17

13.4K 408 17
                                    

Sophia menghentakkan kakinya ke sekian kali siang ini. Julian belum pulang dan dia butuh Julian saat ini juga. Mengabaikan semua pekerjaan kantornya hanya untuk bertemu Julian. Sophia tidak habis pikir dengan berita yang baru saja diterimanya. Sama sekali tidak masuk di logikanya, setidaknya kalau kehidupan yang sedang dia jalani adalah sebuah scenario drama, kenapa justru drama picisan sialan yang menjadi skenarionya.

Sophia membanting handphonenya lagi ke sofa. Muak. Itu yang dia rasakan. Jika dia gila saat ini, ada orang yang lebih gila. Setidaknya, dia harus berhasil bertemu Julian saat ini. Semua panggilan sekertarisnya dia abaikan, bahkan ketika boss besarnya atau CEO perusahaannya menelpon dia mengabaikan. Persetan dengan CEO itu, bagi dirinya CEO saat ini tak lebih dari boneka.

Julian masuk ke apartemennya dengan tenang. Ada operasi yang dia jalani dari malam dan baru selesai satu jam setelah Sophia menghubunginya. Kemudian dia tergesa-gesa menuju apartemennya takut jika mertuanya ada di sana. Tentu saja dia tidak ingin menjadi duda di usia yang sangat muda. Sangat? Umurnya sudah hampir 30 tentu bukan hitungan sangat muda. Tetapi dia teringat mertuanya bukan orang yang repot-repot akan datang ke tempat tinggal anak mereka jika anak mereka belum sekarat.

Sophia masih mondar-mandir dihadapannya, sementara Julian memilih meringsekkan badannya ke sofa. Pikirannya belum jernih karena seharusnya dia bersama pasien yang operasi untuk mengecek kestabilan pasiennya tersebut. Tapi dia diperbolehkan pulang mengingat dia sudah menjalani dua operasi berturut-turut.

"Lo bisa duduk Sof?"

Mendengar dirinya diperintah dengan suara serak sahabatnya ini, Sophia merasa muak. Dia melemparkan bantalan kursi dan disambut hangat oleh Julian

"Thanks for the cushion"

"Shit" Maki Sophia kemudian duduk dan menghentakkan kakinya kembali

Julian merebahkan kepalanya sambil memejamkan mata, "Ada apa?"

Sophia mendelik kearah Julian, dia sudah kehilangan kewarasannya untuk memulai pembicaraan. Semua berita yang dia terima, diluar kewarasannya. "SHIT SHIT SHIT!"

Julian tidak tahan juga, "Apa ini tentang David? Karena kalo iya, gue mending tidur dulu"

Sophia memandang tajam sahabatnya, "Jul, beritahu gue sejak kapan lo tau Jessica masih hidup?"

Julian menegang dan segera duduk dengan tegak, "How did you?"

Sophia memandangnya sengit, "Oh, jadi bener?"

Julian memijat tengkuknya, salah satu masalah yang dia sembunyikan dari sahabat gilanya ini adalah kehidupan adiknya. Jessica merupakan salah satu sumber masalah di kehidupan mereka semua, bahkan dia dan Nuha memiliki masalah karena Jessica. Sialnya lagi, Sophia memiliki masalah dengan Jessica karena David memiliki masalah dengan Jessica. Well, sebenarnya Jessica yang memiliki masalah dengan David.

"Explain me Julian Salvia"

Ada nada menekan di kalimat perintah Sophia dan Julian tidak suka itu, "Apa?"

"Kenapa Jessica pura-pura mati?"

Julian terkekeh sejenak, dia teringat sesuatu. Sophia sudah mengetahui sejak lama Jessica masih hidup, maka itu Sophia selalu mati-matian berusaha mendapatkan David. Sophia juga salah satu orang yang menyembunyikan keberadaan David, mana mungkin Sophia tidak tahu keberadaan adiknya. Sophia yang menyabotase adiknya mendapatkan informasi tentang David.

"Kenapa lo ketawa?"

Julian memandang Sophia dengan menaikkan sebelah alisnya, "Don't be stupid Sof, you knew it"

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang