Part 5

373 14 0
                                    

Bel pertanda pulang sekolah berbunyi nyaring, semua siswa siswi berhamburan ke luar kelas. Aku berjalan pelan di samping Riana.

"Rev lo pulang bareng gue yah?"

"Gue gak bisa Ri maaf yah."

"Lo gak bisa kenapa?"

"Gue ada janji sama seseorang."

"Seseorang siapa rev cewek cowok?"

"Kepo deh lo Ri." Gue pergi meninggalkan Riana.

"Okey lo udah mulai gak suka cerita ke gue lagi, berati lo ngga anggep gue sahabat!" Kata Riana dengan nada mengancam.

"Gue mau ketemu Byan, dia mau ngomong tentang Dion." Gue membalikan badan dan menghampiri Riana.

"Byan yang kata gue cowok populer disekolahkan?" Gue mengagukan kepala pelan. "Emang dia siapanya Dion?" Kata Riana penasaran.

"Gue juga gak tau tapi dia bilang kalau mau tau dia siapanya Dion, gue harus datang ke lapangan basket sepulang sekolah."

"Ya udah lo samperin dia sekarang takut dia nunggu!" Perintah Riana.

"Ya udah gue pergi, dadah Riana." Gue melambaikan tangan ke arah Riana.

Gue duduk di lapangan basket menunggu Byan tapi dia gak nonghol-nonghol dari tadi dan sekarang sudah 15 menit gue menunggu dia, apa jangan-jangan dia udah pulang yah? Entahlah.

"Eh maaf gue telat." Byan menepuk pundak gue pelan, lalu dia duduk di sebelah gue.

"Lo lebih dari telat, gue udah 30 menit nunggu lo tapi lo baru sekarang datang, gue jamuran disini gara-gara lo!" Kata gue marah-marah.

"Tadi gue malah pulang ke rumah, gak inget ada janji sama lo, tapi pas pertengahan jalan gue baru inget dan langsung balik ke sekolah." Kata Byan dengan Raut wajah tak berdosa.

"Apa lo bilang!" Teriak gue. "Lo lupain janji lo sama gue, apa lo udah pikun? emang berapa sih umur lo?" Gue menyindir Byan.

"Biasa aja kali dan gue cuman lupa bukan pikun." Bian menekan kata lupa dan pikun. "Lo cuman nunggu 30 menit gak lama kok, jadi gak usah marah-marah." Byan terlihat santai tanpa perasaan bersalah sama sekali.

"Apa lo bilang! 30 menit lo bilang bentar, lo itu orang yang gak ngehargain waktu, 30 menit itu sangat berati buat gue!" Gue membentak Byan dan berdiri dari tempat duduk gue.

"Lo mau ke mana?"

"Gue mau pergi!"

"Katanya lo mau tau tentang Dion?" Kata Byan dengan nada santai.

"Gue gak mau tau Dion siapanya lo dan gue gak mau lama-lama dekat lo, karena bisa-bisa gue kena darah tinggi." Gue marah-marah sama Byan, dan lari menjauh dari lapangan basket.

Byan mengejar gue dan teriak-teriak manggil nama gue, sesampainya gue di tempat menunggu bus, gue melihat ke arah belakang, syukurlah Byan gak ngejar gue lagi karena gue gak liat Batang hidungnya Byan.

Gue melirik jam yang melingkar di tangan kiri gue jam 5 sore, bus atau pun angkutan umum tak ada satu pun yang lewat.

Gue memandang langit sore tampak gelap sepertinya akan turun hujan. Gue berdiri dari tempat duduk gue Lalu berjalan meninggalkan halte.

Hujan mulai turun, gue merentangkan tangan sambil berputar merasakan air hujan yang mulai membasahi tubuh gue.

"Ahhhh!" Teriak gue

Berteriak di tengah hujan bisa membuat gue terlepas dari semua beban walau hanya sekejap, gue menutup mata, gue melihat wajah mama dan papah tersenyum bahagia, ingatan-ingatan masa kecil bersama mereka membuat gue ingin kembali lagi pada masa itu karena sekarang gue udah jarang bertemu mereka, mereka sangat sibuk dengan urusan mereka masing-masing sehingga melupakan gue.

Love and PromiseWhere stories live. Discover now