25. She's crazy

1.9K 212 5
                                    

24 Agustus 2015.
New York, Amerika .

Hari ini adalah tepat seminggu ketika Tiffany berada di Amerika untuk mengantarkan Irene. Wanita itu tidak langsung pulang karena harus menemani Irene untuk mengurusi pemindahan sekolahnya di sini. Sekitar 1 bulan kurang lebih Tiffany harus menemani adiknya itu.

Sekarang wanita itu sedang duduk di kafe, malam itu udara sangat dingin. Tiffany menunggu seseorang di sana.

Suara pintu terbuka hingga lonceng yang sengaja diletakan di pintu itu berbunyi, bertanda kalau seseorang memasuki kafe itu.

Pria paruh baya datang dengan memakai pakaian hangatnya, pria itu duduk di hadapan Tiffany.

"Ayah sudah bertemu dengan Irene?"

Pria yang dipanggil ayah itu pun menganggukan kepala. "Sudah."

Raut wajah Bae Dojin terlihat sangat serius namun tersirat kekhawatiran pada dirinya. Kejadian yang menimpa Irene 2 bulan yang lalu cukup membuat hatinya sesak melihat anak kesayangannya itu menderita.

"Tenang ayah, Irene akan baik baik saja di sini. Aku sudah mendaftarkan sekolah yang bagus untuknya."

Ayahnya menarik nafas, menstabilkan perasaannya yang berkelabu. Pria itu meminum kopi hangat nya yang sudah di pesan Tiffany sedari tadi.

"Sebenarnya ayah berubah pikiran."

Jantung wanita berambut panjang yang gelombang itu mencelos kembali.
Sial, Tiffany harap bukan itu maksud dari perkataan ayahnya yang berubah pikiran dari pikirannya. Tiffany sangat membenci nya ketika ayahnya selalu bicara seperti itu.

"Sudah berapa kali ayah mengatakan itu padaku? Kenapa ayah sangat tidak percaya padaku? Apa aku pernah membuat kesalahan hingga golden time jatuh? Tidak, kan?"

"Bukan karena aku tidak percaya denganmu. Temperamen kau yang sangat buruk, ayah tidak suka kalau kau selalu emosi dengan client."

Itu memang Tiffany maklumi karena kejadian seminggu yang lalu hingga Tiffany membentak bahkan memaki client karena mereka membatalkan perjanjian bisnisnya. Tiffany maklumi itu, tapi dia tidak memaklumi hanya karena masalah sepele ayahnya justru yang membatalkan perjanjiannya untuk menjadikan wanita itu sebagai penerus golden time selanjutnya.

"Itu bisa aku perbaiki. Kejadian hal itu tidak sering terjadi ayah, aku bisa mengatasinya. Lagi pula itu tidak sepenuhnya salahku, mereka yang salah karena tiba tiba memutuskan perjanjiannya seperti itu."

"Sebenarnya bukan karena itu saja."

Tiffany diam. Memikirikan apa kesalahan nya hingga kali ini ayahnya bersih keras untuk tetap merubah keyakinannya. Wanita itu jelas sekali kalau dia tidak melakukan kesalahan ya, kecuali kesalahan memaki client. Tiffany sadar kalau itu memang salahnya karena dia emosi dan tidak sabar.

"Lalu apa ?"

"Sepertinya memang benar, akan lebih bagus kalau Irene yang meneruskan. Ayah bersungguh-sungguh. Maafkan ayah, kau masih bisa bekerja sebagai wakil ceo. Itu tawaran yang bagus untuk diterima."

Dan hingga akhirnya Tiffany merasa kalah lagi dengan adik tirinya itu, wanita itu marah. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Cita-citanya untuk bisa menjadi yang terbaik menghilang sudah. Jika ayahnya sudah bilang bersungguh-sungguh pria paruh baya itu tidak akan mengantikan keputusannya yang sudah bulat itu.

"Irene sakit ayah. Dia masih trauma sekarang. Apa ayah yakin? Kalau gadis itu bisa tegas dalam urusan bekerja?"

"Irene bisa. Anak itu punya kepribadian yang bagus seperti ibunya. Cerdas dan dewasa, ayah percaya itu."

Bad LiarWhere stories live. Discover now