3

45.2K 862 10
                                    

beberapa tahun kemudian

Diva sedang terburu-buru memasuki sebuah gedung puluhan lantai dengan banyak pengawalan disekitarnya. Dia sudah membangun sebuah perusahaan selama di Inggris dan kepulangannya membawa beberapa pengawal karena perusahaannya sangat rentan memiliki musuh. Diva memiliki agen swasta mata-matanya sendiri, kesal karena Sebastian selalu mengirim berbagai bodyguard setiap semesternya akhirnya dia memutuskan membuat perusahaan mata-mata sendiri.

Sebastian memanggil Diva pulang dengan susah payah dan mengancam akan membunuh perusahaan putrinya apabila Diva masih berkelit untuk tidak datang. Dengan alasan Anita yang sedang kurang sehat dan Inge tidak bisa pulang. Diva berdecak sebal ketika mendapati David sedang terduduk di hadapan Sebastian sambil menyesap Kopi.

Ini dia Tuan besar dan Papanya batinnya kesal lalu menghempaskan dirinya ke kursi di sebelah David. Dia memberi tatapan hangat pada Sebastian lalu menunduk menatapi karpet.

Mereka sama-sama menyelesaikan kuliahnya dengan tempo waktu yang singkat, bahkan sama-sama mengecap S2 bersama, tetapi ada yang berbeda diantara mereka. Diva sibuk membangun perusahaan sementara David sibuk melanjutkan perusahaan.

"Papa mau, perusahaan kamu merger ke Iris, Diva" Ucap Sebastian to the point. Seperti Biasa.

Diva membelalak tak percaya, perusahaannya, yang ia rintis bersama teman-temannya, Sebastian memintanya untuk merger? "Gak. Itu bukan perusahaan aku Pa"

David memijit keningnya, saudaranya masih dingin ternyata.

"Merger atau Inge harus menikah dengan Kay sekarang"

David dan Diva membeku. Mereka tentu tidak ingin mengorbankan adiknya pada perjodohan bisnis semacam ini. Diva berpikir keras.

"Maksud Papa?" Tanya David bingung sambil menatap tajam Sebastian

"Papa butuh perusahaan Diva, karena saingan kita kali ini..." Sebastian menghela nafas,

"Kasih aku waktu,,, bukan cuma aku yang punya saham disana" Kata Diva akhirnya

"Berapa lama?" Tanya David

Diva diam, dia bukan tidak ingin menjawab David hanya saja, dia masih memikirkan tenggat waktu yang dia butuhkan untuk membuat Perusahaannya tidak di merger ke perusahaan papanya dan mencari perusahaan lain sebagai pengganti.

"Hubungi Papa jika kamu sudah tahu jawabannya" usul Sebastian kemudian

Diva undur diri dengan segera. Inilah alasannya dibutuhkan? Kepahitan merasuki dirinya lagi. Dia memberi kabar pada pengawalnya untuk meninggalkannya sendiri. Dia belum bisa berpikir jernih dan memutuskan untuk membawa mobil sendiri. Beberapa langkah mendekati mobil dia merasa diikuti seseorang. Tanpa aba-aba dia membalikkan badannya membuat orang itu berhenti.

Sophia.

"Sof..." Diva menelan ludah, perempuan ini terlalu baik untuk diabaikan, "Sorry, kirain siapa"

"David?" Sophia menebak dan Diva mematung. Dia melihat dengan jelas tadi Diva masuk dengan pengawalan super ketat dan berjalan menuju ruangan Sebastian Iris dimana dia sedang menuju ruangan David untuk mengantarkan beberapa proposal kerja sama dari perusahaannya.

Sophia sempat terkejut dengan penampilan Diva yang berubah drastis. Dia sempat mengira, Diva adalah salah satu istri pengusaha kaya di Inggris yang sedang berkunjung ke perusahaan Iris.

"Bukan, tapi bodyguardnya..." Jawab Diva akhirnya

"I'll drive you"

Diva menggerling tapi dia mengangguk akhirnya. Setelah melewati jalan yang familiar baginya, tibalah dia di sebuah rumah minimalis yang pernah ia tempati semasa sekolah dulu. Dia tersenyum pada Sophia sambil mengucapkan terimakasih lalu segera masuk kerumah dan menuju kamar tidur. Sepanjang ruangan menuju kamar tidur dia habiskan dengan membuka outer dan rok dan melemparkan sembarang stocking serta tas yang ia tenteng.

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang