[31] Jam istirahat

620K 44.7K 1.1K
                                    

WARNING!!!
Jangan mau jadi silent reader!! Untungnya buat kamu apa? Hargailah karya author dengan memberikan voment. Lagian vomentkan gratis nggak mesti bayar. Sebuah voment itu memiliki arti tersendiri bagi penulis.









Begitu bel pertanda istirahat berdering Mika lantas melangkahkan kaki menuju kelas 12 berada, ke siapa lagi kalau bukan kelas Angkasa.

Tanpa salam atau apapun terlebih dahulu, Mika menyelonong masuk begitu saja melewati pintu kelas.

"Ck. Nggak punya sopan santun banget sih. Heran Gue si Angkasa mau sama  Dia." Ujar seorang Cewek dengan menatapnya tak suka.

Mika mengabaikannya toh tujuan utamanya bukan mau cari ribut. Ia melangkah menuju meja tempat duduk Angkasa.

"Sa." Mika menggoyangkan bahu Angkasa karena posisinya Angkasa sedang menidurkan kepala diantara kedua tangannya.

"Hmm?" Angkasa mendongak tampak wajah bangun tidurnya ketara sekali.

Mika terheran-heran. "Tumben-tumbenan Lo tidur dikelas."

Angkasa berdecak. "Gue juga manusia kali."

"Kak Boby mana?"

Angkasa mengedikan kedua bahunya tanda tak tahu.

"Makan yuk." Ajak Mika.

"Males."

"Lo kan tadi nggak sarapan. Ayo ih." Bujuk Mika.

"Lagian Gue udah cape-cape naek tangga buat ngajak Lo makan masa Lo tolak sih, nggak ngehar__

"Yaudah ayok." Potong Angkasa.

Mika nyengir lalu bangkit dari duduknya dan berpindah ke samping tubuh Angkasa.

Angkasa meraih tongkatnya dibantu dengan Mika.

"Udah?"

"Gak usah kaya gitu, Gue cuma patah tulang bukan lumpuh." Ujar Angkasa.

Mika tak memperdulikannya dan malah membantu Angkasa berjalan dengan cara memapahnya.

"Gue yang bikin Lo kayak gini jadi Gue harus tanggung jawab."

Angkasa berdecak. "Mulai lagi."

Saat menuruni tangga Mika memapah Angkasa secara perlahan.

"Kalo kek gini kapan nyampe kantinnya. Udah deh nggak usah bantuin Gue, Gue bisa jalan sendiri."

"Diem deh. Heran orang mah seneng di rangkul cecan."

"Cupang Lo kok ilang?" Tanya Angkasa ketika melihat leher Mika tak terpampang lagi mahakaryanya.

"Bisa dong."

Karena posisinya Mika yang merangkul pinggang Angkasa otomatis tubuh mereka saling menempel. Angkasa menyibak sebelah rambut Mika yang menghalangi lehernya kebelakang.

"Anjir beneran ilang."

Mika tertawa. "Jangan norak. Sekarang teknologi canggih."

"Mau Gue bikinin lagi nggak?" Bisik Angkasa ditelinga Mika.

"Bacot anjir."

Angkasa terkekeh.

Begitu mereka akan melewati lapangan langkah Angkasa terhenti. Ia menatap lapangan basket yang sedang ramai-ramainya karena ada seleksi tim nasional.

Mika yang tahu perasaan Angkasa, menggenggam lengan Angkasa dengan erat.

Dan inilah alasan terbesar Mika menyuruh agar Angkasa bolos.

Married With SeniorOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz