Bab 8

28.9K 1.5K 67
                                    

"Masuk dulu Al."

"Nggak usah, langsung pulang aja."

"Lo basah gitu Al, hujannya juga masih deres, nanti kalo lo kenapa-napa dijalan gimana?"

"Lo khawatir?"

"Eh? E–Enggak, ngapa—"

"Canda." katanya, kemudian turun dari motor besarnya.

Kezia menuntun Al menuju ruang tamu rumahnya.

"Lo duduk sini dulu, gue kedalem bentar."

Al mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, banyak foto keluarga terpasang disana, ada juga foto Kezia sendiri. Mata Al kini terarah kepada sebuah foto anak kecil yang sedang menampilkan sederafan giginya, memeluk boneka panda yang besarnya melebihi tumbuh anak kecil manis itu, dan tangan kanannya membentuk huruf 'V'. Al yakin, itu pasti Kezia.

Pandangan Al teralihkan pada foto sebelahnya yang menampakan Kezia sedang digendong dipunggung cowok. Al pernah beberapa kali bertemu dengan cowok itu.

Pertama saat, Al mengantar Kezia pulang dimalam saat tangan Kezia terluka. Dan beberapa kalinya disekolah. Dia cowok yang dicium pipinya oleh Kezia.

Dia pasti abang Kezia.

Kezia datang, dengan handuk dan pakaian ganti lalu diberikannya pada Al. Kezia duduk disebelahnya. Tangannya terangkat, menunjuk pintu putih didekat tangga.

"Itu kamar tamu, lo mandi disana sekalian ganti baju, biar nggak masuk angin."

Al mengangguk mengerti, kemudian berjalan kearah pintu yang ditunjuk Kezia tadi.

Selama menunggu Al selesai ganti baju, Kezia membuatkan secangkir teh panas untuk menghangatkan badan cowok itu. Sebenarnya dia enggan, namun ada baiknya juga dia membuatkan Al secangkir teh hangat. Pikirnya 'kapan lagi doi main kerumah pas hujan, eh gue buatin teh anget'.

"Buat gue ya? Makasih lho."

"Issh, apa sih Bang." katanya.

"Eh, ambilin handuk sama pakaian ganti lho deh, buat Hanna."

Kezia berhenti mengaduk-aduk teh buatannya, "Ada Kak Hanna?"

Dan satu kali anggukan dari Kahfi sudah berhasil membuat Kezia tersenyum.

"Lo lanjutin buat tehnya, buat Kak Hanna, sekalian buat gue, hehe." Kezia nyengir kuda, "kalo yang ini--" Kezia menunjuk teh buatannya, "--jangan diapa-apain, apalagi lo minum. Kalo sampe lo minum, gue marah, tujuh hari, tujuh malem, tujuh tahun!"

"Bawel lo, udah sono pergi!"

Kezia berlari kecil menuju kamarnya dilantai dua. Gadis itu mengambilkan baju serta celana untuk Hanna. Tak lupa juga dia mengambil handuk dan kembali turun kebawah.

"Kak Hanna." Kezia nyengir.

Hanna menoleh dan tersenyum, "Hai, Kezia sayang."

"Nih, gue bawain baju ganti sama handuk. Lo mandi dan ganti baju dikamar gue aja"

Kening Hanna mengkerut, karena biasanya jika gadis itu kehujanan, selalu mandi dikamar tamu.

"Kamar tamu aja kali, deket." katanya.

"Eh jangan, kamar tamu ada doi, hehe." gadis itu nyengir kuda.

Alis sebelah kiri Hanna terangkat, kemudian senyumnya mengembang, "Oh, cowok yang lo ceritain itu."

Dan satu kaki anggukan berhasil menjawab pertanyaan Hanna.

Beberapa hari lalu, saat Hanna main kerumahnya, Kezia memang sempat menceritakan tentang cowok yang dia suka kepada Hanna. Entah mengapa rasanya bercerita kepada Hanna lebih mudah dibanding kepada ketiga abangnya. Jadi wajar saja jika Hanna tahu soal Al.

Alando (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now