part 10

304 11 0
                                    

Jika memang mencintai mu akan sesakit ini lebih baik aku tak mengenalmu sekalian daripada aku harus terluka.

Melepaskan cinta tak semudah melepaskan genggaman tangan pada seseorang karena sekalinya mencintai rasa cinta itu pasti tak akan hilang dengan mudah.
____________________________

Gue mencoba menjauh dari Byan sehingga jam istirahat ini gue habiskan dengan duduk di perpustakaan sekolah dan gak seperti biasanya gue duduk di taman sekolah.

Gue belum memastikan apakah gue mulai mencintai Byan atau ngga. Akhir-akhir ini gue juga gak pernah mikirin lagi Dion. Rasa sedih ketika gue inget Dion pun udah gak ada. Gue rasa cinta gue ke Dion sudah perlahan-lahan mulai memudar.

Gue menulis sebuah puisi yang merupakan curhatan atas segala kegundahan gue akan sebuah rasa yang terus mengganggu diri gue.

Gue menggoreskan tinta hitam ke sebuah buku.

Jika memang kau telah pergi
Ijinkan aku menyentuh kebahagiaan
Jangan terus menyiksa diriku dalam sebuah rasa yang tak pasti

Jika memang ini akhirnya tolong lepaskan pelukanmu dan biarkan aku keluar dari sangkar yang memenjarakan diriku dalam cintamu

Aku hanya ingin menjadi burung yang bebas menentukan dimana hatiku akan berlabuh dan menemukan cinta  yang sebenarnya

Gue membaca ulang puisi itu, puisi yang mewakili perasaan gue akan sebuah rasa yang buat gue bingung. Apakah gue mulai mencintai Byan? Pertanyaan itu terus menghantui pikiran gue apalagi semalam gue bermimpi tentang Dion.

Flashback on

"Kenapa gue bilang ke lo bahwa lo itu bintang?" Gue hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Dion.

"Gue harap lo akan seperti bintang, dia selalu setia menemani malam ketika malam kesepian, lo itu persis seperti bintang gue selalu merasa sendiri gue gak pernah mampu mengekspresikan semua yang gue rasa tapi semenjak gue kenal lo, gue mulai terbiasa mengekspresikan apa yang gue rasa hingga gue menyadari gue nyaman dekat lo." Dion berhenti berbicara dan gue hanya diam.

"Gue berharap lo lupakan gue, lo cari cinta lo yang baru dan gue berharap orang yang mampu buat lo lupakan gue dan buat lo jatuh cinta itu orang yang gue percaya buat jagain lo."

"Tapi si...." Belum selesai gue berbicara Dion sudah pergi dan menghilang ke dalam sebuah cahaya berwarna putih.

Gue langsung terbangun dari tidur gue dan melihat jam di atas meja lampu tidur baru menunjukkan jam 1 malam setelah itu gue gak bisa tidur lagi.

Flashback off

Gue tak tau apa maksud dari mimpi itu, siapa orang yang Dion maksud apakah Byan sahabatnya? Tapi Byan sedang jatuh cinta sama seorang cewek yang gue pun tak tau siapa dia, gue pernah berpikir bahwa cewek itu gue tapi gak mungkin Byan curhat sama gue kalau cewek yang dia cintai adalah gue.

Gue semakin galau masalah cinta gue yang semaki ribet, gue bersyukur rasa cinta gue ke Dion mulai perlahan-lahan pudar tapi kenapa hati gue sakit dengar kalau Byan jatuh cinta sama cewek lain?.

Gue menatap sebuah lukisan yang ada di perpustakaan, Potongan kenangan gue dan Dion berputar di kepala gue, setelah itu potongan memori ketika gue sama Byan berputar bersama dengan kenangan Dion.

Kepala gue tiba-tiba sakit dan air mata gue keluar begitu saja. Ada apa dengan kisah cinta gue, gue gak mau jatuh cinta sama Byan, karena itu akan buat gue terluka.

Akh gue menundukkan kepala gue, galau itulah kata yang mewakili perasaan gue saat ini.

___________________________

Jika memang dia bukan untukku,
Aku mohon pupuskan rasa ini
Biarkan aku sendiri tanpa cinta
Aku juga berhak bahagia.
___________________________

Gue membaca kata itu yang ada dibalik sebuah poto gue ketika hari pemakaman Dion, poto itu terselip di belakang buku, buku yang tadi gue tulis puisi di sana. Rasanya gue ingin tenggelam ke dasar samudra dan pergi tanpa harus kembali.

Apa yang harus gue lakuin, yah gue harus menjauh dari Byan dan lupakan dia. Gue gak mau jatuh cinta sama dia.

Jam istirahat selesai gue pergi ke kelas. Pas pelajaran matematika gue hanya bengong dan tak memperhatikan pak Hanif menjelaskan materi yang sedang di bahas.

Riana menyenggol lengan gue "perhatiin pak Hanif Rev, dari tadi dia liatin lo terus loh." Kata Riana dengan suara pelan.

"Yah." Jawab gue singkat, walaupun gue memperhatikan pak Hanif menjelaskan tapi tetap aja materi yang pak Hanif sampaikan gak masuk ke kepala gue.

Pelajaran pak Hanif selesai gue langsung memeluk Riana dan menangis dalam pelukan Riana.

"Lo kenapa Rev?" Gue hanya diam tidak menjawab pertanyaan Riana. "Kalau lo ada masalah lo cerita aja sama gue?" Gue melepaskan pelukan gue dan menghapus air mata gue.

"Gue gak papah cuman pengen nangis aja."

"Lo bohong Rev gue tau lo, lo pasti ada masalahkan lo bisa cerita ke gue?"

Gue semakin menangis, Riana hanya diam sambil memberikan gue tisu.

"Lo bisa cerita sama gue, tapi kalau lo gak bisa cerita sekarang gak papah ko lo bisa cerita kapan aja ke gue."

"Makasih yah Ri."

"Sama-sama Rev." Riana memeluk gue dan mencoba menenangkan gue.

Untunglah Bu Yani tak masuk karena sakit jadi gue bisa menangis sepuas gue di pelukan Riana. Anak-anak kelas juga banyak yang nanya kenapa gue nangis dan gue hanya diam kalau Riana menjawab dengan sebuah gelengan kepala.

"Ri gue gak tau harus gimana, cinta gue ke Dion udah mulai memudar dan kenapa hati gue sakit ketika melihat seorang cowok, maaf gue gak bisa cerita siapa cowok itu." Gue menarik napas lalu Riana hanya diam dan memeluk gue semakin erat. "Gue tau cowok itu suka sama seseorang tapi bukan gue cewek yang dia maksud."

Riana ikutan menangis dan dia terus mengucapakan kata sabar yah Rev, lalu dia mengusap punggung gue lembut.

"Kenapa lo harus jatuh cinta lagi sama orang yang salah Rev?" Kata Riana di sela-sela tangisannya.

Gue tau Riana selalu ikutan sedih kalau gue sedih dan dia bahkan bisa menangis kalau tau apa yang buat gue sedih, Riana memang sahabat yang selalu merasakan kesedihan sahabat nya seolah-olah dia yang merasakannya sendiri.

Bersambung......

Author note
Gimana ceritanya? Bagus atau ngga,
Komen dan sarannya yah😉😉😆😆

Love and PromiseWhere stories live. Discover now