38. Menunggu

1.8K 232 7
                                    

3 Hari Kemudian.

Langit sangat cerah tetapi angin berhembus begitu kencang. Suara kicauan burung terdengar di telinga gadis buta itu. Irene melepaskan sepatunya dan membiarkan kaki itu bertelanjang untuk merasakan kasarnya pasir yang menyentuh di telapak kaki gadis itu. Suara air laut yang bergelombang membuat hati Irene tentram.
Gadis buta itu berjalan mendekat kearah tepi pantai hingga akhirnya kakinya menyentuh air yang begitu dingin menari di bawahnya.

Dia memejamkan matanya hingga kegelapan semakin menyinari pada pengelihatannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia memejamkan matanya hingga kegelapan semakin menyinari pada pengelihatannya.

"Irene! apa yang kau lakukan di sana?!"

Seseorang berlari ke arahnya karena melihat Irene yang sudah berdiri di tepi pantai. Orang itu menarik tangan Irene dengan lembut, berusaha menjauhi Irene dari sana.

"Kau mengajakku ke pantai hanya untuk melihatmu bunuh diri? Apa kau sudah gila?!" Orang itu membentak Irene. Bukannya Irene sedih mendengar bentakannya, justru gadis itu tertawa lepas mendengarnya.

"Ini mengingatkan aku pada tiga tahun yang lalu. Sehun."

Sehun terdiam sebentar lalu akhirnya dia tertawa pelan. "Jadi kau tidak bunuh diri?"

"Dan pertanyaan itu juga pernah kau tanyakan padaku." Irene tersenyum lalu berbalik menghadap pantai, dia memejamkan matanya. "Dulu kau pernah menuduhku untuk bunuh diri juga."

Sehun meletakan barang yang barusan dia beli, lalu ia berjalan dan memeluk Irene dari belakang. Matanya memandangi keindahan pantai yang airnya terus bergelombang dengan indah.

"Apa yang kau bicarakan sekarang?" bisik Sehun.

"Sehun, aku tidak ingin meninggalkanmu lagi."

"Dan aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi. Irene."

Irene terdiam lalu menghela napas. Matanya begitu perih, dia sedang tidak ingin menangis tapi matanya menolak itu dan akhirnya air mata itu turun tanpa seizin Irene.

Sehun menoleh ke arah Irene. Dia terkejut ketika melihat kekasihnya menangis. Pria itu melepaskan pelukannya lalu memegang pundak Irene. "Kenapa kau menangis?" Pria itu mengusap lembut air mata Irene.

Irene menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. "Aku hanya senang bisa bersamamu."

"Jangan menangis, aku benci melihatmu menangis."

"Aku tidak akan menangis lagi." Irene menghela napas lalu menghapus air matanya dengan cepat. Dia tersenyum riang sekarang.

Bad LiarWhere stories live. Discover now