12

14.3K 482 7
                                    

Diva membenamkan dirinya di dalam bathtub. Berharap air mampu membawanya pergi dari dunia ini. Baru beberapa menit dia berendam dia merasa dirinya ditarik oleh tangan kekar dan merangkulnya dengan paksa.

Oh Diva tahu siapa ini, David. Kilatan bayangan yang semalam mereka alami bergejolak di kepala Diva seperti bom yang ingin meledak. Diva berteriak meronta, memukul, mencakar, menendang David tapi David tak kunjung melepaskannya malah membawanya keluar dari kamar mandi dengan paksa.

Diva berteriak seperti orang gila kearah David, menjambak rambut David yang ada dihadapannya. Menendang, memukul dan melakukan segala hal untuk melepaskan David dari dirinya. Tapi tenaganya sudah habis. Dia merasakan gelap dan akhirnya terjatuh dalam pelukan David.

David meletakkan Diva di tempat tidur lain di rumah Diva. David memandang frustasi atas kekacauan yang dia timbulkan. Dia tidak seharusnya melakukan itu pada Diva. Hatinya berkecamuk melihat kemarahan Diva seperti orang gila.

Semalam, setelah Tesa mengekplorasi mulutnya, David meninggalkan Tesa dengan paksa karena tak berhasil menemukan Diva dengan matanya. Dia mencari sekeliling ruangan tapi tak menemukan Diva. Setelah mencari-cari dengan meminta bantuan Kay, David menemukan Diva sedang berciuman dengan seorang pria di depan lorong. Terang saja David mengamuk dan memukul lelaki itu kemudian menggeret Diva paksa membawanya pulang. David memang setengah mabuk dan memaksakan Diva untuk menciumnya. Jelas saja Diva meronta dan mendorong David tapi David tetap berhasil melakukannya.

David terkejut bukan main saat tadi pagi dia terbangun dan menemukan bercak darah di sprei. Dia kemudian teringat semua perbuatan bodohnya dan mencari-cari Diva. Beruntung dia ingat tempat favorit Diva yang merupaka kamar mandi di dekat kamar. Dia mendobrak kamar mandi karena Diva tak kunjung memberi jawaban atas panggilannya. David terkejut kembali karena menemukan Diva merendam dirinya di bathtub dan segera menariknya keluar.

David menatap Diva yang sedang tertidur dihadapannya, "Maafin gue, Div" ucapnya lalu bulir air matanya jatuh. Dia bahkan tidak tahu kembarannya masih perawan.

...

David pulang ke rumah orang tuanya setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Sebastian memanggilnya pulang. Dan inilah dia mematung di hadapan Inge, Anita dan Sebastian.

"Hanya tinggal menunggu Diva" Ucap Sebastian mengejutkan David

Sial. Sudah seminggu ini David memindahkan Diva ke rumahnya yang ia beli diam-diam 2 minggu lalu setelah kejadian naas menimpa mereka berdua. Diva seperti orang gila yang tidak akan berhenti berteriak serta memukulnya ketika dia mendekat. Tapi selebihnya Diva akan mematung ketika dia dalam keadaan normal. Normal? Bahkan mengeluarkan sepatah katapun tidak.

David memutuskan membeli rumah diam-diam karena kalau memindahkan Diva ke apartemennya tentu saja Anita akan dengan mudah menemukan Diva dan mengetahui kondisi mereka. Kemudian dia harus kehilangan Diva? Tidak. David tidak sebodoh itu. Dia tidak mau kehilangan Diva, apalagi kondisi Diva sedang depresi karena dirinya. Perbuatannya lebih tepatnya.

David mengurus semua pekerjaan Diva. Mulai dari membeli tiket kepulangan ke Inggris agar orang tuanya tidak curiga. Kemudian pekerjaan Diva dia handle dengan mengirimkan email dari tempat-tempat berbeda dengan menggunakan vpn. Dia juga sorang maniak computer seperti Kay, itu yang membuat mereka akrab dulu.

Sialnya dia lupa memberi tahukan kepulangan pura-pura Diva ke London. Dan dia terdiam membeku. Sial.

"Diva balik ke London Pa"

Sebastian terlihat santai, "Baiklah, jadi dia memilih kabur. Sekali lagi Anita, banggakan dia, silahkan"

"Ini yang membuat Diva tidak pernah pulang. Kau tahu, putrimu sudah memusuhimu karena kesalahanmu sendiri" Anita mengangkat suara, bahkan nadanya terdengar seperti menahan amarah

Handphone David bergetar untuk kesekian kalinya. Perawat Diva pasti sedang mengalami kesusahan membuat Diva makan. David memilih meninggalkan keluarganya dan mengangkat telepon itu jauh dari mereka

Inge memandang David dengan bingung tapi kemudian dia melirik Sebastian yang memandangi Anita tajam, sementara Anita memandangi punggung David dengan datar. Inge menghela nafas.

"Papa tahu Kay kemana?" Tanya Inge

Sebastian menoleh pada putrinya, "Tidak"

Anita melakukan hal sama, "Kenapa sayang?"

Inge menggeleng, kemudian dia melihat David kembali ke meja makan. "Kak David tahu Kay kemana?"

David menatapnya bingung, "Gak"

Inge menatap David bingung, berpikir sejenak mengenai tingkah laku kakaknya. "Aneh, kenapa kak Diva gak pernah nelpon aku kalo di balik ke London. Kakak tahu kenapa?"

David memandang adiknya sengit, "Dia juga pergi buru-buru kayak dulu"

Sial. Sepertinya adik kecilnya sudah mulai curiga padanya. Dia harus lebih berhati-hati.

...

David mendapati ART nya membersihkan pecahan beling di ruang makan. Mbok Yem merupakan salah satu ART yang dia dapatkan atas rekomendasi Fabian. Fabian memang membantunya mencari dan mempersiapkan rumah. Tapi Fabian tidak tahu untuk apa, dan David hanya berkelit untuk menyiapkan rumah tangga. Dan Fabian mempercayainya.

Sebut David egois atau sakit jiwa, tapi dia memang menginginkan Diva. Semenjak melihat Diva kembali padanya dia tidak ingin berjauhan dengan Diva. Dan melihat Diva berciuman dengan pria lain membuatnya ingin membunuh siapapun yang melakukan itu. Dia menginginkan Diva bersamanya. Entah sejak kapan tapi dia menyadarinya. Bahkan David melupakan Sophia. Diva membuatnya lupa dunianya. Dan sekarang gadis itu tengah terlelap di atas kursi goyang. David menghela nafas dan membopong Diva pelan menuju kamarnya.

David meletakkan Diva di kasur dengan lembut. Deru nafas Diva membuatnya tersenyum. Setidaknya gadis itu bisa tenang di dekatnya walaupun Diva harus tertidur. David bisa melihat memar-memar disekujur tubuh Diva dan wajah pucat Diva yang tetap cantik. David menggenggam tangan kanan Diva dan mencium lengannya.

Aku mungkin gila Divayana

Tapi aku mencinaimu

Aku mencintamu lebih dari apapun

Dan aku menyadarinya

Aku sudah jatuh terlalu dalam pada pesonamu

Bahkan aku tidak sadar itu yang membuatku tidak bisa berpaling pada gadis manapun

Aku mencintaimu sedari dulu

Bahkan ketika kamu mendiamkanku saat kita SMA

Kita memang ditakdirkan bersama selamanya

Aku mencintaimu

Aku menyayangimu

Aku membutuhkanmu

Aku menginginkanmu Divayana, adikku, kembaranku

Maafkan aku menyakitimu

Aku tahu ini dosa Divayana

Tapi kamu adalah dosa terindahku

"Aku mencintaimu Diva" ucap David kemudian mencium tangan Diva lembut.    

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang