11

16.2K 455 7
                                    

Setelah kejadian itu. Diva hanya bisa diam setiap kali bertemu David. Ditambah soal permintaan Sebastian untuk Diva ikut dalam pertarungan perebutan Direktur. Dia semakin pusing. Dia menuju kantor Kay dan terkejut dengan orang yang ditemukannya di dalam Kantor Kay.

David. Diva menghela nafas.

David bangkit diikuti Kay

"Gue balik Kay"

"Sama Diva?" Tanya Kay

David hanya melangkah lalu menggandeng Diva, Diva hanya mengikutinya.

Kay memang salah satu sahabat mereka. Kay juga sudah tahu kalau mereka bersaudara. Tapi Kay bingung dengan kelakuan mereka. Sementara itu, Diva mengikuti David hingga kerumahnya. Dan seperti biasa, rumahnya kosong. Diva berjalan menuju kamarnya. Dia ingin tidur, tidak ingin melakukan apapun. Sudah hampir seminggu Diva mengabaikan David. Dan itu membuat David jengah. David berdiri di samping pintu memandangi Diva.

"Pulang aja Dav"

David berdehem. "Lo gak punya baju buat ke party Dias"

"Gue gak mau dateng"

David menghampiri Diva dengan langkahnya yang cepat. Dipandanginya Diva yang memejamkan mata. "Lo jangan pendem sendiri masalah lo"

"Shh, sok tau"

"Kita kembar Div, dan dengan datengnya lo ke kantor Kay tadi ngebuktiin masalah lo berat banget dan lo butuh cerita sama seseorang"

Diva membuka matanya lalu terduduk, "Udah, gue capek"

"Gue bakal tunggu sampe lo bilang apa yang Papa bilang ke lo"

Diva benar-benar lelah, dia ingin membuka mulutnya tapi air matanya mengalir

David menarik Diva kedalam dekapannya, mereka terdiam untuk waktu yang cukup lama

Diva melepaskan pelukan David, "It's nothing"

"Beneran?"

Diva mengangguk lalu tersenyum, "Iya"

David mencium kening Diva lalu berbisik, "You've got me"

Diva tersenyum getir, always

...

David bisa melihat Diva yang belanja dengan bahagia dan sekali lagi menggerus kartu kreditnya. Dan tentu saja sekali lagi minta dibelikan gaun kekurangan bahan menurut David. Mengapa Diva senang sekali memakai bahan pakaian seperti itu. David tidak habis pikir. Tapi demi senyuman yang jarang dia lihat, dia hanya menuruti permintaan Diva.

Disaat bersamaan, Kay terlihat memandangi David dan menyapanya.

"Hai" Sapa David menyadari kehadiran Kay

"Ngapain lo" Kata Kay lalu duduk di sebelah David

"Nemenin Diva"

Kay mengikuti arah pandang David dan menyadari ada sesuatu di pandangan David

"Lo?"

"Tadi sih nganter Inge"

"Mana dia?"

Kay menunjuk salah satu toko di seberang mereka, "Lagi nanyain ukuran"

"Oh, lo gak macem-macem kan sama dia?"

Kay menelan ludah, "Lo sendiri?"

"Apaan?"

"Gak ada, gue balik dulu"

David mengernyit dan saat itu juga Diva keluar dengan tas belanjaan ditangannya. Baiklah. David bisa memastikan tagihannya merembes bulan ini. Mereka pulang setelah makan siang dan Diva memaksa David untuk melihat fashion show kecilnya. Mau tidak mau David mengikuti kemauan Diva dan duduk di pinggir kasur untuk menunggu Diva keluar dari walk in closetnya.

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang