16. Siapa aku?

2.3K 302 4
                                    

Pagi menuju siang yang sibuk, meskipun mata Irene tidak bisa melihat tetapi telinganya bisa mendengarkan. Langkah kaki yang berjalan sangat sibuk ke kanan dan ke kiri. Irene hanya memantau melalui telinganya.

Pukul 10.00 pagi semua barang berupa bunga dan peralatan lainnya sudah di terima tinggal anak buah Irene yang menatanya. Irene duduk dan hanya mendengar suara suara yang sangat berisik karena kesibukan.

"Bibi, apakah bunga-bunganya sudah disusun dengan rapi?" tanya Irene kepada bibinya yang setia berdiri di sampingnya.

"Iya nona, bunganya masing-masing sudah tertata rapi. Nanti kalau sudah selesai semua, bibi akan memberitahu letaknya," balas bibi yang sedari tadi mengamati pekerja yang sangat sibuk di ruangan itu.

Irene tersenyum getir.
Dia merasa tidak berguna sekarang, hanya mengamati mereka dan tidak membantunya.

"Nona, si berengsek datang lagi," ucap seseorang pria datang tiba-tiba.

"Hei! Berhenti memanggil dia berengsek."

"Maaf nona."

Pria yang baru saja di omeli Irene itu seperti biasa Taehyung. Taehyung setia menemani Irene, sepertinya ucapan pria itu tidak berbohong kalau dia ingin menjaga majikannya itu dengan sepenuh hati.

Pria yang di panggil si berengsek itu pun memasuki ruangan, wangi harum bunga itu sangat tercium di hidungnya. Oh Sehun mengamati ruangan toko tersebut dengan terkagum-kagum.

"Angelina, toko ini sangat bagus," ucap Sehun masih mata yang mengamati sekitarnya.

Irene tersenyum tipis. "Indah bukan?"

"Iya, indah bunganya seperti kau."

Mendengar ucapan Sehun, Irene terbelalak. Kaget dengan perkataannya yang tiba tiba, sang bibi hanya berdeham dan Taehyung menatap jijik ke arah Sehun.

"Kau bicara apa? Duduklah." Irene menawarkan tempat duduk di sampingnya. "Bibi buatkan kopi untuknya" sambung Irene.

"Tidak tidak usah."

"Baiklah." Bibi lebih menuruti kata Irene, wanita yang umurnya sudah 40 tahun itu pun pergi ke belakang.

"Apa kau tidak sibuk hari ini?" tanya Irene.

"Tidak, aku libur hari ini."

"Oh, baguslah."

"Iya, kau akan menjaga toko ini setiap harinya?"

"Tidak setiap hari juga, mungkin hanya beberapa hari. ayah tidak mungkin mengijinkannya."

"Dia hanya khawatir padamu."

"Mungkin."

Selang beberapa waktu, bibi pun datang dengan kopinya. Bibi memberikan secangkir kopi itu kepada sehun.

"Terima kasih."

Lalu bibi pun pergi untuk membantu bekerja di sana.

"Setelah ini kau pulang atau langsung membuka toko ini?" tanya Sehun setelah meneguk kopinya yang hangat.

"Pulang mungkin, aku akan membuka toko ini besok atau lusa."

"Bagaimana kalau kita pergi setelah ini?"

"Ke mana?"

"Ke suatu tempat. Aku bosan kalau hari libur."

"Baiklah."

======


Bukannya terlihat senang karena berhasil mengajak pergi Irene, Sehun malah merengut. Melihat pria yang di sampingnya sedang menyetir mobil dengan serius.

Bad LiarWhere stories live. Discover now