part 3

462 21 0
                                    


Rumah ini seperti kuburan, kenapa? Jawabannya adalah rumah besar yang hanya gue tinggali sendiri, bonyok ( bokap nyokap) gue keluar negri gak tau keluar kota karena urusan bisnis dan mereka jarang ada di rumah, gue gak paham soal bisnis, bayangkan saja pernah bonyok gue pergi gara-gara urusan bisnis ke Surabaya terus besoknya lagi ke Singapura dan 3 hari kemudian ke Belanda, daripada gue pusing kemana mereka perginya, mending gue gak nanya sekalian. Kakak gue di Amerika sedang kuliah S2. Gue hanya ditemani bi Ani ART di rumah gue, dan pak Supri sopir pribadi keluarga gue sekaligus suaminya bi Ani.

Hidup gue emang bergelimang harta tapi gue kurang kasih sayang dari bonyok gue, gue lebih suka keluar rumah dan mencari tempat yang tenang.

Gue jadi ingat Dion dia selalu ada buat gue, kasih gue cinta dan kasih sayang, itu yang buat gue nyaman namun dia udah meninggal.

Gue mengacak-ngacak rambut gue kenapa semua hal pasti selalu terkait dengan Dion. Gue pusing sulit sekali move on dari Dion.

Dari pada di rumah ujung-ujungnya kepikiran Dion lagi mending gue keluar cari udara segar. Gue ganti baju dan turun ke bawah lalu jalan ke garasi. melajukan motor ninja hitam milik kak Nick.

Gue memberhentikan motor di parkiran dekat taman. Gue jalan menuju sebuah bangku dan duduk sambil menikmati udara sore hari.

Gue masih memikirkan ucapan dari Riana Sabtu kemarin sepulang dari mall.

"Lo itu harus move on rev lo gak tega kan liat Dion sedih karena lo terlalu memikirkannya, lo harus penuhi janji lo sama Dion, lo berhak bahagia Rev"

Gue gak bisa melupakan Dion, di hati gue nama Dion masih terukir dengan indahnya. Apa emang ada cowok yang lebih dari Dion yang mencintai gue apa adanya, tulus sayang sama gue, dan bisa buat gue move on dari Dion. Jika memang ada cowok seperti Dion, apa dia bakal buat gue merasa paling bahagia dan merasa dihargai dengan cintanya. Entahlah rasanya sangat sulit buat gue move on dari segala kenangan terindah yang pernah gue jalani dengan Dion.

Gue tersentak dari lamunan gue gara-gara seseorang yang menyiram gue pakai air minum dan tumpah ke baju gue.

"Eh maaf mbak gue gak sengaja." Suara cowok itu meminta maaf padaku.

"Lagi apa sih lo pakai nyiram gue segala emang gue tanaman apa?!" Gue membentak dan gue mendongakkan wajah gue melihat ke arah wajah cowok itu.

"Loh, kok lo sih?" Cowok itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, dan keningnya berkerut menunjukan bahwa dia sedang bingung atau entahlah gue gak tahu.

"Lo kenal sama gue? sorry gue gak kenal sama lo dan lo berani nya nyiram gue apa salah gue sama lo?!"

"Jadi cewek galak bener." Gue berdiri dan memilih pergi dari sini, namun ada sebuah tangan yang menggenggam tangan gue.

"Lo harus nya dengerin dulu penjelasan gue jangan suka kabur kalau orang lagi ngomong, nih yah tadi gue minum sambil jalan terus ada anak yang nyengol badan gue, lalu air dalam botol minuman yang gue minum tumpah ke badan lo." Cowok itu memberikan penjelasannya. "Gue juga minta maaf karena bola basket yang gue lempar kemarin kena kepala lo dan gue gak sengaja, sekali lagi gue minta maaf." Cowok itu menatap mata gue dengan perasaan bersalah.

"Jadi lo orang yang sama yang melempar bola basket ke kepala gue dan sekarang gue ke siram air karena lo juga dan 2 kali ketemu lo 2 kali juga gue ketiban sial karena lo!" Gue marah-marah sama cowok itu, dan menghempaskan tangannya kasar lalu gue lari dari tempat ini.

"Dasar cewek galak!" Teriak cowok itu kesal, karena kata maaf yang dia ucapkan ke gue, dibalas dengan amarah.

Gue menaiki motor ninja dan melajukannya ke arah rumah, namun tiba-tiba motor yang gue tumpangi berhenti di pertengahan jalan.

"Sial bensinnya abis!" Gue teriak sambil mengacak-acak rambut gue yang gue ikat satu, sial bener hidup gue gara-gara cowok itu.

Akhirnya gue dorong motor itu ke pom bensin yang jaraknya cukup jauh. Setelah mengisi bensin gue cari tempat minum. Gue menjalankan motor menuju rumah karena badan gue udah kedinginan akibat baju gue yang basah.

Selesai mandi dan ganti baju gue duduk di teras belakang rumah, sambil mencelupkan kaki ke dalam kolam renang lalu menggoyang-goyangkannya di dalam air.

Wajah cowok yang udah nyiram gue pakai air, kenapa wajahnya kaya gak asing lagi yah? memang gue pernah bertemu di mana? Gue berfikir keras dan mencari memori di mana gue pernah bertemu tuh cowok tapi gue gak berhasil menemukannya atau jangan-jangan gue lupa yah bahwa gue pernah bertemu sama dia?.

Gue minum teh hangat buatan bi Ani sambil menatap langit malam tanpa bintang maupun bulan. Langit tampak hampa dengan warna hitamnya, seperti hati gue yang tak lagi memiliki cahaya yang menerangi hidup setelah Dion pergi membawa cintanya.

Gue memejamkan mata dan bayangan kejadian tadi berputar kembali di pikiran gue. Deg gue ingat gue pernah bertemu dengannya ketika gue datang ke makamnya Dion, dan dia juga datang ke makam dion, apa hubungan dion sama cowok itu?.

Flashback on

Gue menatap batu nisan Dion dan cowok itu datang ke makam Dion, lalu gue langsung pergi dari situ.

"Dion maaf gue jarang ke sini tapi gue tetep pegang janji lo kok, gue akan penuhi janji yang lo berikan pada gue." Cowok itu mengusap batu nisan Dion dan suaranya terdengar serak, mungkin dia sedang menangis.

Flashback off

Pantas saja wajahnya gak asing lagi, tapi gue penasaran juga yah janji apa yang diberikan Dion kepada cowok itu? Dion kenapa kepergian Lo itu diiringi dengan janji kepada semua orang termasuk gue sih, seolah-olah Lo pergi namun banyak hal yang ingin lo wujudkan dan Lo jaga. Apa janji Dion kepada cowok itu? Apakah ada hubungannya dengan gue? Tapi gue gak mau tahu, itu janji dia sama Dion, walaupun dibaliknya ada atau tidak adanya hubungan janji itu sama gue, gue gak mau tahu.

Bersambung.....

Author note

Edisi bedah cerita.

Love and PromiseWhere stories live. Discover now