part 28

225 8 0
                                    

Gue mengantar Byan ke bandara rasanya gue pengen nangis saat itu juga tapi gue berusaha menahannya, gue gak mau Byan kepikiran dan malah dia gak jadi ke Landon nya gara-gara gue.

Gue dan Byan duduk di tempat untuk menunggu keberangkatan pesawat. Tangan Byan terus saja meremas tangan gue.

Gue menatap tajam matanya dari samping dan Byan mengalihkan matanya ke arah mata gue.

"Kenapa pake kacamata hitam si Rev?"

"Anu eu..." Gue mau ngomong apa nih mata gue kan bengkak gara-gara nangis semalaman.

"Kenapa?"

"Pas bangun tadi mataku merah kata mamah si kena infeksi mata gitu." Yes dapat juga tuh alasannya walau rada-rada gimana gitu.

"Kamu gak lagi bohong kan?"

"Ets..." Duh kok dia tau sih gue bohong emang keliatan banget yah?.

"Bener yah kamu bohong?!"

Gue menganggukkan kepala gue lalu menggelengkan kepala Gue "Aku gak bohong suer." Gue membentuk dua jari gue menjadi huruf V.

"Aku gak percaya!"

"Ya udah kalau gak percaya, itu sih terserah kamu!"

"Kamu nangis gara-gara aku kan?"

"Siapa sih yang nangis!" Kata gue jutek.

"Kalau kamu gak nangis buka kacamata kamu sekarang!"

"Gak mau aku takut kamu ketularan lagi."

"Bener berati kalau kamu menangis semalaman gara-gara aku!"

Byan meremas tangan gue lembut. "Maaf aku hanya bisa buat kamu nangis, aku gak bisa bahagiain kamu, aku cuman bisa buat masalah sama kamu, aku..."

"Ngomong apa sih kamu Byan!"

"Maafin aku."

"Sekarang ini bukan lebaran jadi gak usah minta maaf gitu deh nanti aja pas lebaran yah!"

Gue bersandar di bahunya Byan dan Byan terus saja meremas tangan gue.

Byan gue pasti bakal kangen banget sama lo, kangen lo yang rese, nyebelin, cerewet, galak, lucu, romantis, jahil, konyol pokonya semua tentang lo Byan, walaupun hubungan kita masih terbilang baru.

Gue bakal kangen lo yang peluk gue, lo yang selalu ada buat gue, lo yang selalu mengerti gue dan lo yang selalu buat gue nyaman.

Byan gue gak ikhlas lo pergi gue ingin lo di sini di samping gue Byan gue gak sanggup jauh dari lo.

Gue menahan air mata yang tiba-tiba ingin keluar. Hati gue sakit, gue gak sanggup jauh dari Byan.

Tapi gue gak boleh egois Byan harus meneruskan kuliahnya di luar negeri karena itu keinginannya dan bonyok nya.

Gue menatap orang-orang yang berada di sekitar gue mereka tengah menunggu keberangkatannya. gue berhenti bersandar di bahu Byan dan duduk tegap.

Bonyoknya Byan sepulang dari acara lamaran langsung pergi  Kalimatan, jadi mereka ngga bisa nganter Byan, tapi tadi waktu di jalan mereka telepon dan memberikan nasihat pada Byan.

Byan melepaskan kacamata yang gue pakai lalu jari-jarinya menghapus air mata gue yang diam-diam telah keluar dari mata gue tanpa izin.

Gue memegang tangan Byan yang tengah menghapus air mata gue. Tatapan gue bertemu dengan mata Byan. Setelah sekian detik gue menatap Byan gue menundukkan kepala gue.

"Dear!" Byan mengangkat dagu gue lalu dia memeluk gue.

Pemberitahuan bahwa pesawat yang akan Byan tumpangi sebentar lagi take up terdengar di tempat ini, Byan melepaskan pelukannya dan Membawa gue berdiri.

"Dear jaga diri baik-baik, I love you!"

"Kamu juga jaga diri, l love you to."

Byan memeluk gue sekilas lalu pergi menjauh menuju pintu keberangkatan. Gue melihat mata Byan tadi memerah sebelum pergi, dan dia juga sempat meminta maaf kembali pada gue.

Byan melambaikan tangannya ke arah gue dan gue membalas lambaian tangan itu. Sosok Byan telah menghilang, tubuh gue jatuh ke lantai dan saat itu juga gue menangis. Semua orang menatap gue bingung, gue gak peduli gue gak ikhlas Byan pergi.

Gue berjalan keluar bandara dan menghampiri Mobil pak Carman supir keluarga Byan.

"Non mau di antar ke rumah langsung atau mau ke mana dulu?"

"Antar aku ke kota tua aja pak, nanti bapak bisa pulang!"

"Tapi?!"

"Gak papah pak."

Sesampainya di kota tua gue turun dari mobil dan pamitan ke pak Carman.

Gue memandang bangunan tua itu, orang berlalu lalang di hadapan gue. Bayangan masa lalu gue seakan kembali terulang di hadapan gue.

Air mata yang sempat gue tahan ketika di mobil kini tumpah begitu saja. Gue duduk di salah satu tempat duduk di sana.

Gue menundukkan kepala gue menangis sepuasnya di sini seperti yang dulu gue pernah lakukan ketika Dion pergi untuk selamanya.

Hati gue sakit? Byan apakah bisa 4 tahun itu di percepat agar lo bisa cepat pulang? Gue di sini menunggu lo By.

"Kakak ini buat kakak!" kata seorang anak laki-laki yang membawa 2 buah lolipop.

"Dari siapa?" Kata gue sambil menghapus air mata gue.

"Kata Bunda kakak lagi sedih terus Bunda minta Asa ngasih permen ini ke kakak"

"Bunda kamu di mana?"

Anak itu menunjuk ke arah jam satu. Gue melihat ke arah yang di tunjuk anak itu dan melihat seorang wanita muda yang kira-kira berumur 25-27 tahun dia sedang tersenyum ke arah gue.

Anak itu memberikan gue satu Lolipopnya itu ke gue dan gue mengambilnya lalu tersenyum.

"Makasih yah de, bilangin ke Bunda kamu makasih juga dan salam buat Bunda kamu yah!"

"Siap kak!" Anak itu hormat di depan gue membuat gue tertawa. "Sama-sama kakak cantik, dah!" Anak itu pergi sambil melambaikan tangannya.

Gue menatap lolipop itu, gue gak berniat untuk memakannya. Gue memejamkan mata gue dan lagi-lagi gue menangis.

Gue terdiam di sana selama 2 jam, gue yakin mata gue sudah bengkak. Gue memakai kacamata hitam gue lagi dan beranjak pergi dari sini.

Gue ingin ke makam Dion sudah lama gue gak ke sana walaupun gue udah mencintai Byan. Tapi gue gak akan pernah melupakan Dion, karena Dion pernah menjadi bagian terindah di hidup gue.

Setelah gue membeli bunga gue pergi ke makam Dion. Gue menatap batu nisan yang terukir nama Dion.

Gue menaruh bunga itu di makam Dion lalu jongkok di samping makamnya. Gue mengusap batu nisan Dion sambil menangis.

"Dion gue udah bahagia gue udah bisa move on dari lo, gue udah bisa mengwujudkan keinginan lo, gue bahagia Dion gue bahagia akhirnya gue bisa jatuh cinta lagi. Byan orang yang lo percaya untuk buat gue bahagia dia udah bisa mengwujudkan keinginan lo itu. Makasih Di lo masih memikirkan gue padahal lo udah gak ada."

"Di gue sedih, Di gue sakit lihat Byan pergi walaupun dia pergi hanya sementara tak seperti lo pergi untuk selamanya. Gue hanya ingin curhat tentang ini sama lo."

"Semoga lo tenang di sana yah Di, gue doakan lo disini. Gue pergi dulu yah Di." Gue menghapus air mata gue dan berdiri dari tempat duduk gue lalu pergi dari sini.

Bersambung.....

Love and PromiseWhere stories live. Discover now