Everything Has Changed

3.7K 258 10
                                    

"Saat duniamu mulai jatuh, ingatlah bahwa aku selalu mencintaimu" Emma memperhatikan bagaimana bibir indah milik Marc Marquez itu berbicara.

"Aku tidak percaya denganmu lagi Marc" balas Emma dengan ekspresi datar. Ia memang sudah lelah.

"Percayalah padaku, Emm. Di foto itu memang aku tetapi aku....." belum sempat Marc selesai berbicara, Emma menyela nya.

"Aku akan menjadi cinta terakhirmu, selamanya kau dan aku. Itulah apa yang kau katakan padaku. Sudahlah tidak ada artinya lagi" Emma mengibas-ibaskan telapak tangannya di depan Marc.

"I'm already changed. Jika kita bertemu, kau tidak akan mengenali siapa aku. Belajar dari rasa sakit dan pengalaman adalah guru terbaik. Bukannya aku tidak ingin memperjuangkan kita, tetapi kau tidak mengerti bagaimana perasaanku" Emma membalikkan badan dan berjalan mantap. Rasanya beban berat yang ada di pundak serasa menghilang.

Emma membuka matanya perlahan, jadi itu semua adalah mimpi semata?
Ia menoleh ke arah kiri dan mendapati Farah masih tertidur lelap membelakangi nya. Jam berapa ini? Dari balik gorden kamarnya, sepertinya sudah pagi hari. Tetapi jam di atas meja nya baru menunjukkan pukul 06.00. Masih pagi untuk ukuran orang-orang London.

Emma kembali mengingat-ingat mimpi tadi. Betapa lucunya Marc saat itu. Marc lebih terlihat seperti anak kecil berumur 10 tahun. Lengkap dengan alis nya yang tebal dan bibir yang menurut Emma indah.
Tiba-tiba saja Emma tertawa sendiri. Lucu sekali.
Farah yang mendengar suara tertawaan pun segera membalikkan badan dan menatap Emma yang tertawa dengan mata terpejam. Ia melihat sebuah kilauan bening mengalir dari mata nya perlahan walaupun di kegelapan.

"Emma? Emma? Lo kenapa Emm?" tanya Farah dengan suara serak-serak menjijikkan bangun tidurnya. Sembari menggoyang-goyangkan badan Emma.

Tak ada jawaban namun suara tawa itu masih saja ada. Farah semakin khawatir jika bentakan nya tadi malam itu membuat akal sehat Emma goyah dan you know lah dia jadi apa.

"Emma? Lo kenapa? Bangun woy" seru Farah tepat di depan telinga Emma.

"Lucu banget wajah Marc" balas Emma tidak terlalu jelas karena tawa masih menghiasinya.

"Bangun deh bangun" Farah membantu Emma mendudukkan diri di kasur. Tak lupa ia menyalakan lampu temaram yang berdiri di meja samping tempat tidurnya. Kini ia dapat melihat dengan jelas wajah sahabatnya tersebut.

"Lo kesambet setan apaan sih? Nakutin tau!" tanya Farah was-was.

"Lo kok lucu juga sih hahah--" Emma menunjuk wajah Farah, "--Gue ngimpiin si Marc. Lucu banget deh. Gue say goodbye gitu ke dia. Hmmm" lanjutnya. Emma sepertinya bisa mengendalikan tertawaannya itu kali ini.

"Bagus deh kalo lo bisa move on. Eh by the way, Marc siapa sih? Lo nya gak pernah cerita" Farah memonyongkan bibir nya beberapa senti ke depan.

"Marc Marquez" balas Emma singkat, padat, dan jelas.

"Oh Marc Marquez......." Farah meng-oh-kan ucapan Emma. Ekspresinya pun datar.

Emma mentautkan kedua alis nya. Loh? Kok ekspresinya biasa aja sih? Gak ada kaget-kagetnya sedikit pun. Emma mencoba memandangi Farah lekat-lekat.
Sadar akan siapa yang Emma sebutkan, Farah mendelikkan mata nya. Bibir nya bergetar saat ingin mengucapkan kembali nama yang tadi Emma telah sebutkan.

"M-Marc Marquez?????!!!!" tanya Farah dengan mulut menganga. Emma mengangguk dan tersenyum.

"Giman....."

"Wanjiiiirrrrrrrrr! Bajigurrr! Tai kuda. Anaknya pak lurah beranak berapa tadi malam? Omaigat, sapi nya Parjo pasti mencak-mencak lagi karena bertelur--" Farah mengacak-acak rambutnya, Emma merasa takut akan teriakan Farah yang macam orang gila itu, "--Lo boong yeee?" tanya Farah meyakinkan ucapan Emma.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang