[25] Dia siapa?

1.5K 269 136
                                    

Khusus part ini diharapkan kalian baper😂

karna ini akan full dengan scene Iq(Nam). atau bahkan bisa sampe selese Iq(Nam) semua.

Budayakan vote sebelum baca, dan komen setelah baca😘

Selamat membacaa📖📖🎉 (15)

👰👸🎅👼👱👲👳

Chapter 25❤
"Lu harus sama gue, gue gak mau lu kenapa-kenapa cuma karena lu gak berhati-hati sama keadaan di sekitar lu. Tugas baru dan akan jadi selamanya buat gue itu melindungi elu dari bahaya apapun."

***

Iqbaal menghela nafas kesal, sudah berulang kali ia mencoba untuk menelfon (Namakamu), entah itu lewat Line, Nomor telefon, serta WhatsApp dan itu sama sekali tak ada jawaban. Ia merasa bahwa (Namakamu) menghindari untuk menjauhi dirinya.

Iqbaal berdecak dan mulai berjalan menuju arah tempatnya menaruh kunci motornya, ia mulai berjalan ke belakang pintu dan mengambil serta memakai jaketnya yang ia gantungkan pada gantungan baju di belakang pintu. Ia pun mulai melangkahkan kakinya untuk keluar rumah dan menemui Viana yang tengah asik menonton TV, "Na, kalo misalkan bunda nanya gue kemana. Bilang aja lagi nyusulin (Namakamu), mantu Bunda." Viana mengangguk. Entah itu mengangguk dalam artian iya, atau anggukan dalam artian dia mendengarkan lagu anak-anak yang muncul dari TV.

***

(Namakamu) saat ini tengah duduk di meja makan bernomorkan '8' tepat berada di samping kaca, ia menunggu seseorang yang ia ajak untuk bertemuan. "Hai, (Nam)!" ujar lelaki itu tersenyum yang langsung duduk di hadapan (Namakamu).

"Hallo, Bang. Gue ngajak lu ketemu cuma mau bilang kalo sahabat gue ada yang suka sama lu. Dan dia jadi benci sama gue karna dia rasa cuma gue yang bisa ngerebut hati lu, tidak dengan dia." ujar (Namakamu) to the point . Iya, dia gamau kalau tiba-tiba si Iqbaal nge-gap dirinya dan menyangka bahwa ia dan Bang Christ sedang makan bersama di salah satu cafe. "Dan.. gue mohon, lu jauhin gue." lanjutnya

Ia menatap raut wajah Bang Christ seperti sedih, "Tapi kenapa harus jauhan sih, (Nam)? Apa gak bisa sahabat lu itu lihat gue seneng di deket lu?"

(Namakamu) tersenyum tipis, ini demi Intan. Sedari tadi hatinya berujar seperti itu. "Maaf Bang, cuma sahabat gue gak suka kalau gue sama elu deketan." ucap (Namakamu).

"Siapa sih sahabat lu itu? Nyebelin banget dah--" ujaran Bang Christ kesal terhenti karena (Namakamu) segera menolehkan kepalanya ke kiri, dan mata (Namakamu) terbelalak menatap seseorang yang tengah berjalan memasuki cafe.

***

Iqbaal merasakan tangannya ditarik oleh seseorang, ia menggeram kesal lalu menepis lengan yang menggenggam tangannya, baru saja ia memasuki sebuah cafe dan mendapatkan pemandangan yang sukses membuat hatinya error. Iya, (Namakamu) dan seorang lelaki yang bagi Iqbaal lumayan tua dari (Namakamu) dan dirinya yang sedang berduaan di meja makan. Jadi ini alesannya kenapa gak jawab semua telepon ditambah sms gue? Batinnya berujar saat mendapatkan pemandangan itu.

"Baaal.. Dengerin penjelasan aku dulu Baal, kamu salah paham. Tolong baaal.." Tidak. Jangan melirih. Jangan menangis. Iqbaal memejamkan matanya, dan mengigit bibir atasnya. Seumur hidupnya, ia tak pernah kuat melihat anak orang menangis hanya karena dirinya. Karena menurut prinsip ke 999+ miliknya, menyakiti perempuan = menyakiti ibu.

"Jangan nangis. Aku gak bisa liat kamu nangis." ujar Iqbaal antara sedih dengan dingin. Ia ingin memeluk perempuan di hadapannya yang mulai mengelap air mata yang perlahan turun menelurusi pipinya dan berakhir pada tanah yang mereka semua pijaki, tapi sayangnya lelaki ini ragu. Ia ingin tetap mempertahankan egonya, tapi ia juga tak kuat menahan tindakan yang melintasi otaknya, dan hampir ia lakukan. iya, memeluk (Namakamu).

[1] Aileen Dan Aline✨IDRحيث تعيش القصص. اكتشف الآن