Sweety Venus - Chapter 50

Start from the beginning
                                    

Adam membantu Ethan berdiri lalu memberikan bogem mentah pada Ethan. Dan Ethan kembali terjatuh. "Maafkan aku, kawan. Ini untukmu karena telah membuat istriku menangis."

Lalu membuntuti Helena memasuki mobil. Meninggalkan Ethan dengan kekosongan pikirannya.

Menikah? Itu bukan pemikiran Ethan sampai saat ini. Tidak pernah barang sedetikpun kata itu hinggap di pikirannya. Tapi di sudut hatinya yang paling dalam terselip kata senang. Entah karena apa. Mungkin ia butuh banyak waktu memikirkan kata senang itu.

Ethan membaringkan tubuhnya terlentang di lantai. Ia menatap langit-langit rumahnya yang tinggi. Apa yang ia senangi? Apa karena Diana pergi dengan begitu karirnya tidak akan jatuh? Atau karena Diana hamil? Hamil anaknya?

***

"Selamat, Ma'am. Kau hamil," ujar seorang wanita dengan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya, menggunakan jas putih.

Diana tersenyum senang mendengar langsung dari ahlinya.

"Usia kandunganmu menginjak 9 minggu. Kau pasti senang mendengar berita ini." Si dokter menatap Diana dengan ramah.

Diana mengangguk sebelum bertanya. "Tapi kenapa aku tidak mengalami morning sickness seperti wanita-wanita hamil pada umumnya? Apa tidak apa-apa, dokter?"

"Morning sickness akan terjadi pada trimester awal kehamilan, Ma'am. Tapi di awal kehamilan seperti anda, belum mengalami morning sickness juga tidak apa-apa. Mungkin jagoan kita tidak ingin mengganggu orang tua yang sedang mabuk asmara." Dokter tersebut tersenyum menggoda.

"Kau tahu siapa aku?" Tanya Diana hati-hati.

Dokter itu tersentak ke belakang. "Of course, yes! Siapa yang tidak mengenal kekasih Ethan O'Connor? Wajahmu selalu terpampang di publik akhir-akhir ini."

Hati Diana mencelos seketika. Well, setenar itu rupanya Ethan. Dan dirinya merasa takut sekarang. Bagaimana jika publik mencapnya jelek?

"Apa kau ada masalah?"

Diana menatap Dokter itu sebelum menggeleng. Ia langsung berdiri begitu juga Dokter.

"Aku menunggu undanganmu, Ms. Stefanidi," ujar Dokter saat berjabat tangan dengan Diana.

Diana kembali gugup. Dirinya hampir saja kehilangan keseimbangan. Diana memaksakan tersenyum dan berbisik. "Bisakah kehamilanku tidak sampai diketahui publik?"

Dokter wanita itu langsung paham kondisi Diana karena dirinya sering mendapat kasus MBA seperti ini. Ia tersenyum manis pada Diana. "Tenang saja. Aku orang yang memegang janji. Dan ini obat pereda mual dan pusing jika kau mulai mengalami morning sickness. Oh ya satu lagi. Apa kau ingin tahu jumlah anakmu atau jenis kelaminnya... Kelak?"

Diana menggeleng. "Aku ingin itu menjadi hadiahku. Terima kasih, dokter."

Diana mengambil obat lalu keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana?" tanya Hera pertama yang mana di sana juga ada Inanna.

Diana melihat Helena tanpa ditemani Adam dari jauh yang berlari mendekatinya.

"Bagaimana?" tanya Helena.

Diana tersenyum. "Sudah berjalan 9 minggu."

"Laki-laki atau perempuan?" tanya Hera kembali.

"Jesus, Hera! Dalam 9 minggu anak itu belum membuat kelaminnya!" protes Inanna sedangkan yang lain hanya terkikik.

"Kau berhutang penjelasan, Sweety." Helena berujar lembut.

Diana menghela nafas. "Aku akan tinggal di rumah Ibuku."

"... Apa kau tidak ke rumah Ethan terlebih dahulu. Mengambil barang-barangmu?" tanya Inanna hati-hati.

Diana menggeleng. "Tidak perlu. Tidak ada barang yang penting di sana."

Memang tidak ada pikir Diana. Tapi bukan itu yang membuat ia tidak ingin ke sana. Dirinya takut jika ia kembali menginjakkan kakinya, bertemu tatap muka dengan Ethan akan membuat ia mengemis cinta pada pria itu. Pria yang jelas hanya menganggap Diana sebagai suatu kesenangan.

Saat Diana tidak sengaja menoleh ke belakang tubuhnya, ia melihat seseorang bertudung hitam dengan masker senada sedang berdiri di tengah-tengah koridor rumah sakit. Diana menatapnya lekat dan pria itu langsung membalikkan tubuhnya, berbelok ke lorong lain.

"Diana, ada apa?" tanya Inanna.

Diana menggeleng, masih menatap tempat dimana orang itu menghilang. Diana merasa bahwa beberapa minggu ini ia sering diikuti, semenjak di Indonesia hingga sekarang. Tapi sepertinya Diana terlalu berlebihan. Mana mungkin ada yang mengikutinya... Ya, ada. Dan mereka seorang reporter.

Hera menarik Venus keluar. "Aku ingin mendengarsecara singkat ceritamu sepanjang perjalanan, Sweety."

SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]Where stories live. Discover now