Bab 15

25.1K 1.3K 27
                                    

Kezia terbangun dari tidur nyenyaknya. Gadis itu tersentak saat melihat pandangan disekitarnya. Dipenuhi dengan pohon pohon. Tangannya menyentuh dinginnya sesuatu. Kezia melihat kebawah. Tanah.

Kezia segera beranjak dari duduknya. Kedua tangannya menepuk-nepuk celananya yang kotor. Lantas kembali menatap kesekeliling. Seluas mata Kezia memandang, hanya pepohonan lebat yang terlihat.

Kezia melangkahkan kakinya ke sembarang arah. Terus berjalan mengikuti kemana kakinya melangkah. Dan matanya memperhatikan sekeliling.

"Gue dimana sih?" tanya nya, mulai bingung. Karena sedari tadi berjalan, Kezia tak menemukan jalan keluar.

Kezia mulai kelelahan, gadis itu mendudukkan dirinya diatas akar pohon yang besar. Peluh bercucuran mulai berjatuhan. Kezia lelah sekali.

"Tadi tu gue dikamar, tidur. Terus bangun kenapa bisa sampe disini si?"

"Nanti kalau misalnya gue gak nemu jalan keluar. Terus kejebak disini dan ada hewan buas gimana?"

Membayangkannya saja membuat Kezia merinding sendiri.

Ya kalian bayangkan saja, ada seorang gadis terjebak dihutan yang luas dan tak tahu jalan keluar.

Mata Kezia mulai berair. Dihutan ini tidak ada siapapun selain dirinya. Dan hari sudah senja.

"Bang Kahfi, Bang Kalvin, Kevin, Kezia takut."

Kezia menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. Pasrah akan hidupnya, karena kemungkinan adanya orang dihutan ini selain dirinya sangatlah kecil.

"Kezia..."

"Kezia..."

Perlahan, tangannya terbuka, memperlihatkan wajahnya yang kini berantakan. Tangan mengusap mata, memperjelas penglihatannya.

"Kezia..."

"Kezia..."

Suara berat dari seorang lelaki dan suara lembut dari seorang perempuan sedari tadi terus memanggil namanya. Kezia memutar penglihatannya, mencari darimana sumber suara itu. Namun tak ditemukannya.

"Kezia..."

"Kezia..."

Tunggu, samar-samar Kezia kenal dengan suara familiar ini. Kakinya melangkah menuju asal suara. Dan suara itu semakin terdengar jelas. Kezia terus berlari, bahkan gadis itu mempercepat larinya. Kakinya berlari kearah cahaya berwarna putih.

Gadis itu tak tahu mengapa dirinya berlari seperti ini. Dan mengapa tujuannya ke cahaya putih itu, Kezia tak tahu jawabannya.

Cahaya putih itu semakin dekat dan kaki Kezia semakin kencang berlari, hingga dirinya masuk ke cahaya putih itu. Dan silaunya membuat Kezia menutup matanya.

Tiga detik berikut, Kezia membuka mata. Matanya membulat saat pemandangan didepannya berubah. Kezia lagi dan lagi tak tahu kenapa dirinya bisa sampai di hamparan rumput hijau yang luas.

Tak ada lagi pohon-pohon besar. Tak ada lagi tanah lembab yang dingin. Tak ada lagi suasana yang gelap. Kini, tanah itu berganti rumput hijau, suasana gelap berganti terang dengan beratapkan langit biru, padahal tadi hari sudah senja. Pohon-pohon besar tadi menghilang. Kezia merasa familiar dengan tempat seperti ini.

"Kezia."

Suara wanita lembut yang tadi memanggilnya terdengar kembali. Diikuti suara berat beberapa orang lelaki yang terdengar sangat familiar ditelinganya. Kezia membalikan badan. Seketika, mata gadis itu membulat.

Didepannya kini, nampak ayah dan bundanya sedang tersenyum kearahnya. Juga ada dua abangnya dan satu kembarannya sedang melambai ke dirinya. Mereka duduk diatas tikar, seperti sedang piknik.

Alando (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang