12 Days of Loving You

5.3K 378 6
                                    

Sore hari cuaca mendung menyelimuti kota Madrid. Mendung bukan berarti akan selalu hujan. Terkadang, alam memaparkan suasana sesungguhnya bagi perasaan seseorang.
Seorang gadis mengenakan mantel hitam gelap nya sedang berjalan tergopoh-gopoh membawa semua barang bawaan nya. Menyusuri jalan yang seperti tiada ujung.

Gadis itu masih mengingat bagaimana ekspresi kedua orang tua nya tatkala ia meminta ijin untuk kembali ke negara asing. Ada secuil perasaan tak rela untuk kembali melepas putri satu-satunya itu untuk mengurus urusan besarnya disini.
Usaha keras dan bersikukuh sangat membuahkan hasil.

(Flashback)

"Gue harus kembali ke Spanyol" seru Emma sembari memasukkan semua baju-bajunya ke dalam koper.

"Emm, Spanyol itu jauh banget! Lo tau Spanyol itu gak seperti Jakarta-Bandung yang bisa ditempuh hanya dalam beberapa jam" balas Farah tak kalah sibuk ikut membantu Emma.

"Tapi ini masalah besar. Gue akan jelasin semuanya ke Marc. Lo tahu Marc mengalami crash tadi kan?" ucap Emma masih sibuk.

"Bagaimana dengan Papa dan Mama lo? Lo gak kasihan sama mereka? Lo baru aja pulang Emm, baru 3 hari lo di Indonesia dan lo mau pergi ke Spanyol lagi?" Emma tahu, Farah sedang mencoba membatalkan niatnya. Namun Emma sudah bertekad. Apa gara-gara pemberitaan itu sehingga Marc tidak konsentrasi saat race dan mengalami crash?
Emma tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya saat dirinya meendengar pemberitaan bahwa Marc mengalami crash di sirkuit Le Mans.

"Lo beneran jatuh cinta sama dia? Sampai lo bela-belain pulang pergi ke Spanyol gini?" tanya Farah pelan namun mengena di hati Emma. Emma masih ragu akan jawaban di hatinya mengenai hal tersebut.

"Lo udah tau jawabannya Far. Gue... Cuma ingin belajar menghargai perasaan gue sendiri atas seseorang. Gue gak akan mencoba menghilangkan atau melupakan sebuah perasaan, karena menurut gue itu sama saja dengan menolak diri lo untuk terus jatuh cinta" ucap Emma bijak.
Farah tersenyum, ini dia. Ini Emma yang selama ini ia kenal.

Farah berjalan mendekati Emma dan mengelus lembut punggung sahabatnya itu. Emma berbalik dan menatap Farah dengan tatapan seribu arti.

"Kejarlah. Kalau lo butuh bantuan hubungi gue. Gue bakal selalu ada untuk lo" ujar Farah memainkan rambut Emma yang cantik.
Serasa ada angin dingin yang berhembus mengenai hati Emma. Ia merasa terharu.

"Lo baik banget Farah. Gue beruntung kenal sahabat seperti lo" sontak Emma memeluk erat Farah, "Tapi duit gue gak cukup Far buat hidup disana lagi.." celetuk Emma.

"Tenang aja. Gue bakal ngirimin duit ke lo.." bisik Farah disela pelukan hangat tersebut.

"Hah? Beneran?" saking terkejutnya akan pernyataan Farah, Emma sampai melepas pelukannya dan membelalakkan mata nya.

"Iya. Tapi lo ngutang!"

"Untuk apa kamu kembali ke Spanyol, Emma?" tanya ayah dan ibu hampir bersamaan.

"Mom, Dad dengerin Emma dulu. Emma punya urusan yang harus benar-benar diselesaikan secepat mungkin. Emma juga pasti kembali secepat mungkin kok"

"Emma, kamu itu baru 22 tahun. Kamu belum semestinya pulang pergi Spanyol-Indonesia gini. Kamu itu bukan orang penting" balas Mama.

"Emma memang bukan orang penting Mah. Tapi Emma kali ini sedang mementingkan orang lain, terlebih lagi Emma sedang mementingkan hati Emma sendiri daripada naluri ataupun akal sehat Emma" ucap Emma terengah-engah, "Trust me this time. I promise"

Emma secepat mungkin masuk ke dalam mobil Farah. Betapa bahagia nya Emma saat ayah dan ibunya speechless akan pernyataan Emma lalu mengijinkannya pergi begitu saja. Emma sempat berpikir, jika dirinya mengatakan urusan hati, orang tua nya pasti akan mengijinkannya. Benar saja. Karena mereka berdua tahu Emma sudah terlalu lama sendiri. Dasar jomblo karatan akut.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now