Sweety Venus - Chapter 40

7.5K 847 63
                                    

Diana membuka matanya dengan lembut dan mendapati rambut hitam Ethan. Pria itu memeluk Diana seperti guling dengan menempelkan bibirnya di payudara Diana. Diana tersenyum mengingat bagaimana Ethan mengajarkan Diana dengan penuh perhatian tadi malam. Diana juga mengingat dengan jelas bagaimana mereka melakukannya lagi dan lagi hingga Diana benar-benar letih dan langsung tertidur. Wajah Diana seketika memerah jika ia mengingat lebih rinci lagi. Dia mencoba melarikan lengan kekar dan kaki Ethan dengan lembut dan mencoba bergerak. Namun pergerakannya terhenti kaku saat merasakan sesuatu masih berada di pusatnya.

Diana menahan nafasnya. Oh Tuhan... Pria ini masih menegang di saat tidur?!

Dan bagaimana cara untuk Diana melepaskan kebanggaan Ethan ditubuhnya?!

Dengan wajah semerah tomat busuk Diana mendorong pinggul Ethan hingga Ethan berguling ke sisi lain tempat tidur. Meninggalkan Diana yang mengeluarkan desahan saat kekosongan menghampiri tubuhnya. Diana kembali melirik Ethan yang masih tidur nyenyak sebelum mencari pakaiannya yang berceceran di lantai.

Ethan terbangun saat mendengar suara bising dari Diana —yang hanya memakai selimut mereka untuk menutupi tubuhnya dengan tangan kanan supaya tidak melorot dan tangan kiri tengah sibuk memungut pakaian yang wanita itu kenakan tadi malam. Ia mengucek matanya sebelum duduk, menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, membiarkan dada telanjangnya terekspos. Ethan hanya diam memperhatikan gerak-gerik Diana.

"Kau ingin membakar semua itu?"

Diana melompat di tempat karena terkejut mendengar suara Ethan. "Sejak kapan kau bangun— Astaga. Tutupi tubuhmu, Ethan."

"Beberapa menit yang lalu," jawab Ethan santai seraya menguap lebar. "Jadi ingin kau bakar?"

"Apanya?" tanya Diana polos dengan wajah memerah.

Sungguh posisinya ini sangat membuat ia canggung. Bagaimana tidak, mereka sudah melakukannya tadi malam yang kata Ethan hanya dua ronde menjadi empat ronde. Pria itu selalu mengucapkan janji 'ini yang terakhir' namun mereka kembali lagi melakukannya hingga Diana benar-benar lelah dan tertidur di dekapan Ethan. Ethan sudah melihat tubuhnya dan begitupun sebaliknya. Dan sekarang pria itu tanpa malu menunjukkan dada bidang miliknya sedangkan Diana berbekal selimut putih untuk menutupi tubuhnya.

"Ingatkan aku untuk membakar satu set milik Helena, si dewi ular itu," ujar Ethan dengan mimik Diana.

Diana melongo. Apa pria di depannya ini bisa membaca pikirannya? "Ba-bagaimana bisa kau—"

"Kau mengucapkannya dengan keras, sugar."

Diana terdiam. Apa benar tadi malam ia mengucapkannya cukup keras. Padahal ia yakin jika dirinya hanya membatin.

Kembali ke topik. Mana mungkin Diana ingin membakar satu set milik Helena yang sudah membawa keberuntungan untuknya tadi malam. Malah mungkin Diana tidak akan mengembalikan milik Helena itu.

"Tidak. Aku akan mengembalikannya— Jesus Christ! Ethan. Don't move!" jerit Diana saat Ethan berusaha bangkit dari posisi tidurnya.

Bukannya mematuhi apa yang dikatakan Diana, Ethan malah benar-benar berdiri di samping ranjang dengan keadaan telanjang. Alhasil Diana melepaskan genggaman selimutnya untuk menutupi matanya dari hal-hal yang tidak boleh ia lihat.

Ethan bersiul. "Kau sangat nakal, sugar..."

Diana bisa melihat Ethan sedang menuju ke arahnya di antara jari-jarinya yang tidak tertutup rapat. "Ja-Jangan mendekat! Kenakan dulu pakaianmu!"

Ethan terkekeh lalu menatap Diana dari atas hingga bawah dengan tatapan lapar. "Kau saja tidak berpakaian."

Refleks Diana melarikan tangannya dari wajah untuk melihat selimut yang tadi ia kenakan sudah teronggok di bawah mengelilingi kakinya, lalu menatap tubuh telanjangnya yang sudah terekspos.

Diana menjerit seperti anak remaja. Dengan cepat ia menarik tangan kirinya yang penuh pakaian Helena -yang padahal tembus pandang- untuk menutupi tubuhnya, yang sebenarnya tidak dapat menutupi seluruh tubuhnya. Tapi cukup menutupi bagian-bagian ekslusif. "Kau- Pasti kau yang melorotkan kainku!"

Ethan hanya menggelengkan kepala, terkekeh. Bagaimana bisa ia tidur dengan wanita seperti Diana. Sekarang ia berada di depan Diana. Ia menatap mata hitam besar milik Diana dengan intens. Ia tahu jika Diana berbeda. Tapi ia tidak tahu secara terperinci apa itu. Mungkin karena ia mengambil keperawanan Diana... Entahlah...

Ethan mengambil pakaian yang Diana pegang sedari tadi. Lalu menjatuhkan pakaian tersebut begitu saja. "Itu baru aku yang melakukannya."

Suara berat dan tajam Ethan membuat Diana berhenti bernafas seketika.

Cukup sedikit kasar Ethan mendorong Diana ke dinding lalu mencumbu wanita itu. Ia menangkup wajah Diana memberikan ciuman yang dalam, bergairah dan menggebu yang dibalas oleh Diana juga.

Diana mendongak saat lidah Ethan menjelajahi leher hingga ke belakang telinganya. Dan terus turun meninggalkan jejak basah di kedua payudara Diana. Diana terkesiap saat pria itu bereksperimen dengan payudaranya. Meraupnya, menghisap dan mencubit. Lalu turun lagi ke bawah tempat yang sangat mempesona.

Oh Diana mulai frustasi...

Ethan seakan sengaja memainkan Diana di pusat wanita itu dengan jari lihainya. Ethan menatap lekat manik mata Diana dengan masih bermain di sana hingga Diana meneriakkan namanya.

"Ya. Panggil namaku, sugar," bisik Ethan serak lalu mencium Diana kembali seraya memasuki pusat tubuh Diana.

Mereka berpangutan tanpa henti. Diana yang mulai lelah berpegangan dengan bahu keras Ethan membuatnya mengangkat tubuh Diana.

Diana tidak sanggup dengan segala kenikmatan yang Ethan berikan. Tubuhnya mulai menggigil. Ia menggigit bahu Ethan saat orgasme merobek tubuhnya lalu disusul Ethan dengan geraman khas Ethan.

"Sial. Kau sangat nikmat, sugar."

***

"Kau yakin ingin menemaniku? Aku tidak yakin Venus akan menyukainya."

Ethan tersenyum. Mengecup bibir penuh milik Diana lalu mengusap rahang wanita itu. "Jika aku tidak melakukannya, teman-temanmu akan curiga dengan hubungan kita."

Diana mengangguk setuju. "Fine. Tapi kumohon, jika Venus bertanya tentang hubungan intim kita—"

"Godness, Diana. Aku tidak seburuk itu dengan mengumbar seks kita. Aku seorang pria, sugar. Pria hanya mengatakan berapa skor pasangannya. Tapi bukan berarti aku akan mengatakannya pada sahabatmu. Aku masih waras."

Diana terkikik. Dan ya, Ethan masih waras jika mengingat ia baru saja memperawani salah satu sahabat Helena. Lalu dia memasang wajah serius. "Kau tidak akan mengatakannya pada temanmu bukan, Ethan?"

Ethan menyeringai. "Watch me."

Akhirnya mereka sampai di rumah Helena. Seperti tradisi, minggu pertama di awal bulan, mereka akan mengadakan acara makan-makan dengan rumahnya dipilih random.

"Aku bersumpah akan membunuhmu jika kau melakukannya." Diana menggerutu saat Ethan membukakan pintu untuknya.

Mereka berjalan dengan bergandengan tangan hingga para maid membuka pintu Perancis yang besar di depan mereka.

"Mrs. Pallas telah menunggu Anda di sisi barat. Mari saya antar."

Diana menggumamkan terima kasih dan mereka mengikuti dua orang maid di depannya.

Saat Diana sampai, ia sudah melihat semuanya berkumpul. Mulai dari Inanna dan kedua anaknya yang lucu, dan Hera.

"Di mana Helena?"

"Sedang mengurus suaminya," jawab Inanna.

"Tuhan... Apa dia lupa jika kita berada di rumahnya. Setidaknya berhentilah menjadi pasangan maniak seks saat kita berada disekitarnya," gerutu Hera.

"Jaga ucapanmu, Hera." Inanna menatap Hera tajam lalu melirik kedua anaknya yang juga duduk di sebelah mereka dengan satu cup besar ice cream masing-masing.

"Mom, apa itu maniak seks?" tanya Raymond.

SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]Where stories live. Discover now