Sophia mendorong paksa trolinya di salah satu bagian sayuran. Dia sedang ingin memasak untuk membunuh kejenuhannya saat ini. Jenuh? Sedih lebih tepatnya. Dia terlalu sedih untuk pergi makan dan mengajak makan David setelah insiden tadi malam. Dia malah memilih untuk memasak sup ayam siang ini. Padahal dia tidak jago-jago amat masak.
Dia membalas pesan Julian sesaat menanyakan Julian ingin dimasakkan apa.
Julian : Bisa buat enak tidur, gue lembur
Sophia : Thanks to me, I'm gonna make soup
Julian : Not soup
Sophia : Tapi gue mau buat itu
Julian : Why did you ask me
Sophia : Asking for second option
Julian : If its part of you are being galau, I won't go home
Sophia : it is, and pack your stuff then
Julian : Maaf, lo sensi banget, perlu ke psikiater? Gue ada kenalan
Sophia : *insert sticker mad here*
Julian : Mash potato
Sophia : Why are u so bule?
Julian : I am
Sophia : Fine
Julian : See you at nine
Sophia : Too late
Julian : 7
Sophia mengedarkan pandangannya lagi mencari kentang. Setelah dia mendapat beberapa kentang dia bertolak menuju bagian minuman kaleng dan beberapa snack untuk menemaninya menonton sore ini. Pandangannya menangkap bentuk tubuh yang dia kenal. Memang mengenalnya karena itu adalah David dan Diva, sedang memilih susu kotak?
Pandangannya mengabur, tapi kemudian dia bisa menguasai dirinya. Okay Diva, do you want to have him? Take him, I don't need him. Do I? Gue bakal buktiin gue terlalu kuat buat dijatuhin dari belakang kayak gini. Gue harus pura-pura gak liat mereka, bodo amat. Masa bodoh David!
...
Sekali lagi Diva mendelik kearah David ketika kembarannya itu memilih susu formula untuk diet. Memangnya badannya gendut? Bukan itu masalahnya sekarang, masalahnya adalah dia tidak sengaja bertemu David ketika baru turun dari taksi. Sekarang David malah mengekorinya seperti anak ayam.
Setelah penerbangannya dibatalkan paksa oleh Sebastian, Diva memilih pulang ke rumah minimalisnya untuk menghindari pertanyaan sengit Sebastian, cerita panjang Anita tentang kunjungannya ke David dan Inge, serta keramah tamahan David yang membuatnya jengah. Diva mengerutkan keningnya mengapa dia bisa menjadi bagian dari keluarga yang bahkan tidak menginginkannya. Tapi dia teringat Inge yang selalu memberinya kabar, dan menanyakan kesehatannya, dia merasa... dianggap?
Bahkan tak jarang Inge bercerita kalau dia ingin menjadi seperti Diva, membuat Diva senang dan kadang tersenyum sendiri. Memang apa yang sudah dia lakukan sehingga Inge ingin menjadi seperti dirinya? Mempunyai perusahaan? Semua orang bisa menjadi itu. Menjadi dingin? Semua orang juga bisa. Lalu apa yang Inge banggakan darinya? Entahlah, tapi dia senang setidaknya ia memiliki Inge sebagai adiknya yang manis dan akan selalu ia jaga sampai kapanun.
"Woi... low fat aja ya?"
David membuyarkan lamunanya. Diva hanya mendengus sebal.
"Kenapa sih milihnya yang low sugar, low fat, low calories, low low low" Tanyanya kesal. Sedari tadi David memang memilihkan makanan yang tidak mengundang lemak dan kolesterol untuk Diva. Dia jadi penasaran apakah kembarannya ini terobsesi memiliki tubuh atletis dan berniat menjadikan Diva salah satu anak buah untuk di mentor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candour
ChickLit5 deadly sins of relationship: Level 3 TRUST Mature content, 21+++ allowed 4 parts on private mode