part 11

281 10 0
                                    

Tuntun diriku Tuhan untuk menemukan cinta yang sesungguhnya bukan cinta yang datang lalu pergi lagi.
__________________

Kalau jam istirahat gue selalu berpindah-pindah tempat, kenapa gue melakukan itu? Jawabannya adalah gue mencoba menghindar dari Byan, agar dia tak mudah menemukan gue, satu lagi gue menjauhi tempat yang ramai karena itu sangat berpotensi besar Byan bisa menemukan gue.

Sekarang gue ada di atap gedung sekolah, pemandangan sekolah terlihat jelas di atap gedung ini. Aktivitas semua orang di jam istirahat di luar ruangan tampak jelas terlihat.

"Akh!" Gue menjerit di atas gedung. "Gue benci semuanya!" Jerit gue lagi.

"Lo kenapa?" Seseorang menepuk pundak gue, refleks gue membalikan badan ternyata Byan dan di belakang Byan ada 5 orang cowok yang merupakan temannya Byan, salah satu dari cowok itu adalah Ray.

Gue gak membalas perkataan Byan dan pergi dari atap gedung, ke lima cowok itu menatap gue bingung, tapi Byan hanya diam dan raut wajahnya menunjukan kesedihan.

Air mata gue keluar begitu saja dan gue langsung menghapusnya kasar. Kenapa gue begini? Apa bener gue jatuh cinta sama Byan dan gue benar-benar udah ngelupain Dion.

Kalau boleh jujur gue akuin semenjak gue kenal Byan gue jarang mikirin Dion. Gue juga ngerasa nyaman kalau gue dekat Byan, karena Byan selalu ada buat gue, selalu support gue agar gue berhenti galau karena susah move on dari Dion.

"Kalau jalan itu hati-hati dong, jangan bengong tuhkan buku yang gue bawa jatuh kaya gini!" Gue langsung tersadar dari lamunan gue, ceroboh banget sih lo Reva bisa-bisanya lo jalan sambil ngelamun gitu jadi lo kan nabrak orang, gerutu gue dalam hati lalu gue memukul kepala gue.

"Maaf yah." Gue membantu cewek itu membereskan bukunya yang berserakan di lantai.

"Iya gak papah kok, lain kali kalau jalan jangan pake bengong." Cewek itu menegur gue lembut lalu dia pergi meninggalkan gue.

Baru selangkah gue jalan ada sebuah tangan yang narik tangan gue.

"Reva lo kenapa sih? Lo jauhin gue kenapa? Apa salah gue Reva?" Pertanyaan itu keluar dari mulutnya, gue gak ngebalikin badan gue karena gue tau dia siapa dari suaranya.

"Gue gak papah gue cuman pengen sendiri, gue harap lo ngerti." Kata gue dingin sambil menghempaskan tangan Byan yang memegang tangan gue.

"Rev.." Sebelum dia mengakhiri ucapannya, gue sudah lari menjauh dan untunglah bel pertanda istirahat selesai telah berbunyi nyaring, jadi gue bisa terbebas dari Byan.

Gue masuk ke kelas dan gue liat Riana murung di kursinya, sambil menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya yang ada di meja. Gue langsung menghampiri Riana lalu menyentuh bahunya.

"Ri lo kenapa?" Riana langsung memeluk gue.

"Gue berantem sama Ray."

"Berantem gara-gara apa Ri?" Gue mengusap rambutnya.

"Karena dia gak nempatin janjinya, kemarin dia ngajak gue sepulang sekolah untuk ke mall tapi dia langgar, alasannya dia mau latihan basket karena bentar lagi bakalan ada lomba, terus dia bilang ke gue dia gak tau hari ini bakal latihan, kalau dia tau dia ngga akan ajak gue jalan-jalan terus dia minta maaf." Riana menjelaskan.

"Yang Ray bicarin emang benar kok, kata pak Nugroho yang ngelatih tim basket ngomong ke gue lombanya dipercepat jadi beliau sengaja ngelatih tim basket sekolah lebih sering dan kemarin pun tim basket sekolah ngdain latihan mendadak, lo tau kan gue deket sama pak Nugroho jadi gak mungkin gue ngarang cerita." Riana melepaskan pelukannya.

"Berati gue salah dong Rev, gue gak bisa ngertiin Ray padahal Ray selalu ngertiin gue, terus gue harus bagaimana?"

"Lo minta maaf aja Ri, Rey pasti maafin lo."

"Nanti pulang sekolah gue langsung minta maaf deh."

"Nah gitu dong, sekarang lo senyum yah." Gue membujuk Riana dan Riana tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapi.

Pulang sekolah gue jalan ke luar sekolah tapi tiba-tiba ada yang jegat gue.

"Lo kenapa sih Reva ngehindar terus dari gue, gue tau lo bohong bilang lo pingin sendiri ke gue, gue tau lo ngehindar dari gue beberapa hari ini apa jangan-jangan gara..."

"Maafin gue yah gue harus pulang cepat, pak Supri udah jemput gue." Gue memotong ucapan Byan dan masuk ke mobil yang terparkir di hadapan gue.

Gue mengganti semua akun sosmed gue kecuali Instragram dan kartu gue gak gue ganti. Semoga gue memang benar-benar bisa menjauh dari Byan dan menghancurkan rasa yang diam-diam tumbuh, yah gue udah menyadari bahwa gue mulai mencintai Byan.

"Pak berhenti di depan sebentar yah Dira mau beli novel." Gue menunjuk toko buku yang ada di dekat sekolah.

"Iya non."

Oh ya gue lupa gue lebih sering di panggil Dira oleh keluarga besar gue, asisten rumah tangga di rumah gue dan supir pribadi keluarga gue, sedangkan oleh teman-teman gue manggil nama gue Reva.

Setelah membeli novel gue langsung masuk ke mobil. Gue membuka akun Instragram gue dan melihat ada postingan photo Byan di lapangan basket dia duduk menekuk kedua kakinya dan di tengah-tengah nya ada bola basket, di photo itu Byan memakai baju latihan basket. Ada tulisan di photo itu

"Jika memang gue bukanlah untuk lo gue harap lo bahagia dengan pilihan hati lo."

Postingan photo itu baru di kirim satu jam yang lalu oleh Byan.

Gue langsung mematikan handpone gue dan membaca novel yang gue beli, akhirnya selama satu jam di perjalanan gue nyampe ke rumah, setelah menempuh kemacetan di sepanjang jalan pulang.

Bersambung.....

Author note
Komentar dan saran nya yah 😄😄😄

Love and PromiseWhere stories live. Discover now