Prove

3.4K 262 13
                                    

Marc duduk di kursi empuk berwarna hitam yang muat untuk beberapa orang sembari memperhatikan bagaimana adiknya itu sedang mengelus-elus motor nya yang berwarna biru bernomor 73. Betapa cinta nya Alex pada motor nya itu. Tak kalah pula Marc menatap RC213V nya yang bernomor 93.

"Kalian tidak ingin mengelilingi London kali ini sebelum kita pergi ke Silverstone?" tanya Emilio membawa segelas kecil champagne di tangan kanannya.

"Marc tidak tau arah jalan London. Aku takut nanti dia tidak bisa pulang" ejek Alex tanpa memandang yang disindir.

Marc mengerti siapa yang Alex maksudkan. Di sampingnya ada sebuah bolpoin berwarna hitam. Bukan standart atau pilot.
Spontan saja ia melemparkannya tepat ke arah kepala Alex yang dilanjuti dengan suara aduhan. Alex berbalik menatap Marc dan meringis dengan watados. Wajah tanpa dosa.

Alex punya ide. Ia berjalan mendekati Marc dan duduk disampingnya. Duduk nya sangat dekat dengan Marc sehingga kulit mereka saling bersentuhan. Marc heran, ada apa dengan anak ini. Tak biasanya.

"Ssttt sttt.." bisik Alex agar Marc mendekat.
Marc memajukan telinga nya mengerti akan kode Alex.

"Bagaimana jika kita berkeliling? Kita bisa menemukan wanita yang cantik-cantik dan aduhayyyy" ucap Alex tak berbisik namun setengah berseru. Hal itu pun sukses membuat Marc langsung menjauh dan mengorek telinga nya karena gatal.

"Ah itu hal bodoh. Aku tidak ingin. Seperti tidak punya pekerjaan yang lebih penting saja" tolak Marc melemparkan pandangannya ke arah lain.

"Ayolah. Aku tau dimana Emma tinggal" goda Alex. Ini jurus terakhirnya.

Mendengar penuturan Alex yang membuat dunia Marc gempar, ia tertegun terdiam.

"Sudah beberapa bulan tidak bertemu. Jangan kira aku tidak tau dimana Emma tinggal. Bagaimana?" Alex memainkan satu alis nya naik dan turun.

"Pergi saja sendiri. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi" Marc berdiri dari duduk nya. Ia tidak ingin membicarakan hal itu lagi.

"Yasudah kalau tidak mau. Jangan marah padaku jika aku mendapatkan Emma" ancam Alex.

"Kau yakin Emma akan jatuh cinta padamu?" tanya Marc dengan nada mengejek. Namun tidak menutup kemungkinan ia terkejut akan ucapan Alex karena ia sempat menghentikan langkah nya untuk kabur.

"Tentu. Aku tidak bermain-main untuk mendapatkannya. She is so special. And I like her" Alex berdiri dari duduk nya dan mengambil kunci mobil.

"Cobalah kalau kau bisa..." tantang Marc. Karena ia menganggap dirinya lah yang paling bisa mendapatkan Emma. Alex semakin geram. Marc sudah terperangkap kali ini.

"Sewaktu aku mengantarkannya di bandara, kami sempat berpelukan lama. Sampai orang-orang memperhatikan kita berdua. Hmmm, aku bisa mencium wangi parfumnya, membelai rambut lembutnya, merasakan kehangatan dari tubuh Emma. That's amazing" Alex menceritakannya seakan-akan penuh nafsu membara.
Marc berhenti dan berbalik melemparkan tatapan aneh pada Alex.

Alex mengerti jika kakaknya itu sedang bernegosiasi antara hati dan pikirannya. Tanpa pikir panjang Marc berlari ke arah mobil yang ada di depan Alex.
Alex tak ingin mobil itu dimasuki, ia juga berlari ke dalam dan segera menghidupkan mesin mobil. Namun gagal, Marc berlari dengan cepat dan sudah duduk dengan manis nya di jok samping kemudi. Alex hanya bisa tersenyum puas. Dasar!

***

Emma mempermainkan handphone nya menunggu balasan seseorang yang entah sudah berapa lama ia menunggu nya. Berkali-kali ia berjalan mondar-mandir di depan televisi yang membuat ibu nya itu geram karena tidak bisa menonton serial Uttaran. Eh serial televisi yang ia sukai.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt