4. Tak Terduga

3.4K 404 17
                                    

"Apa? Dia menolongnya?" geram Tiffany. Wanita itu langsung mematikan panggilannya. Ia kesal, hingga ingin membuat ponselnya dengan sembarangan. Dia menghela napas, mencoba untuk lebih tenang.
"Baiklah. Aku akan mencoba lagi. Masih banyak rencana yang belum aku laksanakan."

"Apa yang akan kau rencanakan Tiff?"

Suara berat terdengar begitu serius membuat napas wanita berambut gelombang itu tercekat. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya, ia pun menoleh ke belakang dan tampak jelas sesosok pria yang berwibawa dengan setelan kemeja yang rapi mendekat ke arah Tiffany. Wanita itu beranjak dari duduknya lalu menundukan kepalanya sedikit menunjukan rasa hormat.

"Hm, aku merencanakan tentang project selanjutnya," ucapnya dengan sedikit gugup.

Bae Dojin menyipitkan mata dengan menatap Tiffany curiga. "Kau tidak berbuat sesuatu bukan pada Irene?"

Tiffany menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak. Mana mungkin aku begitu."

Bae Dojin pun duduk di sofa panjang yang berwarna hitam diikuti oleh Tiffany yang duduk di depannya.

"Aku tidak ingin kau seperti dulu. Bagaimanapun juga Irene itu adikmu."

"Iya. Aku tahu itu."

Sampai akhirnya seorang perempuan yang merupakan asisten Bae Dojin masuk ke ruangan itu dengan membawa dua cangkir kopi yang hangat. Asisten itu pun keluar ketika Bae Dojin menyuruhnya.

"Oh. Aku lupa ingin mengatakan sesuatu denganmu," ucap pria paruh baya itu setelah selesai menyeruput kopi hangatnya.

Tiffany mengernyitkan dahi dan menunggu penjelasan ayahnya yang jelas.

"Aku akan mencoba memasukan Irene ke dalam bisnis ini," sambungnya sesekali membenarkan dasi yang ia kenakan.

Wanita itu melebarkan mata terlihat begitu kaget. "Maksudnya Irene akan bergabung di perusahaan ini?"

Ayahnya menganggukan kepala. "Setelah ia bertunangan dengan bogum. Dia akan belajar bagaimana cara berbisnis dengan benar."

"Irene hanya bergabung tetapi tidak kemungkinan ia akan menjadi Direktur bukan?" tanya Tiffany memastikan.

"Mungkin saja iya. Mungkin saja tidak."

"Apa maksud ayah?"

"Jika pekerjaan Irene lebih bagus dari kau. Terpaksa aku akan memilihnya."

Wanita itu tertawa kosong. Ia bahkan melupakan kopinya. "Ayah tidak bisa seperti ini. Apa aku membuat kesalahan?"

Bae Dojin berdeham ia pun kembali meminum kopi yag di atas meja dan mengabaikan pertanyaan putrinya. Ia juga terlihat santai dan itu cukup membuat Tiffany lebih kesal melihatnya.

"Ayah!"

"Jangan membantah," balasnya dengan tegas.

===

Irene meringis kesakitan ketika sebuah kapas yang sudah diberi alkohol menyentuh ujung bibirnya yang terluka. Sehun terlihat hati-hati mengobatinya.

"Hei! sakit bodoh," umpat Irene kesal.

"Maaf. Ini sedikit lagi selesai."

Sehun pun kembali mengobatinya secara perlahan. Mata gadis itu mengamati Sehun yang jaraknya begitu dekat dengannya bahkan Irene bisa mendengar deru nafasnya. Dipikir kembali sepertinya Sehun selalu ada di saat ia kesusahaan.

"Bagimana kau tahu aku di sana?" ucap Irene dengan mata yang masih mengamatinya.

"Aku mengikutimu. Awalnya aku ingin menemuimu. Kau tahu kan kalau kau masih mempunyai hutang padaku?" seraya masih mengobati luka Irene. Sehun tersenyum nakal.

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang