengajak Kezia jalan atau tidak menelepon Kezia hingga larut malam. Tapi kini tidak. Daffa tak pernah menghubungi Kezia dalam sehari ini.

Kezia menatap langit yang kelam, suara guntur terdengar seolah-olah sedang bersaut-sautan di atas sana. Kezia kembali bangkit dari duduknya dan turun ke bawah. Ruang tamu sedang ramai, di isi oleh teman-teman Kevin. Memang teman-teman Kevin itu gembel, main saja menumpang terus di rumah Kevin!

Kezia duduk di atas sofa ruang keluarga yang langsung menghadap televisi. Sementara Kevin dan teman-temannya di pojok ruangan, sedang bermain ps di televisi lain. Kezia memperhatikan orang-orang yang tertawa gembira itu. Ada Rafa dan Azka yang sedang bermain ps, Kevin dan Salma yang saling mendukung juga Angga dan Rivan yang mengecoh mereka.

Hanya Sherin yang tak ada, mungkin masih menemani mamanya yang tak kunjung sadar. Omong-omong tentang Sherin, Kezia jadi teringat janjinya pada cewek itu. Besok Kezia berjanji akan menemui Al. Tapi besok itu minggu. Yasudah, nanti hari senin.

Kevin dan teman-temannya kembali tertawa, entah mengapa, tapi kini suasananya menjadi riuh dan ramai. Sayangnya Kezia tetap merasa sepi.

Bahkan di keramaian ini Kezia merasa sepi.

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang