Rindu

9.1K 392 19
                                    

Perlahan tapi pasti,Cassie mulai membuka matanya.

Matanya terasa silau untuk menerima banyak silaunya cahaya.

Nafasnya mulai netral,indera pengelihatannya pun juga.

Ia memutar matanya untuk melihat sekitar,dan objek pertama yang ia dapat adalah Resha,Mamahnya.

"Ma"panggil Cassie dengan nada lirih.

Mamahnya yang setia menunggu Cassie bangun pun langsung menoleh dengan perasaan senang. Senang karena anak gadisnya sudah terbangun dari sesi pingsannya.

"Iya sayang,Mamah disini. Kamu gapapa kan?"

Bibir Cassie mulai tertarik sedikit demi sedikit ke atas,menandakan bahwa ia sedang mencoba untuk tersenyum.

"Cassie liat Alex dimall Mah"ucap Cassie tanpa berbicara panjang lebar,ia tersenyum menutupi kesedihan dihatinya.

Rindu,

Ia tak tahu harus berkata apalagi untuk mengungkapkan rasa itu. Terlalu berat untuk menjelaskannya,cukup ia yang tahu.

Mata Resha yang tadinya cukup melebar karena kaget berubah menjadi sendu.

"Bener?"tanya Resha.

Cassie tersenyum perih sembari memberi anggukkan,lalu matanya segera berkaca kaca dan menjatuhkan berbulir bulir air mata.

Ia tertawa,pedih.

"Terus gimana? Alex juga ngeliat kamu ngga?"

Isak tangisnya semakin mengeras,luka dihatinya semakin melebar mendengar pertanyaan dari Resha sekaligus mengingat kejadian tadi pagi dimana ia melihat Alex.

Ia menggeleng sambil mengusap pipinya yang dibasahi air mata.

Untuk saat ini ia lebih memilih untuk diam dan menyendiri.

Sekarang ia mulai merasa kalau keputusannya salah,tapi ia juga membenci Alex.

Satu kesalahan besar Cassie yang harus kalian tahu,mengganti posisi Alex dengan adanya Patrick. Entah harus apa ia sekarang.

"Mah"panggil Cassie.

"Ya?"

"Cassie pengen sendirian"ucap Cassie,senyum Resha pun perlahan mulai memudar melihat air muka Cassie yang berubah.

Dengan sesegera mungkin,Resha pun memberi anggukan dan pergi.

Setelah Resha pergi,air mata Cassie yang berjatuhan pun semakin menderas. Ia terus berfikir apa yang harus ia lakukan.

Ia sungguh bingung dengan keadaan yang ia dapat sekarang.

Air mata Cassie berjatuhan seperti tiada usainya.

Ia sungguh merasakan rindu yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata kata.


**

Tuut Tuuttt Tuuttt


Bunyi sambungan telepon yang terputus berbunyi serentak dengan bunyi hentakan kaki seorang gadis bertubuh kecil dan pucat.

Bibirnya berkedut memperbanyak getaran serta ia berjalan dengan kakinya yang juga bergetar,ia mencoba untuk memperkuat benteng yang ia buat untuk membentengi hatinya.

Sampai akhirnya sepasang kakinya sudah berhasil berpijak didepan sel penjara.

Kedua wajah pun saling berhadapan sekarang,hanya sel besi yang menjadi batas diantara mereka.

Ketua OsisWhere stories live. Discover now