22. Hadiah dari Taehyung

1.7K 237 2
                                    

Taehyung mengendarai mobilnya dengan serius tetapi wajahnya tersirat kalau pria itu sedang berpikir. Pria itu sesekali melirik Irene melalui kaca kecil di atas yang kaca itu terpantul Irene sedang diam sambil senyum-senyum sendiri. Taehyung menghela napas dengan berat dan kembali fokus menyetir.

"Hari ini kau tampak diam, biasanya bawel dan berisik," ujar Irene agak heran karena Taehyung diam sama sekali, biasanya kalau mengantarkan Irene, pria itu selalu mengajak Irene berbicara. Taehyung sangat benci dengan canggung.

"Aku tidak mau menganggu nona saja, karena nona terlihat bahagia."

Irene tertawa. "Sepertinya hanya kau yang bisa mengerti tentangku."

Taehyung hanya membalas tertawa yang kecil. Raut wajahnya terlihat sangat tidak tenang .

Hening.

Kesunyian pun menyergap mereka, seolah membiarkan keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mata Taehyung menoleh ke arah kaca spion di samping kirinya, di perhatikannya dengan teliti. Sebuah mobil berada di belakangnya, seperti sengaja mengikuti jejak Taehyung. Taehyung mendengkus, pasti itu ulah Bogum.

"Nona...." lirih Taehyung dengan nada yang serius.

"Hm?"

"Aku dengar kalau kau sedang stress, kau akan merokok. Bukan begitu?"

"Aku tidak merokok bodoh." Irene mendengkus. Dia cemberut. "Aku hanya mengigitnya saja."

"Apa nona mau mencobanya?" Taehyung berdeham. Sepertinya dia melakukan kesalahan sekarang. "Agar nona tidak penasaran."

Gadis itu diam sebentar ,  tawaran yang cukup bagus dan susah untuk diterima oleh Irene. Dari dulu Irene ingin sekali mencobanya tapi dia takut, takut karena kecanduan. Bukan karena itu saja, seorang perempuan yang merokok itu terlihat buruk jika dilihat orang.

"Aku punya pemantik api yang sangat mahal, aku harap nona bisa menggunakannya." Taehyung mencari alat tersebut lalu setelah ketemu dia memberikannya kepada Irene di belakang dengan tangan panjangnya.

"Apa aku bisa menggunakannya?" Irene meraihnya dan itu sekarang ada di tangannya.

"Itu sangat gampang."

Irene hampir setuju tetapi dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya karena menurutnya ini tidak benar. "Aku tidak akan menerimanya."

"Aku tahu, tetapi kumohon jangan dibuang atau diberikan orang lain. Itu sangat mahal hanya untuk nona. Tidak apa-apa kalau nona tidak ingin memakainya, setidaknya nona harus menyimpannya."

Irene diam sambil meraba-meraba benda tersebut dengan tangannya, bentuknya seperti pemantik api yang biasa saja, "Apa benar ini mahal? Bagaimana bisa kau membelinya?"

Taehyung tertawa mendengarnya. "Itu sangat berharga untukku."

"Baiklah, aku akan menyimpannya dengan baik." Irene tersenyum lalu memasukan benda tersebut ke dalam tas kecilnya, dia ingin mencobanya sekali nanti. Rasa penasaran terus membuatnya menderita, seolah-seolah sepeti ada yang menghasutnya untuk menggunakan benda tersebut.

"Nona, bagaimana kalau besok kita makan ayam? Chan-chan chicken itu sangat enak."

"Benarkah? Aku belum mencobanya."

"Kau bisa ajak Sehun besok. Aku yang traktir."

Irene terkejut sambil tersenyum senang. "Ada apa denganmu? Wah apa hari ini kau gajian?"

"Tidak, aku hanya ingin makan ayam lalu merokok."

Tatapan Taehyung sangat serius sekarang, pria itu pun menoleh ke arah kaca spion di kirinya lagi. Mobil itu tidak ada, sepertinya dia salah mengiranya. Itu hanya mobil biasa, Bogum belum ada pergerakan.

=====

Ketika Irene sudah sampai rumah, gadis itu pun masuk ke dalam kamarnya. Dia menutup pintu kamarnya dengan rapat lalu berjalan dengan pelan menuju kursi yang berada di depan cerminnya.

Irene mengambil pemantik api yang diberikan oleh Taehyung tadi, gadis itu pun membuka laci meja riasnya dan mencari sesuatu di sana.

Dipegangnya bungkus rokok itu lalu tangannya mengambil salah satu batang rokok yang berada di dalam kotak itu. Ini yang dibenci oleh Irene, harus mengerjakannya dengan perlahan karena dia buta.

Alat pemantik api itu dia raba, dan membukanya dengan pelan. Tangannya menelisik mencari sesuatu yang bisa ditekannya.

Ketemu.

Gadis itu pun menekannya, tetapi aneh. Korek api itu tidak menyala, sepertinya gas yang didalamnya sudah habis. Irene terus menekannya sampai dia mendengar sesuatu yang berbeda pada alat itu. Namun, tidak ada yang berbeda. Tetap sama.  Alat itu tidak berfungsi.

Irene mengernyitkan dahinya bingung. "Apa ini? Ini hanya sampah pemantik api dan seharusnya benda ini dibuang."

Gadis itu mendengkus lalu meletakan barang-barang aneh itu ke dalam laci kembali.  "Sial, Taehyung memang kurang ajar. Beraninya dia mengerjai aku, awas saja besok."

Ponselnya pun berdering, entah dari siapa dia tidak tahu. Dengan cepat tangannya merogoh tas kecilnya lagi lalu mengambil ponselnya.

Dia sudah tahu letak untuk menjawab panggilan tersebut.

"Halo?" ucapnya setelah mengangkatnya.

"Apa kau sudah sampai di rumah?"

Dengan perasaan yang awalnya kesal, sekarang gadis itu tersenyum hingga gigi putihnya terlihat. Dia senang ketika mendengar suara kesayangan itu. Kekesalannya pada Taehyung pun memudar seketika.

"Baru saja, kau sedang apa sekarang?"

"Aku lagi di jalan untuk membeli sesuatu. Tidurlah, sudah malam."

Irene memang mendengar suara hentakan kaki di sana, dan terdengar juga suara berisik. Suara mobil yang berlalu lalang, dan suara orang yang sedang berbicara. Orang buta peka pada pendengaran.

"Jangan terlalu lama di luar, itu sangat dingin."

"Iya aku tahu sayang"

Irene diam sedetik ketika Sehun memanggilnya dengan sebutan itu lalu tertawa. "Agak aneh kalau kau memanggil ku seperti itu."

"Mungkin belum terbiasa saja."

"Iya, Oh iya besok Taehyung akan mentraktir kita"

Sehun menghentikan langkah kakinya ketika dia berada di depan restaurant –tempat yang sudah di janjikan oleh Taehyung.
Ketika mendengar itu. Dia benar-benar bingung, sebenarnya apa mau Taehyung? aneh sekali karena mengajaknya minum lalu sekarang ingin mentraktir.

"Baiklah"

"Kalau begitu kututup ya. Selamat malam."

"Malam juga."

Sehun menghela napas lalu menggelengkan kepalanya untuk tidak memikirkan itu sekarang. Pria itu pun masuk kedalam restaurant itu.

20 menit Taehyung tidak datang bahkan sekarang Sehun sudah memesan sebotol soju . dia meminumnya sendiri.

"Apa ini? Apa dia cuma mempermainkan aku?" Sehun gerutu sesekali menatap jam tangannya. Melihat waktu yang terus berjalan dengan cepat.

Sehun percaya, kalau Taehyung sebenarnya memang ingin berbicara sesuatu pada dirinya. Nadanya sangat serius, tatapannya pun sangat meyakinkan. wajahnya juga terlihat aneh, babak belur dan terlihat berantakan. Andai Irene bisa melihatnya mungkin dia akan menanyakan kenapa Taehyung penuh luka seperti itu.

Sehun pun memutuskan untuk menelpon pria yang ditunggunya, dan ternyata sekarang ponselnya tidak aktif.

Sehun mendengkus, lalu memutuskan untuk minum sendirian. Dan Taehyung, pemuda itu tidak datang.

TBC

Bad LiarWhere stories live. Discover now