Sweety Venus - Chapter 46

7.4K 928 100
                                    

Dan Ethan ingin mengutuk siapa yang telah menciptakan wanita, terutama Diana. Baik, itu hanya bercanda... Bukan maksud untuk mengutuk Tuhannya sendiri. Seharusnya ia mengutuk dirinya sendiri, bukannya menyalahkan para wanita. Apalagi Tuhan... Terkutuklah kau, Ethan.

Selalu saja seperti ini jika menyangkut masalah wanita, ia yang kena imbasnya. Bisakah sekali saja Ethan bersikap tegas dengan kata hatinya? Menolak apa yang mereka inginkan? Kenapa bisa ia selemah ini jika menyangkut wanita...? Well, terutama Diana. Apa yang wanita itu inginkan otomatis Ethan akan mengabulkannya. Sangat menyebalkan bukan jika hati dan pikiran tidak sejalan?

"Tidak, Ethan! Jangan yang itu...! Sebelahnya..." teriak Diana dari bawah yang disusul gonggongan Maxie membuat Ethan menghela nafas dalam, mencoba sabar. Lalu memegang salah satu kelapa yang di dekatnya.

"Astaga... Bukan itu, Ethan! Sebelahnya lagi. Yang bentuknya lucu itu!" teriak Diana kembali memperagakan bentuk kelapa yang ia inginkan dengan tangannya membuat Ethan menggeram. Dan Maxie menggonggong kembali di samping Diana, menyetujui pilihan Diana.

"Dammit... Bisakah kau berhenti mengoceh, sayang? Terima saja apa yang aku ambil," ujar Ethan dengan senyum untuk menutupi emosinya yang hampir diubun-ubun.

Sungguh, betapa malunya ia memanjat pohon kelapa. Ini sudah pohon ke-3 ia panjat. Pohon pertama Diana tunjuk dan Ethan mulai memanjat, setelah mengambil 2 buah kelapa, wanita itu bilang airnya pasti kotor saat melihat kelapa itu kotor. Diana meminta Ethan memanjat pohon kedua yang langsung dituruti Ethan dengan kesabaran yang ia kumpulkan. setelah mengambil 1 buah kelapa, Diana kembali berulah dengan mengatakan pohon itu pasti tidak higienis saat melihat Ethan menggaruk tangannya yang di gigit serangga kecil.

Dan ini merupakan pohon ketiga Ethan panjat setelah sebelumnya memohon pada Diana bahwa pohon ini adalah pohon terakhir ia panjat jika tidak ingin dibunuh penduduk pulau ini. Bagaimana tidak? Sudah berapa kelapa Ethan jatuhkan dan tidak ada niat sama sekali untuk Diana ambil. Dan saat ini sangatlah panas. Sial, kenapa bisa di sini sangat panas!

Sedangkan Rachel hanya baring memiringkan tubuhnya, bertumpu dengan satu tangan, di atas handuk lengkap dengan kacamata. Bukannya menikmati pemandangan indah di pinggir pantai, ia malah menikmati pemandangan kakak tercintanya dikerjai habis-habisan oleh Diana. Astaga... Siapa yang tidak kenal Ethan? Wajah pria itu selalu ada di box office! Sekali lagi, pria itu, Ethan O'Connor, tidak pernah absen di film layar lebar! Dan saat ini tengah dipermalukan oleh seorang wanita. Catat itu!

"Ambilkan saja apa yang sayangmu mau, kakakku. Tidak mungkin bukan sugar-mu memanjat!" teriak Rachel dibalik kacamatanya membuat Ethan memaki adiknya sendiri.

Diana memajukan bibirnya tidak suka saat Ethan memarahinya. Oke, Ethan mengucapkannya dengan manis, tapi dari balik nadanya cukup jelas jika pria itu kesal. "Ya sudah jika kau tidak ingin mengambilnya biar aku saja. Minggirlah!"

Diana mulai melepaskan sandalnya dan mendekati pohon yang masih dipanjat Ethan.

"Hey, apa yang kau lakukan! Oh fuck. Okay, fine! Tunjuk untuk terakhir kalinya, yang mana yang kau mau," seru Ethan frustasi dan Diana tersenyum lebar.

***

'Slurrpp...'

"Aahh..." desah Diana setelah meminum satu buah kelapa tanpa berbagi. Ya Tuhan, buah yang langsung dari pohonnya memang sangatlah segar. "Thank, God," desah Diana kembali. Mengelap mulutnya asal dengan punggung tangan lalu meletakkan kelapa yang sudah kosong itu di sampingnya.

"Seharusnya kau berterima kasih padaku," gerutu Ethan yang berbaring di atas paha Diana karena kelelahan. Setelah menghabiskan 2 buah kelapa karena haus, pria itu berbaring miring membelakangi Diana, merajuk.

Diana terkikik geli melihat tingkah Ethan. Ia mengelus kepala Efhan dengan penuh kasih sayang membuat sang empunya membalikkan tubuh menghadap perut Diana. Ethan memeluk pinggang Diana dengan satu tangan. Satunya lagi mengambil tangan Diana yang mengusap kepalanya, membawa ke bibirnya untuk ia kecup dan Diana memerah.

"Hentikan Ethan. Seseorang bisa saja mengambil foto kita," bisik Diana.

Bukannya berhenti, Ethan malah membenamkan wajahnya di perut bawah Diana lalu menggigitnya membuat Diana berteriak kecil.

"Ethan! Astaga... Ada reporter disana!"

"Biarkan saja." Ethan kembali menggigit perut Diana. Tidak, lebih tepatnya ia memakan perut Diana yang hanya di tutupi kain sutra yang lembut seraya menggelitik pinggang wanita itu hingga Diana terbaring.

Dengan cepat Ethan menindih tubuh Diana, menggelitik leher wanita itu dengan mulut dan lidahnya membuat Diana tertawa renyah hingga harus mengeluarkan air mata. Diana yang berusaha mendorong tubuh Ethan hanya bisa pasrah karena kedua tangannya di kunci Ethan dengan tangan kasarnya.

"Okay, baiklah. Aku menyerah. Hentikan itu. Aku rasa hampir mati sekarang," kata Diana di sela-sela tawanya.

Ethan menghentikan aksinya. Tapi ia tetap berada di atas Diana dengan kedua sikunya menopang tubuhnya. Setelah selesai tertawa, Ethan dan Diana saling menatap dalam diam.

Ethan melarikan beberapa untai rambut Diana yang menutupi wajah wanita itu. Ia melirik ke bibir Diana yang sudah siap untuknya. Mengusap rahang Diana yang lembut dengan ibu jarinya yang kasar sebelum mengusap bibir Diana. Ethan mencoba menurunkan wajahnya perlahan hendak mencium bibir wanita itu jika saja tidak di hentikan Diana.

"Jangan di sini, Ethan. Aku tidak ingin gambar kita sedang- kau tahu maksudku," bisik Diana seraya mengedikkan kepalanya ke arah dimana ada kilatan kamera.

Ethan melirik arah yang Diana tunjuk dengan kepalanya lalu menghela nafas kasar. "Besok akan kubeli pulau ini supaya tidak ada yang menggangguku," gerutu Ethan langsung menarik Diana yang terkikik untuk berdiri.

"Gendong!" pinta Diana seraya merentangkan kedua tangannya ke depan.

Baru saja Ethan ingin mengangkat tubuh Diana, wanita itu menghentikan aksi Ethan. "Tidak, Ethan. Aku ingin digendong di belakang punggungmu."

Ethan hanya mendenguskan kekehannya, berjongkong. Setelah Diana naik di punggung dan mengalungkan lengannya di leher Ethan, pria itu langsung berdiri menahan bokong Diana dengan kedua lengannya, dan mulai berlari membuat Diana berteriak yang diselingi tawa.

Saat di depan resort, Ethan berhenti dan melihat Rachel yang sudah rapi dengan 2 kopernya.

"Melihat kau sudah datang seminggu lebih cepat di berita TV, si kepala botak itu sudah berada di Jakarta. Dan semuanya juga," ujar Rachel langsung.

"Siapa itu si kepala botak?" tanya Diana masih dalam gendongan Ethan dan tidak digubris Ethan maupun Rachel.

Ethan tahu siapa yang Rachel tengah bicarakan. Si kepala botak adalah produser filmnya kali ini. Si botak yang paling terbaik.

Mendadak Ethan memasang wajah sedihnya walau sedetik. Artinya waktunya dengan Diana di sini sudah berakhir. "Baiklah, aku akan berkemas sekarang juga."

"Tidak perlu. Aku dan Goldie akan ke sana terlebih dahulu. Mulai syutingnya masih 3 hari lagi. Hari ini mereka istirahat dan besok hanya melihat-lihat area syuting."

"Apa?! Kenapa cepat sekali? Bukankah kau bilang minggu depan mereka akan datang?" tanya Diana dan seperti biasa tidak ada yang menjawab.

"Tidak. Aku akan tetap pergi. Aku akan berkemas sekarang," ujar Ethan hendak masuk ke kamarnya kembali terhenti.

"Astaga... Bersenang-senanglah dulu. Aku akan ambil alih dirimu di sana. Lagipula besok hanya melihat area."

Baru saja Ethan ingin membuka mulut, teriakan Diana terlebih dulu menginterupsi. "Demi Tuhan. Bisakah aku masuk ke dalam pembicaraan kalian ini?!"

Ethan melirik ke belakang tubuhnya sekilas sebelum menghela nafas kasar. "Si kepala botak itu produser filmku. Dan kita akan berkemas sekarang juga. Kita akan ke Jakarta."

Terlihat jelas Diana sedih dengan mulutnya yang mengerucut.

"Aku janji setelah pekerjaanku selesai di Jakarta, kita akan kembali ke sini."

Seketika wajah Diana senang dengan senyum 3 jarinya. Ia mencium pipi Ethan dengan gemas sebelum turun dari gendongan Ethan. Dan mulai memasuki bajunya ke koper.

SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]Where stories live. Discover now