Cup

David menyentuh pipinya yang baru saja dikecup Diva

"Bangun, Jevlyn minta di pompain rumahnya" ucap Diva lembut

David hanya menghela nafas lalu kembali menelungkup, sadar karena putrinya dan istrinya bersekongkol untuk menganggu waktu tidurnya. "Julian itu ada-ada aja. Masa ngasih mainan segede gambreng. Niat banget ngerebut perhatian Jevlyn"

Diva terkekeh, kemudian mendudukan Jevlyn tepat diatas punggung David

"Div, ini Jevlyn berat banget tau" protes David

Terang saja, gadis kecil itu semakin melancarkan aksinya dengan ikut berbaring diatas punggung Ayahnya. Dan tertawa-tawa kecil ketika Diva menggeleitik perutnya, "Bunda hahaha!"

"Astaga. Kapan aku bisa tidur?"

"Kamu udah tidur dari kemarin. Ini jam 11 Dav!" omel Diva, tapi dia ikut berbaring juga di sebelah David

David menoleh pada Diva, memandang wajah Diva yang sedang tertawa dengan Jevlyn yang berada diatas punggung milik David. "Jevlyn gak mau cium..."

Belum selesai ucapannya, David melihat Jevlyn memberikan ciuman singkat pada Diva hingga Diva tersenyum kemudian meliriknya. Jevlyn melakukan hal yang sama untuk David hingga lelaki itu tersenyum dan kembali memejamkan matanya.

"Bangun, ayo" tarik Diva lagi

"Iya sayang" David menyerah

Diva menarik Jevlyn ke pangkuannya dan David bangkit dari tempat tidur, menuju restroom milik mereka dan membasuh wajahnya, kemudian keluar dan menghampiri Jevlyn lalu menggendongnya sehingga gadis kecil itu tidak lagi bergelayut manja di dalam pangkuan Diva. Mengecup sekilas perut Diva kemudian membantu Diva turun dari kasur.

"Jevlyn ke Pak Tarjo dulu ya minta tolong dikeluarin rumah-rumahannya ke taman sebelah timur, nanti Ayah susul kesana" ucap David dan anak kecil itu hanya mengangguk dengan riang

Sepeninggal Jevlyn, Diva kembali berbaring dan David ikut berbaring disebelahnya. Mereka memandang langit-langit cukup lama. Dan Diva bisa merasakan tangan David yang mengelus perutnya.

"Dia gak gede-gede atau kenapa ya?"

Diva tertawa kecil, perutnya memang tidak terlalu besar untuk ukuran ibu hamil tujuh bulan. Kadang dia khawatir juga, tapi dokter mengatakan baik-baik saja. "Iya, kata Mama Anita sama Mama Amanda, mungkin karena aku yang gak bisa gemuk juga"

David manggut-manggut dengan tenang, "Maaf ya kalo aku sibuk, jarang bisa luangin waktu untuk kalian"

"Iya"

"Kamu gak marah kan sayang?"

"Kenapa sih? Kamu kok manja banget Dav, yang harusnya manja kan aku" protes Diva

David segera berbalik memandang Diva. Menyangga tubuhnya dengan satu tangannya, sambil satu tangan lainnya mengelus perut Diva, "Maaf karena jarang pulang, bukan karena aku gak mau nurutin ngidam kamu yang aneh-aneh, tapi perusahaan lagi banyak-banyaknya kerjasama. Kamu tau sendiri sekarang Iris, Mulia sama Everart itu udah jadi kerajaan bisnis, hampir-hampir ngalahin Delano sama Salvia"

Lagi-lagi hanya senyuiman kecil yang Diva bisa berikan, "Iya, aku ngerti. Lagian ngidamnya juga gak mesti dipeluk kamu tiap hari. It's okay"

David mengernyit, "Kamu mau aku peluk tiap hari?"

Sepertinya Diva sudah salah bicara, tanpa sengaja justru melontarkan keinginannya yang terpendam jauh di lubuk hatinya. Ya, sebenarnya dia sangat ingin suaminya itu tidak pernah berada jauh darinya. Jujur saja, Diva masih trauma. Tapi Arian dan dokter-dokter lainnya menjelaskan kalau dia juga butuh menghadapi ketakutannya itu. Dan tentu saja, David harus bekerja.

CandourWhere stories live. Discover now