2. Awal

5.3K 495 27
                                    

"Siapa namamu? Gadis dingin namun hangat," ucap pria itu dengan suara beratnya.

Irene terdiam. Kepalanya menengok ke kanan dan juga ke kiri. Tidak ada seorang pun di sana, kecuali kucing liar yang jaraknya agak jauh dari sana.

"Aku akan menelpon taksi untukmu. Kau harus ke rumah sakit sekarang," ucap gadis itu sambil mengambil ponselnya di saku. Dia mengabaikan pertanyaan sebelumnya.

Alasan kenapa ia tidak menjawab pertanyaan pria itu adalah menurut Irene pertanyaan itu sangat tidak penting. Ia tidak ingin ada kata pertemanan antara pria itu dengan dirinya.

"Ayolah. Aku hanya ingin menanyakan namamu saja. Siapa namamu?"

Pria itu yang sedari tadi duduk lemas akhirnya memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan perlahan mendekati Irene dengan langkah terseok-seok.

Irene mengernyitkan dahi. Apa ia pria yang nakal? Apa ia pria yang selalu berbuat masalah? Gadis itu harus menjauhinya, pikirnya berkali-kali.

"Bae joohyeon?" pria aneh itu mengeja kata demi kata yang tertera di nametag yang tertempel di seragam gadis itu. Dengan cepat Irene menutupinya dengan rambut panjangnya.

"Irene," ucap Irene dengan singkat lalu ditempelkan ponselnya ke telinga gadis itu. "Halo ? iya bisakah anda kesini. Di jalan....," katanya memberitahu alamat yang sekarang ia injak di sebrang sana.

Pria aneh itu tertawa kecil. "Wah kau sangat perhatian sekali."

"Jangan salah paham. Itu bukan perhatian," kata Irene ketika ia sudah selesai menelpon.

"Lalu apa itu? Kalau bukan namanya perhatian?" balas pria aneh itu menekan kata perhatian.

"Aku hanya tidak menyukai orang yang lemah seperti kau sekarang."

Pria itu tertawa kosong. "Apa? Lemah ? Aku membela diri tau. Mereka banyak sedangkan aku sendiri. Bukan karena lemah, ya karena aku sedang lelah saja."

"Tetap saja. Kau kalah karena kau itu lemah."

Irene mendengus lalu pergi meninggalkan pria aneh itu.
Irene berjalan cepat sambil menggelengkan kepala karena menyesal tidak mengabaikan pria aneh itu. Ia malah meladeninya. Gadis itu berharap ini terakhir kali ia bertemu dengan pria itu.

"Namaku Oh Sehun! Aku hanya memberitahu. Kali saja kau terus menanyakan namaku di dalam hati!" teriak pria aneh itu yang bernama Sehun.

"Aku tahu bodoh," balas Irene sangat pelan dan nyaris tidak terdengar. Irene tetap berjalan dengan cepat dan mengabaikan Sehun yang sekarang tersenyum melihat punggungnya yang semakin lama semakin menjauh.

===


Irene menghempaskan tubuhnya di ranjangnya dengan seragam sekolah yang masih ia kenakan. Ia menghela napas sesekali membuka ponsel yang di sana terlihat nama Park Bogum-- mantan kekasihnya yang masih saja mengirim pesan yang jika dihitung pesan itu dengan jari juga sudah malas dihitung karena tak terhingga. Ia langsung membuang ponselnya sembarang lalu memejamkan mata. Dia merasa lelah dan ingin tidur siang ini.

Hingga akhirnya suara pintu terbuka keras. Ya sepertinya seseorang membuka pintu itu dengan tenaga.

Irene menyipitkan mata tidak menyukai itu. "Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu?"

"Oh, maaf adikku tersayang."

Wanita itu datang. Salah satu orang yang dibenci oleh Irene.
Tiffany tersenyum, perlahan ia mendekati Irene.

"Ada apa?"

Irene beranjak dari atas ranjang lalu berjalan pelan menuju cermin besar dengan meja yang penuh dengan alat makeup di atas sana. Irene memilih sisir untuk diambil lalu menyisir rambutnya yang berantakan.

Bad LiarWhere stories live. Discover now