Wildest Dreams

6.7K 444 2
                                    

Selepas kembali menginjakkan kaki di tanah, jantung Emma masih saja berdetak tak karuan. Entah ini karena pengaruh bianglala itu atau pengaruh dari reaksi Marc yang tiba-tiba saja memeluk Emma saat menyaksikan Emma ketakutan.
Mereka kembali berjalan, namun kali ini berbeda. Marc tidak lagi menggengam pergelangan tangan Emma.

"Kau masih ingin meneruskan hari ini?" tanya Marc memberhentikan langkah nya.
Emma terlihat ragu. Jika dipikir-pikir, lebih baik ia meneruskan untuk menaiki semua wahana disini karena Emma terlanjur mupeng berduaan dengan Marc. Dilain sisi, Emma menolak karena ia tahu kapasitas keberanian nya.

Saat Emma ingin menjawab, matanya terfokus pada suatu objek yang menggoda hasratnya.
Komidi putar. Penuh dengan mainan-mainan yang lucu.

"Aku ingin menaiki itu!" seru Emma girang.
Marc mengikuti arah pandangan Emma. Awalnya, Marc tidak yakin pada apa yang ditunjuk Emma.
Komidi putar? Atau orang yang sedang bercumbu di bawah pohon?

"Ayolah..." Emma menarik tangan Marc.

"Kau ingin menaiki ini?" tanya Marc meledek.

"Yee.. Memangnya kenapa?"

Marc berjalan memasuki wahana dengan langkah gontai. Yang benar saja. Marc berumur 23 tahun sedangkan Emma 22 tahun. Dan mereka akan menaiki komidi putar? Yang benar saja!

Mata Emma berbinar saat melihat tempat duduk yang berbentuk kuda poni berwarna pink. Dalam secepat kilat, Emma mendudukinya.
Marc mempererat pemakaian topinya agar dirinya tidak dilihat dengan tatapan aneh oleh orang-orang dan tidak tertangkap basah sedang menaiki sebuah komidi putar.

Selama wahana itu berputar. Emma terus saja meracau tak pasti.
Marc melihat itu sampai-sampai menaikkan satu alisnya. Benar-benar gadis yang tidak bisa ditebak.

"Ayolah Marc! Nikmati saja!" seru Emma.
Walaupun Emma berkata seperti itu berkali-kali, Marc tetap saja tidak akan bisa menikmatinya.

"Aku lebih baik keluar sebentar mencari toilet" alasan Marc untuk bisa keluar.
Emma hanya bisa mengangguk.

Setelah berhasil keluar, Marc mempunyai ide untuk mempersiapkan sesuatu. Marc segera mencari tempat yang ia tuju.

Sudah lebih dari setengah jam Emma bermain komidi putar. Namun ia tak kunjung lelah juga.
Berkali-kali Emma memotret diri sendiri alias selfie diatas kuda poni itu dengan menggunakan kamera milik Marc. Dasar anak desa, masa kecil kurang bahagia.
Saking bahagianya Emma, sampai-sampai ada seorang anak kecil yang ingin menaiki kuda poni itu pun diacuhkan olehnya. Pun anak kecil itu mengadu pada ibunya. Tetap saja Emma kekeuh untuk menjaga singgasana kuda poni nya itu.

Sampai akhirnya Emma tersadarkan jika Marc sudah tidak ada disekitar wahana itu. Emma celingak-celinguk, bisa saja Marc sedang duduk-duduk.
Benar saja, tak ada tanda-tanda makhluk menyebalkan itu.
Emma takut jika terjadi apa-apa dengan Marc, mengingat Marc baru saja sembuh kan?

Dengan berat hati, Emma meninggalkan singgasana nya sang kuda poni pink.
Emma mengedarkan pandangannya ke sekitar, tak ada. Kini Emma sendirian di keramaian itu. Apalagi matahari mulai terbenam.

Perasaan Emma tak enak. Terlebih lagi sepertinya ia merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari jauh. Bayangan negatif Emma sudah bermain nakal di pikiran. Bagaimana jika ia diculik? Lalu diperkosa? Atau lebih parah di mutilasi? Tidak! Emma tidak ingin pulang membawa seorang anak ataupun hanya tinggal nama saja yang bisa pulang ke Indonesia.
Emma benar-benar takut kali ini. Kemana sih Marc?!

Emma memutuskan untuk mulai melangkah dan berniat mencari Marc. Namun perasaan Emma yang mengatakan bahwa ada seseorang sedang mengawasinya semakin menjadi-jadi. Emma berkali-kali menoleh kebelakang untuk memastikan. Dari tadi hanya berfokus melepaskan diri dari seseorang yang mengawasinya sampai Emma tidak tahu dimana ia berada sekarang. Come on! Emma tersesat?

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Onde histórias criam vida. Descubra agora