42

8.2K 386 36
                                    


I'm hoping that you'll keep your heart open 

I'll keep mine open too 

– Prey by The Neighbourhood



"Aku mohon jangan Diva, J" Pinta David dengan lemah dan sendu

Jessica menghela nafas, "Kamu udah sadar sekarang Diva?" tanya Jessica menyadari Diva sudah menangis ketakutan dalam kungkungannya.

Tanpa di duga, Jessica menjauhkan pisau itu dan mendorong tubuh Diva hingga gadis itu jatuh kedalam pelukan David. "Aku emang pengen nyingkirin siapapun itu Dav, yang menghalangi aku sama kamu"

David memeluk erat Diva yng melemas dan menangis dalam pelukannya. Memandang Jessica dengan marah , "Kamu!!!"

Jessica tersenyum samar, "Tapi itu dulu. Sebelum kamu bisa nerima Jevlyn"

David terdiam. Diva memeluknya erat dengan isakan kecil dan sesekali bergetar.

"Sekarang, aku hanya mau liat kalian bahagia. Kamu udah sadar kan Diva? Maafin aku udah buat kamu takut tadi, I did it on purpose. Kamu gak boleh selemah itu. Banyak orang yang akan berusaha membunuh kita, menyakiti kita, menjatuhkan kita dan kamu tadi menjadi salah satu orang yang ingin menyingkirkan diri kamu sendiri" Jessica tertawa getir, "Kamu lemah, kamu gak boleh begitu kalo kamu jadi pasangan David dan bakalan jadi ibu dari Jevlyn"

Kemudian Diva bergetar sekali lagi dalam pelukan David. Mereka berdua saat ini memandangi Jessica dengan tatapan bingung.

"Aku gak mau pengorbanan aku sia-sia" Jessica tersenyum kecil, "Banyak yang udah berkorban buat hubungan kalian, Diva. Aku salah satunya, aku mengorbankan perasaanku hanya agar laki-laki yang aku cintai bisa memeluk kamu sekarang, aku mengorbankan putriku dan membuat dia mempunyai ibu lain, lalu membuat dia memanggil kamu mama. Dan asal kamu tau aku gak suka pengorbananku sia-sia"

... hanya keheningan yang menghampiri mereka

"Aku gak mau anakku dididik sama orang selemah kamu yang mau bunuh diri kayak tadi, yang gak menghargai hidupnya sendiri. Menurutku itu salah karena kamu bahkan gak mensyukuri setiap detik yang kamu jalani di dunia ini. Kalau kamu begitu, bagaimana kamu bisa menghargai orang lain. Aku mau kamu tahu Diva, dengan sikap kamu yang hampir mengakhiri hidup kamu sendiri, secara tidak langsung kamu menyakiti orang-orang disekitar kamu. Dan aku yakin kamu gak mau menyakiti David kan?"

David tersenyum, "Thanks, J"

"Aku tinggal kalian, kalian butuh waktu berdua. And I'm sorry for this" katanya menunjuk pisau ditangannya lalu meninggalkan sepasang anak manusia itu dengan diam.

Cukup lama mereka ditemani isakan tangis Diva. David hanya menghela nafas karena apa yang baru saja mereka alami. Jessica benar, mereka bisa saja terancam dengan siapapun. Tidak ada yang menyangka siapa yang akan menusuk mereka, dan mereka tidak boleh lemah karena itu. Dalam hati, walaupun dengan cara yang cukup ekstrem, David berterima kasih karena Jessica sudah menyadarkan Diva. Melihat bagaimana Diva menangis dalam pelukannya, ketakutan, tapi David tahu Diva sudah kembali. Divanya yang memeluknya erat seperti ini, seolah menyalurkan ketakutan nyata dalam gadis itu. Semakin membuat David merasa tenang, karena Diva membagi ketakutannya pada dirinya saat ini. Jessica benar, mereka akan mendidik seorang anak. Mereka tidak boleh mengambil keputusan gegabah.

"Diva..." panggil David setelah membelai puncak kepala Diva dengan lembut

Diva kembali menangis dalam pelukkannya, sangat pilu dan sesekali Diva memukul dada David melampiaskan amarahnya, "Maafin aku Dav, aku gak bisa jaga anak kita... Aku gak bisa lawan mereka... aku kotor Dav"

"Diva... it's okay..."

"Aku kotor..." ujar Diva di sela-sela tangisnya

"No... Jangan bilang begitu, aku yang salah. Diva..."

"Aku kotor Dav, tubuh aku, badan aku..."

"Aku yang akan hapus semua itu Div, please jangan begini..."

Diva menangis sekali lagi tanpa menyadari David yang sedang berusaha tegar untuknya, "Anak kita pergi..."

Sial. David lupa menceritakan perihal anaknya yang masih ada dalam kandungan Diva. Kandungan Diva masih baik-baik saja. Baiklah, saat penjelasan dokter Ari, David tidak terlalu memperhatikan karena berbagai macam pikiran buruk menyerangnya. Dokter Ari sudah menjelaskan kembali kalau bayi mereka kurang gizi dan rentan karena Diva mengalami stress yang cukup parah dan selama penyekapan Diva juga tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Dari pemeriksaan dokter kandungan yang menangani Diva, perempuan itu tidak mengalami pemerkosaan sebanyak yang dikatakan Sophia. Hanya saja, karena stress yang dialami Diva mengakibatkan pendarahan pada kandungannya dan dapat berakibat pada pengangkatan bayinya (tapi tentu saja hal itu tidak terjadi karena bayi mereka baik-baik saja). Dan tentu saja hal itu akan berdampak membuat Diva tidak bisa mengandung sampai rahimnya benar-benar pulih. Memang dasar David yang bodoh karena tidak mencerna dengan baik. Nyatanya, saat operasi berlangsung, bayi mereka selamat dan David hampir saja lega, jika saja dia berhasil menyelamatkan Diva pastinya semua ini tidak akan terjadi.

Astaga, dia merangkul dengan erat Diva, lalu berbisik pelan, "Dia aman masih ada dirahim kamu sayang...."

Diva tercekat. Tangisannya berhenti, kemudian menyentuh pelan perutnya "Dia baik-baik aja?"

David mengangguk dengan pasti. "Awalnya memang sulit, tapi aku minta sama dokter buat dipertahanin pas kamu lagi operasi karena memang dia bisa bertahan Diva"

Diva membekap mulutnya tak percaya. Baiklah dia merasa jijik pada dirinya sekarang, lebih parah dari yang sebelumnya karena membiarkan lelaki-lelaki itu menyentuh bayinya, "Tapi aku kotor, dia.. diaa..."

"Stop it, dia bertahan. Maafin aku ngebuat bajingan-bajingan itu menyakiti kamu Diva..."

Diva masih saja terisak dalam pelukannya, membuat hati David semakin pilu karena mendengar Diva menangis.

"It's okay Diva, aku ada disini dan bakal terus jaga kamu. Aku minta maaf sama kamu, karena aku udah ngebuat kamu jadi begini sayang"

"..."

"Aku minta maaf karena dari dulu aku selalu nyakitin kamu tanpa aku tau. Aku minta maaf karena kebodohan aku kamu jadi korban tapi percaya sama aku Diva. Percaya sama aku yang selalu percaya kamu itu jodoh aku. Please Diva. Jangan jauhi aku lagi"

Hanya isakan yang Diva keluarkan, "Gimana bisa aku ninggalin kamu lagi Dav?"

"Huh?" David memandang wajah Diva, tepat ketika gadis itu mengadahkan wajahnya untuk memandang David juga

"Aku, aku, entah sejak kapan, aku juga..."

"Maaf karena waktu acara Dias itu aku ngelakuin hal bodoh itu Div. I'm so stupid back then. Harusnya aku berani ke Papa minta restu pasti bakal jelasin ke kita dan kita gak perlu lewatin semua ini..."

Diva kembali terisak dan membenamkan wajahnya pada dada David,

"I'm sorry tapi aku memaksa karena kamu,,," David menarik wajah Diva hingga gadis itu menatapnya sekali lagi, "Aku gak bisa jauh dari kamu, jadi mau kan kamu menerima aku lagi Diva? Pelan-pelan memulai hubungan ini, berusaha percaya sama aku, berusaha menerima kasih sayang aku, berusaha memperbaiki kesalahan aku,,, tapi tolong jangan tolak aku"

Dan Diva hanya mengangguk kembali membenamkan wajahnya, menangis danmemeluk erat tubuh David yang mendekapnya erat. Menyesali keputusannya yanghampir saja menusuk dirinya sendiri tadi. Jika saja dia benar-benarmelakukannya, mungkin dia akan menyesal seumur hidup karena membunuh bayinya bersamanya.Meninggalkan David, benar-benar tidak ada dalam pikirannya saat ini. Dia sangatbersyukur lelaki itu ternyata masih saja memperjuangkannya setelah apa yangterjadi padanya. Padahal dirinya sendiri sangat jijik dan menganggap dirinyakotor. Tapi David menyadarkannya. Ya ampun, Diva berharap lelaki ini tidak akan pernah meninggalkannya

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang