Irreplaceable

3.5K 277 8
                                    

Sebelum memasuki rumah yang besar bercat putih itu, Emma memandang nya kagum. Betapa besarnya rumah sang direktur ini.
Ia berjalan dan memencet tombol bel yang tergantung tepat disamping kanan pintu. Halaman depannya terdapat air mancur dengan patung cupid berdiri di atasnya, air mancur itu seakan-akan membelah bagi dua jalan berbemtuk lingkaran untuk masuk dan keluarnya mobil. Halaman depan nya saja sebesar ini, apalagi dalam rumah nya. Hmmmzz.

Suara pintu terbuka membuat Emma sigap menoleh. Ia mendapati seorang wanita mengenakan pakaian dan clemek kecil khas babysitter. Tapi masa sih seorang Pak Alfred yang berusia 40 tahunan masih mempunyai bayi? Ah mungkin hanya pembantu nya saja batin Emma.

"Yes? Can I help you mam?" tanya wanita berambut kriting itu.

"Uhm, I'm looking for Mr. Alfred" balas Emma tersenyum dan memperbaiki posisi kacamata nya.

"Oh Nyonya Watson. Pak Alfred juga sudah menunggu anda. Silahkan masuk. Akan ku panggilkan" ucap wanita itu menggiring Emma untuk memasuki sebuah ruangan. Emma berani bertaruh, meja ini, semua almari itu, dan kursi kebesaran, pasti ini adalah ruang kerja Pak Alfred.

Emma berjalan mengitari ruangan itu. Ia melihat sebuah pemutar musik lama namun berbentuk gramofon. Sangat tua sekali pemutar musik ini. Emma menyalakannya dan terkejut karena memutarkan sebuah lagu populer dari tahun 2000 an. Aneh juga pikirnya.
Hentakan beat demi beat membuat kaki Emma bergerak dengan sendirinya. Naluri nya akan sebuah dansa mengalir kembali setelah sekian lama tidak ia asah. Dan pada akhirnya ia memberanikan diri untuk berdansa sendiri menuruti tiap hentakan beat musik.

"Woooo!" seru Emma mengibas-ibaskan rambutnya bak trio macan.
Tanpa Emma sadari ternyata telah berdiri seorang Tuan Alfred.

Dalam keadaan Emma masih berjoget ria, ia melihat Pak Alfred. Dalam sekali gerakan Emma menghentikan aksi nya dan merapikan pakaiannya yang lecek itu.

"Uhm, maaf." ucap Emma mematikan pemutar musik itu. Pak Alfred masih saja belum mengatupkan mulutnya yang menganga lebar karena gerakan berjoget Emma yang IYKWIM.
Tegsin tengsin tengsin, batin Emma merutuki diri.

"Aku tidak tau jika kau bisa menari seperti itu" ucap Pak Alfred memegang cerutu nya sembari berjalan menuju kursi kebesarannya.

"Yah. Naluri saja" balas Emma mengangguk pelan.

"Darimana saja kau selama ini? Tidak ada job film lagi?"

"Aku dipecat dari manajemenku. Dan inilah aku beberapa bulan. Menjadi seorang jurnalis" balas Emma menduduki kursi sofa yang ada di dekat nya.

"Hm? Best actress dipecat oleh manajemennya? Betapa bodohnya mereka" ejek Pak Alfred mengisap cerutunya dan mengeluarkan asap nya perlahan dari mulut.

"Kan sudah kubilang itu tidak masuk akal. Entah apa yang mereka pikirkan tentangku"

"Temanmu..." ucap Pak Alfred kembali menyalakan cerutunya yang tiba-tiba mati.

"Temanku? Siapa? Ada apa?"

"Dia penyebab semua ini. Teman mu yang dari Spanyol itu"

"Sorry but I don't understand" Emma mentautkan kedua alis nya. Jadi sebenarnya apa permasalahan pembicaraan ini?

"Teman mu yang bernama Andres, dia menghasut Esmeralda. Sedangkan Esmeralda adalah teman baik Irina. Kau pasti mengerti kan siapa dia?
Tak perlu kuperjelas lagi. Andres memang sudah merencanakan ini semua. Dia mendatangi Esme untuk membujuk Irina agar melakukan perusakan atas hubungan mu dengan Marc. By the way, aku terkesan bagaimana penampilanmu di press conference tadi siang. Kau begitu cantik--" Pak Alfred menggoda Emma dengan mengedipkan satu mata nya, Emma hanya bisa bergidik ngeri, "--Kembali ke topik"

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now