Where Do Broken Hearts Go?

3.7K 249 21
                                    

Emma buru-buru mengambil tas dan kunci mobil dari atas meja kamarnya. Ia terus saja melirik arloji yang ada di pergelangan tangan kirinya, ini nih kebiasaan Emma yang suka bangun tidur nya telat bin siang.
Tanpa memikirkan yang lain, Emma berlari secepat mungkin menuju mobilnya. Ia tidak tega membuat seseorang yang ada di telfon kemarin menunggu terlalu lama.

Sesampainya di cafe yang dimaksud, Emma segera memasukinya dan mengedarkan pandangan. Bodohnya dia, lagipula dia kan tidak tau seperti apa orang yang berbicara kepada nya kemarin. Namun seorang wanita tiba-tiba saja melambaikan tangannya pada Emma, ia tahu lambaian tangan itu untuk nya.
Langsung Emma menghampirinya dan tanpa pikir panjang duduk di depan wanita itu.

"Hay bukankah kau Emma Watson? Aktris dari britania raya?" sapa Irina.

Emma mendongakkan kepala dan terlonjak kaget akan wanita itu. Bukankah dia umbrella girl-nya Marc yang baru?
Emma sebisa mungkin tersenyum manis.

"Yes. I am. Dan kau pasti umbrella girl-nya Marc yang baru bukan?" balas Emma berpikir se-positif mungkin.

Emma segera menepis pikiran negatif di otaknya. Dilihat dari perawakannya, Irina sangatlah pantas bila disebut sebagai supermodel, apalagi umbrella girl. Cantik, bertubuh tinggi semampai, rambut yang bagus. Benar-benar idaman. Emma berharap semoga gadis ini bisa memberi sesuatu yang baik pada hubungannya dan Marc.

"Ya. Perkenalkan namaku Irina Shayk" Irina menyodorkan tangannya.

"Emma Watson." balas Emma menjabat tangan Irina.

"Kau ingin pesan makanan atau sesuatu?" tawar Irina menunjukkan buku menu yang sudah ada di tangannya daritadi.

"Tentu. Boleh aku melihatnya?" pinta Emma.

Emma mengambil buku menu yang besarnya sebesar buku catatan bendahara kelas yang minta tagih tiap minggu bak singa kelaperan. Alias maksa dan kudu. Eh sori ngelantur.
Irina berpikir, betapa manis nya seorang Emma Watson ini, pantas saja jika Marc sangatlah mencintainya. Emma adalah tipikal gadis yang benar-benar pantas diperjuangkan. Worth it.

Irina menjentikkan jarinya mencoba memanggil seorang pelayanan. Setelah tiba, Emma menoleh pada pelayan itu dan membacakan menu makanan yang ia pilih sebagai hidangan basa-basi nya.
Setelah pelayan itu pergi, Irina memandang lekat pada Emma. Merasa diperhatikan sebegitunya, Emma merasa tidak enak dan menanyakannya.

"Ada apa? Aku malu jika kau melihatku seperti itu" canda Emma menutupi wajahnya.

"Oh maaf jika aku--" Irina salah tingkah dan menolehkan pandangan nya pada hal lain, "--ah sudahlah lupakan"

"Ayolah tidak apa-apa. Ceritakan saja" pinta Emma.

"Harus ku akui. Betapa cantik dan baiknya dirimu. Kau tipikal gadis yang friendly. Tak heran jika Marc sangatlah mencintaimu" jelas Irina kembali menatap kedua bola mata Emma.

"Begitukah? Marc menceritakannya padamu?"

"Tidak. Hanya terlihat dari bagaimana ia tidak bisa hidup tanpamu. Dia seperti bangga memilikimu" jelas Irina diselingi senyum dari bibir seksi nya.

"Kami berdua memang saling mencintai. Kuharap tidak ada yang bisa memisahkan kita berdua" balas Emma sekaligus memberi kode pada Irina agar 'jaga jarak sama pacar gue'

Seorang pelayan yang sama datang kembali dengan membawa sepiring makanan dan disajikan di depan Emma.
Irina memberi sinyal agar Emma memakan makanan itu sesendok ataupun dua sendok lebih dahulu.

"Kuharap juga begitu--" lanjut Irina setelah ia yakin bahwa Emma telah menyuapkan sesendok makanan yang kesekian kalinya di mulut gadis itu, "--sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu"

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now