16

11.8K 472 24
                                    

"Mbok, saya minta ini hanya rahasia kita, apa saya bisa memegang janji Mbok Yem?" Arian memandang tajam kearah Mbok Yem

Mbok Yem mengangguk dan memandang takut-takut

"Saya minta Mbok bisa menganggap mereka berdua sebagai anak mbok sehingga apapun kesalahan mereka, Mbok tetap bisa memaafkan mereka. Dan Mbok, setelah ini akan ada lebih banyak masalah yang mereka hadapi. Mbok serta pelayan yang lain pasti tidak sanggup menerima kenyataan tentang mereka Mbok. Tapi saya mohon, tetap dukung mereka apapun yang terjadi. Ini permintaan saya, tolong jaga mereka Mbok"

Mbok Yem menangkap keseriusan dari ucapan Arian dan walaupun dia tidak mengerti tetapi dia bersedia memenuhi janji untuk Arian.

Arian cukup tenang. Mungkin ini adalah salah satu hal yang bisa gue lakuin saat ini Dav.

...

Diva membuat egg benedict untuk sarapan kali ini. Itu adalah salah satu makanan kesukaannya dan Diva senang sekali Mbok Yem membantunya di dapur dan beberapa pelayan lain juga senang melihatnya. Senyuman Diva bisa membawa semua orang tersenyum bersamanya.

Arian melihat itu semua dengan tenang, baru saja dia duduk dengan tenang menunggu sarapan yang dibuat Diva, David ternyata sudah duduk dan bersiap-siap berangkat kerja. Mereka sudah seperti keluarga kecil disini. Dan Arian merasa seperti anak kecil melihat kedua orang tuanya ketika akan berangkat sekolah. Arian tersenyum kecut menyadari kenyataan dimana kata anak membuatnya meringis. Dia juga mengalami hal yang sama dengan David, gay sepertinya tidak mungkin memiliki anak dengan pasangan mereka kecuali memilih jalur lain yaitu adopsi. Tapi ia takut nanti anaknya akan bingung membedakan mana ibu dan mana ayah. Satu lagi kenyataan pahit untuknya.

"Dav..." Arian memanggil David

"Hmm" David menjawabnya sambil tetap memandang Diva.

Diva datang dan dibantu salah seorang pelayan membawa piring berisi egg benedict dan Mbok Yem membawakan minum untuk mereka bertiga. Diva duduk dikursi dengan senyuman terimakasih dan membuat Mbok Yem serta pelayannya undur diri.

"Kenapa Ar?" Tanya David

Arian memotong beberapa roti bakar di piringnya menjadi bagian kecil-kecil, begitu pula Diva.

Arian menimang beberapa saat lalu "Gue harus balik"

David mengernyit, ini bukan yang dia inginkan, paling tidak Arian masih harus tinggal beberapa hari lagi memastikan Diva benar-benar kembali ke akal sehatnya, "Kenapa?"

"Banyak pasien dan my husband misses me"

Diva tersedak mendengar alasan Arian. Dia tidak menyangka salah satu most wanted di SMA nya dulu memiliki orientasi seksual yang berbeda dari kebanyakan kaumnya

David mengangguk dan meneguk minumnya, "Balik kapan?"

"Lusa mungkin, nanti gue kasi resep kalo Diva susah tidur"

Diva berdehem dan mendapatkan perhatian Arian dan David, "Lo,,, sejak kapan?"

Arian tersenyum, sudah biasa sepertinya "Sejak sebelum kenal David"

Diva terbengong, "Sorry, gue gak nyangka aja, maksud gue, you're perfect"

"It's okay" Kata Arian sambil tersenyum

"Aku udah bilang, cinta itu gak salah Diva" Kata David dan menggenggam tangan Diva

"Did he know?" Tanya Diva setengah berbisik

Arian mengangguk, "Gue ngedukung kalian" katanya lalu tersenyum

Diva tersenyum mendengarnya, kemudian teringat sesuatu, "Astaga, Sophia?"

David dan Arian terdiam kemudian, mereka melupakan satu orang itu,astaga. David harus segera mencari cara agar terlepas dengan Sophia yang sudahsangat berubah menurutnya. Sophia penuh ancaman dan David merasa aura tidakenak setiap kali Sophia berbicara tajam padanya.

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang