We Found Love

6.8K 427 9
                                    

Emma beranjak dari sofa dan melangkah kearah personal computer milik Marc. Emma ragu, apakah ia diijinkan untuk menggunakan pc Marc untuk menyelesaikan tugas laporannya?
Ah hanya sebentar, Emma sudah ahli mengetik sesuatu secara cepat.

Emma memposisikan diri duduk di kursi berwarna biru langit. Kursi itu terlihat tidak seperti kursi pc pada umumnya, tetapi lebih seperti kursi kerja kantor.
Dalam sekali klik, muncul lah desktop pc Marc yang di dalam kegelapan ruangan apartemen memancarkan cahaya terang.
Emma tertegun memandang sebuah wallpaper yang ter-apply di layar desktop. Sebuah foto keluarga Marc, ada Alex dan juga ayah ibu Marc.

Setelah melihat foto itu, rasa penasaran Emma muncul. Emma mulai menggerakkan pointer desktop menggunakan mouse dan meng-eksplore folder yang ada di my computer. Muncul lah daftar folder yang berisikan bermacam-macam file.
Namun satu yang menarik perhatian Emma. Folder yang bertuliskan 'My Memory'.
Secepat kilat Emma mengklik dan membuka foto itu satu persatu.

Salah satu dari sekian ribu foto itu mengundang tawa bagi Emma. Seorang anak kecil duduk di motor beroda empatnya dan menatap ke kamera sedang memamerkan senyum lebarnya.
Emma pasti sudah menduga nya bahwa itu adalah foto masa kecil Marc. Bergeser ke foto berikutnya, ada Marc sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 4. Ada ayah dan ibu Marc disampingnya.
Seketika imajinasi Emma bermain dengan nakalnya, andai saja itu adalah Emma. Bahagia hidupnya.

Emma menepis pemikiran itu dan memutuskan untuk berpindah ke foto lainnya. Ada foto saat Marc baru masuk sekolah, lucu nya dia.
Emma mengakui bahwa sejak kecil Marc sudah mewariskan faktor 'ketampanan'. Tidak seperti Emma, harus menunggu sampai SMA baru bisa cantik seperti ini. Aelah.

Saking asiknya Emma menilik foto-foto itu hingga ia tidak sadar jika malam bertambah larut dan laporannya sama sekali belum ia buat. Bodoh sekali, pikir Emma. Namun ia sendiri mengakui, dengan melihat-melihat foto nostalgia Marc adalah sebuah hiburan tersendiri baginya.

Baru beberapa kata Emma mengetiknya, mata Emma mulai bermasalah. Rasa kantuk menyerangnya secara mendadak. Emma ingin sekali tetap terjaga dengan berfikir untuk membuat sebuah kopi. Namun apalah daya rasa malas Emma menghalangi semuanya. Hingga saatnya Emma tertidur diatas meja pc Marc tanpa Emma menutup jendela laporannya terlebih dahulu.

************
Klontang!
Sayup-sayup Emma mendengar sebuah suara panci jatuh. Ia kira itu adalah salah satu halusinasi mimpinya. Hingga pada akhirnya bunyi itu terus terulang beberapa kali dan kini Emma tahu jika itu bukanlah sebuah mimpi.
Emma perlahan membuka matanya untuk menyelaraskan cahaya yang masuk. Rasa pegal Emma rasakan di tangan kanannya yang ia buat sebagai sebuah bantal tidurnya.

Klontang!
Bunyi itu kembali terdengar. Emma khawatir jika terjadi apa-apa dan segera mendatangi asal suara dengan berlari. Namun setelah Emma tahu apa yang terjadi, ia terkejut. Seluruh panci dan alat untuk memasak berserakan dimana-mana.
Marc? Sedang apa ia disini?

"Ya tuhan Marc kau mengagetkanku saja" ucap Emma sembari menguap dan menutup mulutnya.

"Oh hay buenos dias Emma! Kau sudah bangun? Kau ingin meminta sarapan apa?" sapa Marc tersenyum sembari mengambil bumbu-bumbu yang ia butuhkan dengan berlari-lari kecil.

"Apa kau bisa memasak?" tanya Emma dengan mata masih sayup dan suara nya yang serak.

"Ehm... Sedikit" balas Marc sembari tersenyum dan memperagakan jempol dan jarinya membentuk gerakan 'sedikit'.

Tunggu, ada yang aneh pagi ini, pikir Emma. Kenapa Marc pagi ini terlihat lebih tinggi darinya. Semenjak awal mengurusnya, Marc terlihat lebih pendek dan duduk di kursi roda. Kini ia berdiri. Dan terlihat sehat.

"Marc!!!" teriak Emma sadar.
Marc yang mendengar seruan Emma yang terlampau keras itu terlonjak kaget.

"Kau berdiri? Kau berjalan? Tidak ada kursi roda? Tidak ada gip di tangan kanan dan kaki kiri? Kau tadi berlari-lari kecil?" tanya Emma memberondong.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now