"Yah, Inge juga butuh bersandar ke kakaknya sekali-kali"

"Tapi dia sudah punya dua laki-laki kan buat apa?"

"Kamu mau ngajarin adik kita jadi anak nakal?"

David terkekeh, "She should, dia punya Kay yang nakalnya kebangetan, jadi Inge harus ah!"

Gadis itu mencubit lengan David dan membuat David memandangnya tajam sekarang, "Apa?"

"Nope, nothing"

"Tadi kamu bilang apa soal Inge?"

David menyerah, "Dia harus lebih nakal dari... AW!"

Kali ini bukan hanya lengan David yang menjadi korban tapi juga kuping lelaki itu. Diva bisa mendengar ringisan David bahkan ketika dia sudah melepas kuping lelaki itu. "Kamu jangan ajarin dia jadi yang gak-gak ya"

"Mana mungkin sih Diva. Dia deket-deket sama Kay aja rasanya pengen aku pelintir si Kay"

Diva hanya melirik sekilas lalu menutkan jemarinya pada tangan David, dan kini Diva bisa melihat dua cincin itu menyatu begitu indah.

"Ngeliat Inge yang kayak gitu aja aku bisa senewen, apalagi kamu yang diliatin orang..."

Diva menatap David menunggu penjelasan selanjutnya, "Aku kenapa?"

David membelai rambut Diva sangat pelan merasakan setiap helai rambut Diva yang lembut, menghela nafas cukup lama lalu dengan setengah berbisik, "Kamu cantik sayang, semua orang apalagi cowok yang liat kamu itu, mereka kayak mau memiliki kamu saat itu juga, bikin aku takut kalo kamu ninggalin aku buat yang lain"

"Aku cantik?"

David mengangguk pelan

Diva meraih tangan David, menggenggamnya lalu mengecupnya pelan, "Aku pikir hanya kamu rumah aku Dav, gimana mungkin aku bisa... hmh"

Melumat bibir Diva dengan lembut adalah hal yang paling diinginkan David disaat paling intim ini. Dari tadi pikirannya hanya berharap cepat tidur menahan godaan Diva yang terlalu menaikkan gairahnya. Jujur saja, David sudah tidak pernah menyentuh wanita semenjak kejadian naas itu. Dan semenjak Diva mulai bisa menerimanya kembali, setiap malam David akan mengguyur dirinya dengan air dingin. Setiap pagi bahkan dia hanya akan menjauh dari Diva secepat mungkin, lalu kembali mengguyur dirinya dengan air dingin.

Diva merasakan lumatan di bibirnya tak lagi sepelan tadi, tapi semakin intense dan panas. Dan sejak kapan dia berani membalas ciuman, bukankah dia tidak pernah berciuman dengan laki-laki? Insting? Baiklah sepertinya dirinya memang berbakat menjadi perempuan nakal karena baru saja Diva menarik kepala David agar Diva dapat melesak masuk lebih ke dalam mulut pria itu.

David menopang dirinya dengan satu lengannya bertumpu pada sebelah kepala Diva. Merasakan sensasi manis dalam mulut Diva, tentu saja rasa mangga yang tersisa dari jus dan cheesecake kesukaan Diva memberikan kesan tersendiri untuknya. Biasanya David akan merasakan wine atau cocktail dari gadis-gadis hiburannya. Tapi dengan Diva? Ada kesegaran sendiri ketika dia menggigit pelan bibir Diva yang manis. Dan rasanya David akan ketagihan dengan rasa-rasa yang ada di bibir Diva.

"Shhhh, Dav" panggil Diva ketika David menautkan jari mereka sambil menjaga keseimbangannya agar tak menindih Diva

"Hmmm, I'm sorry Div" ucap David pelan ketika dia berhasil menatap mata Diva

Diva menggigit bibirnya menatap David dengan bingung, sejujurnya dia membutuhkan David untuk mengeksplorasi apa yang tertinggal di bibir David. Penasaran, dengan sensasi aneh yang diberikan tubuhnya ketika bibir David mengecap kulitnya

Nafas mereka tersengal, seperti habis berlari dengan kencang. Ada apa dengan jantungnya? Itulah yang ada di pikiran Diva saat ini. Kenapa tiba-tiba ruangannya panas?

CandourWhere stories live. Discover now