Sebenarnya dia cukup mengenal Jessica. Dulu saat David dan dirinya masih sekolah, dia sempat mendengar desas-desus mengenai geng anak orang kaya yang cukup popular dan senang pesta dari teman-temannya disekolah. Siapa lagi kalau bukan David, Diva, Kay dan Jessica. Tapi kemudian dia tidak pernah mendengar lagi hal tersebut. Setelah agak lama barulah dia tahu siapa geng anak orang kaya itu, Kay Delano, Dias Hugo, Surila Singgih, Nuhasya Rajwani, Fabian Wijaya, dan tentu saja Jesara Salvia. Dia sempat heran kenapa Julian tidak masuk kegeng itu. Tapi itu bukan dunianya.

Sophia melangkahkan kakinya dengan gontai dan memasuki ruangannya dengan pikiran berkecamuk. Satu hatinya mengiris karena David belum membalas pesannya. Satu hatinya bersorak cemas karena Jessica memiliki kartu As ditangannya. Sophia memijit keningnya. Seharusnya dia mendengarkan kata orang tuanya untuk segera melepaskan masa lajangnya dengan lelaki pilihan mereka. Tetapi Sophia terlalu ingin bersanding dengan David. Cintanya pada David tidak akan terbalas sesakit ini seandainya dulu David tidak menjadikannya kekasihnya, bodohnya saat ini Sophia hanya memiliki David 2 hari dalam 2 minggu. Sial. Sungguh Sial nasibnya.

"Sophia Azzahra..." Sapa seseorang dengan suara baritonnya

Sophia memandang tubuh lelaki yang sedang melenggang masuk dan duduk di hadapannya

"Sophia Azzahra Pratama" Kata lelaki itu lagi

Sophia mendelik hebat kearah lelaki ini, dia adalah Seamus Pratama, kakaknya. Dan CEO perusahaan tempat Sophia bekerja. Sophia adalah salah satu anak The Klan yang sukses bersembunyi tanpa semua orang ketahui keberadaannya.

Sam, panggilan Seamus, berdiri di depan jendela dan memandang keadaan langit sore Jakarta dari gedung dengan ketinggian 23 lantai. Lantai 23 merupakan lantai kantor head manager perusahaan ini. Dia menghela nafas ketika adiknya tanpa sahutan terdiam di kursi kerjanya.

"Mau apa?" Tanya Sophia akhirnya

"Mengunjungi adiku, apalagi?"

Sophia mendengus, "Sam, Aku tau kau kemari hanya untuk melihatku menderita atau tidak dengan segudang pekerjaan yang kau beri"

Sam tersenyum, "Ya dan sepertinya pekerjaanmu kurang banyak"

Sophia bisa melihat bagaimana Sam tersenyum sinis menyindirnya, Sam juga bersembunyi sama seperti dirinya. Kenapa Sam bisa sekejam itu padanya. "Sudah lihat-lihatnya?"

Sam memutarkan tubuhnya menghadap Sophia, "Ayolah Sof, kau hanya terlalu tegang. Ada masalah adik kecil?"

"Kalau ini dirumah aku pasti sudah memakimu Sam, aku ada masalah tapi ini jauh lebih rumit dari masalahmu" Cibir Sophia

Sam menuju pintu keluar, tapi kemudian berhenti ketika pintu setengah terbuka, "Kau pulang denganku, dan kita makan malam"

Sophia mendengus semakin sebal mendengar pernyataan iseng kakaknya yang membuat karyawan diluar sana berkumpul menjadi satu. Sophia yakin saat ini akan beredar desas-desus dirinya dengan CEO banci alias Seamus kakaknya. Sophia menghamburkan kertas di hadapannya membuat ruangan itu penuh dengan flypaper. Sial untuknya, kakaknya memanfaatkannya di kantor agar terlihat lebih normal sebagai lelaki. Sialan.

...

Beberapa hari kemudian

Diva baru saja selesai dengan pekerjaannya. Arian sudah pulang beberapa hari yang lalu dan meninggalkan David dan Diva di rumah besar itu hanya berdua. Sebenarnya tidak berdua karena masih ada pelayan dan Mbok Yem yang menemani mereka. Tapi rasanya hampa karena David akan pulang tengah malam lalu langsung tidur dan berangkat pagi-pagi sekali untuk ke kantor.

Diva tidak begitu akrab dengan Mbok Yem, sesekali dia mengurung diri di kamar atau di balkon atas. Dia sudah terbiasa sendiri dan dengan keadaan rumah yang menurutnya cukup ramai dia merasa tidak nyaman. Kalau sudah mulai memasak Diva akan memasak dengan diam dan Mbok Yem serta pelayan lainnya hanya memandangi Diva menunggu perintah yang Diva ucapkan. Begitulah setiap harinya. Kadang kalau membersihkan kamar, Diva akan membersihkannya sendiri walaupun kamar tersebut adalah kamar yang cukup besar dengan tempat tidur ukuran King dan sofa-sofa menghadap keaarah jendela, belum lagi ada kulkas di dalam kamar sebesar itu dan ditambah walkin closet. Diva tidak mau menyerahkan area pribadinya untuk disentuh orang lain.

CandourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang