part 21

240 7 0
                                    


Setiap hari gue selalu saja menemukan bunga dan surat yang berisi kata maaf, sudah 3 Minggu Byan mengirimkan itu semua ke meja gue setiap paginya.

Gue bingung apa Byan tulus ingin meminta maaf sama gue dan dia memang benar-benar mencintai gue? Tapi gue ingin melupakan dia, gue gak mau terluka karena cinta. Gue berusaha menjadi cewek tegar, tapi setiap kali gue baca surat dari Byan pasti rasa rindu yang gue rasakan untuk dia semakin kuat.

Gue gak sanggup menjalani semuanya, gue ingin melupakan Byan, namun gue gak sanggup. Gue menyadari bahwa semakin gue berusaha untuk melupakan dia semakin besar pula rasa cinta gue untuk dia.

Gue melihat Instagramnya Byan, foto-foto yang ada di Instagramnya ada poto gue dan Byan juga sering upload Vidio yang berisi dia sedang bernyanyi sebuah lagu yang menggambarkan perasaaan yang dia rasakan saat itu, entah rasa cinta ataupun rindu dan juga diakhir lagu dia selalu bilang lagu ini untuk cewek berinisial RASA.

Sepulang sekolah gue duduk di pinggir lapangan basket, di sini sepi dan gue duduk sendirian. Gue menatap langit biru, gue tersenyum sekilas, kenapa kisah cinta gue gak seperti langit biru yang cerah? Kenapa di setiap gue mencintai di saat itu pula gue harus terluka?.

Balon-balon berterbangan di udara, gue mengerjapkan mata gue, meyakinkan apa yang gue lihat itu benar atau ngga?  Ternyata itu semua benar dan balon itu di ikat kepada sebuah papan yang tulisannya Reva l love you. Gue menganga balon dari siapa itu? Gue melirik ke kanan dan ke kiri mencari siapa yang menerbangkan balon itu.

Gue melihat di ujung lapang basket, ada seorang cowok yang sedang menunduk sambil memegang pulpen dan dia tampak sedang menulis sesuatu. Cowok itu memakai topi dan kacamata hitam.

Gue berdiri dan menghampiri cowok itu, sesampainya gue di depan dia, dia mendongkakkan kepalanya dan tersenyum ke arah gue, senyum yang sangat manis dan gue menyadari cowok itu Byan.

Dia pergi dari sini, tapi sebelum dia pergi, dia memberikan kertas yang di pegang ke gue lalu berbisik di telinga gue.

"I miss you dear."

Gue duduk di tempat Byan duduk lalu membaca surat itu.

Gue yakin lo merasakan yang gue rasa. Gue cinta sama lo dan gue juga tau lo cinta sama gue. Gue harap lo maafkan kesalahan gue, jujur gue sedih liat lo menjauh dan menangis. Gue hanya ingin lo menjadi bunglon untuk gue, karena hal itu lah yang buat gue jatuh cinta sama lo. Gue harap suatu saat nanti lo mampu memaafkan gue. Jujur gue merindukan lo, gue kangen lo yang marah-marah gak jelas sama gue.

Lo tau kenapa Dion orang sedingin dia bisa berubah karena lo? Karena lo itu berbeda dari yang lain, lo itu langka itu juga salah satu alasan gue mencintai lo. Dulu gue berpikir yang Dion ucapkan tak akan pernah terjadi sama gue tapi ternyata salah, gue malah mencintai lo sama seperti yang Dion ucapkan ke gue.

Hidup gue lebih berati karena kehadiran lo, gue mencintai lo dan gue merindukan lo. Maaf dear gue udah menyakiti hati lo.
Sekali lagi maaf dear
l need you and l Miss you....

Gue menutup surat itu. Gue semakin penasaran apa janji Dion kepada Byan. Gue mengacak-ngacak rambut gue prustasi.

Gue bingung apakah gue harus memaafkan Byan? Air mata gue tiba-tiba saja menetes, dia mencintai gue dan dia merindukan gue sama seperti yang gue rasakan.

Byan lo buat gue gila. Gue pergi dari sini, gue pergi ke luar sekolah karena gue gak bawa mobil. Gue menunggu di depan gerbang kenapa taksi dan angkot gak ada yang lewat?.

Gue berlari ke tempat menunggu bus karena langit berubah menjadi gelap padahal tadi cerah. Hujan mulai turun, gue menggosokkan kedua telapak tangan gue karena dingin.

Angin yang lumayan kencang, pohon-pohon bergoyang-goyang dan udara bertambah dingin. Sudah 30 menit gue menunggu bus ataupun angkot dan gak ada satu pun yang lewat.

Tittttttttttttt
Suara klakson mobil sedan yang berhenti di hadapan gue. Byan turun dari mobil sambil membawa payung. Dia menghampiri gue lalu melepaskan jaketnya dan memakaikan jaket itu ke punggung gue lalu menuntun gue masuk ke dalam mobilnya dan gue hanya menurut saja tak menolak ajakannya, gue duduk di samping kemudi.

Mobil membelah kota Jakarta yang sedang turun hujan. Gue dan Byan hanya diam di dalam mobil tak ada yang berbicara diantara kita, suasana sangat sepi dan gue tidak nyaman dengan kondisi ini, namun gue enggan membuka pembicaraan.

Gue mengambil handpone gue di tas gue. Gue menyalakan handpone gue dan ternyata handpone gue mati karena kehabisan baterai. Gue menatap kesal kepada handpone gue.

"Ambil power bank di sana!" Byan menunjuk tasnya yang berada di belakang.

Kenapa Byan tau gue kehabisan baterai? Padahal dia dari tadi melihat saja ke arah depan.

Gue mengambil tasnya dan mencari power bank. Hah ada poto gue, gue melihat poto itu ternyata sebuah poto gue yang sedang duduk di taman sambil membaca novel.

"Gue kangen lo." kata Byan.

Gue hanya diam saja tak membalas ucapannya dan menatap poto itu lalu membalikan poto itu ada sebuah tulisan.

Aku hanya ingin kau tau, aku mencintaimu tulus tanpa ada niat apa pun dan aku berharap kamu juga memiliki rasa yang sama dengan aku.

Gue memasukan lagi poto itu lalu mengambil power bank dan menyimpan kembali tas itu ke belakang.

"Reva gue minta maaf sama lo, gue harap lo mau memaafkan gue. Gue cinta sama lo dan gue gak memaksa lo membalas cinta gue. Gue hanya ingin lo mau menjadi teman gue kalau lo gak mau jadi pacar gue."

Gue hanya diam saja lalu menatap ke depan, hujan masih turun namun tak sederas tadi.

Byan membelokan mobilnya ke arah kompleks perumahan dan memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah bercat putih. Gue membuka pintu mobil.

"Makasih." Kata gue.

"Sama-sama." Byan tersenyum sambil menatap gue.

Gue menutup pintu mobil, setelah itu mobil berjalan menjauh dari gue. Apa gue harus memaafkan Byan yah?.

Bersambung....

Author note
Typo-typo bertebaran😉

Love and PromiseWhere stories live. Discover now