Satu

23.8K 873 50
                                    

Emma mengetuk-ketukkan bolpoin yang ada disela-sela jari telunjuk dan tengahnya. Entah sudah berapa kali ia ketukan. Namun tak ada satu ide pun yang dapat menempel di otaknya. Farah, teman kantor Emma pun heran melihat tingkah laku sahabatnya ini.

"Gue bakalan bersyukur jika lo bisa dengan tenang menghentikan ketukan benda itu" ucap Farah mendelik tajam pada Emma.

"Ini adalah kebiasaan gue saat mencoba mencari ide. Farah, tolongin gue dong, apa yang harus gue katakan pada Pak Frans?" Emma menatap Farah dengan tatapan memelasnya.

"Apa yang bisa gue lakuin?" Farah menengadahkan tangannya karena kali ini ia benar-benar tidak bisa membantu Emma.

Suara teriakan kehebohan terdengar dari balik cubicle room milik Emma. Suara itu terdengar dekat dari ruang khusus tamu kantor.
Emma terlanjur penasaran dan menengok apa yang sedang terjadi.

Beberapa orang yang ia kenal sedang menyaksikan siaran langsung motogp.
Salah satunya ada Quinn, salah seorang jurnalis paling terkenal seantero kantor sedang ikut ber-euforia diantara para laki-laki yang berdiri dengan tegapnya. Quinn, yang Emma tahu ia adalah gadis berketurunan Spanyol-Indonesia, dapat berbicara bahasa spanyol dengan sangat lancar. Quinn adalah seorang penggemar berat Motogp. Apalagi dengan pebalap dengan nomor 93 yang berjuluk The Baby Alien. Oiya jangan lupa, dia adalah salah satu jurnalis Indonesia yang sudah go international. Mungkin.

Sebagai catatan, Emma belum bisa menandingi rekor Quinn sampai saat ini. Boro-boro go international, Emma membuat headline koran harian saja masih belum becus.
Bagaimana dengan Emma? Yah hanyalah seorang gadis berketurunan Inggris yang bercita-cita menjadi seorang jurnalis sukses bahkan jika bisa ia ingin menjadi aktris di Hollywood sana. Boro-boro menjadi aktris, berpose didepan kamera live dan berbicara menggunakan bahasa inggris saja akan membuat tubuhnya bergetar hebat karena rasa gugup dan akan berkeringat 10x lebih banyak dari biasanya.

"Ayoo Marc!" teriak Quinn girang.
Emma yang melihat ekspresi Quinn hanya bisa mendengus kesal.

"Kenapa? Lo keliatan kesal gitu sama 'The Queen of Journalist' ?" tanya Farah menyebut julukan bagi Quinn.

"Andai saja gue bisa meliput berita-berita hebat seperti dia" Emma menghembuskan nafas beratnya.

"Emma! Datang keruanganku. Sekarang!" perintah Pak Frans yang entah darimana datangnya.

"Mati gue!" Emma menepuk jidatnya sendiri.
Selepas Emma berjalan menuju ruangan bos nya itu, ia melirik ke arah Farah yang sedang memberinya semangat.

Tanpa salam maupun ketuk, Emma masuk begitu saja kedalam ruangan bosnya.
Biarlah, palingan juga ia bakal dapat semprotan seperti biasanya.

"Duduk.." perintah Pak Frans. Emma hanya bisa menurut.

"Emma, kau pasti tau. Kinerja kerjamu menurun.." mulai Pak Frans setelah keheningan melanda mereka.

"Pak, beneran deh suwer! Saya tidak mendapat ide liputan apapun" balas Emma cepat.

"Kau harus membuat headline motogp!"

"Ha?" hanya itu yang dapat Emma ucapkan.

"Marc Marquez! Dia sedang menjadi trending topic diseluruh dunia"

"Ta-tapi Pak..." saat Emma ingin menyanggah, Pak Frans mengeluarkan jurus andalannya.

"Kau harus membuat berita yang hebat. Atau kau akan berakhir menjadi jomblo selamanya karena harus hidup di kantor untuk selama-lamanya dan selama-lamanya!"

Jomblo. Jomblo. Jomblo. Selamanya.
Ah kata-kata itu, Emma membencinya. Dari timur ke barat, selatan ke utara. Dari musim durian hingga musim rambutan tak kunjung Emma dapatkan. Mendapat seorang pacar.
Dan kini, ia sedang menghadapi ancaman untuk menjadi jomblo selamanya.

"Bagaimana bisa? Kita di Indonesia, Marc ada di Italia sana"

"Spanyol" Pak Frans membenarkan ucapan Emma.

"Oke Spanyol. Bagaimana bisa saya kesana Pak????"

"Ngesot! Tentu saja dengan pesawat terbang!" ujar Pak Frans.

"Pesawat terbang? Pak, untuk membeli tiket pesawat ke Bali saja saya ga bisa. Masa harus..." belum selesai Emma menjawab, Pak Frans memotong pembicaraan.

"Biaya kantor. Malam ini kau harus mengepak pakaianmu. Pagi buta kau harus segera berada di bandara. Titik" ucap Pak Frans menskak-mat Emma.

"Bagaimana dengan Quinn? Dia orang Spanyol kan? Dia juga bisa berbahasa spanyol dengan lancar. Dia juga penggemar berat Marquez. Dia bahkan lebih hebat dariku" tolak Emma tidak menyerah.

"Siapa yang aku suruh? Kau atau Quinn? Lagipula aku lebih suka menyuruh seorang jomblo sejati" balas Pak Frans tersenyum mengejek. Ah dasae bos sialan, rutuk Emma dalam hati.

**************
Mengungkap kehidupan pribadi seorang pemenang kejuaraan dunia motogp, Marc Marquez.

Marc membaca headline berita itu dengan emosi yang sudah memuncak di ujung kepalanya. Tempat sampah memang tidak jauh dari sofa putih yang ia duduki sekarang, namun ia tidak peduli akan itu.
Saat ia ingin membuang jauh-jauh berita koran itu, sebuah suara menghentikan aksinya.

"Sudahlah, biarkan saja mereka membuat sebuah berita unik tentangmu" celetuk Emilio Alzamora, sang manager yang sedang menuangkan minuman di belakang Marc.

"Aku sudah tidak peduli dengan semua ini. Mereka seperti ingin menghancurkan kehidupanku!" teriak Marc dan lanjut membuang koran itu jauh-jauh.

"Lihat dirimu. Kau pemecah rekor terhebat. Juara dunia 125cc tahun 2010, juara dunia moto2 tahun 2012, dan juara dunia motogp tahun 2013. Apa yang kurang dari seorang Marquez?" puji Emilio mensesap wine nya.

"Kau bilang berita unik. Sebenarnya apa yang unik?" Marc membalikkan badannya dan memandang Emilio.

"Kau bertanya apa yang mereka mau. All they really want to know is just your private life. That's all" balas Emilio menyandarkan badannya pada meja bar apartemen Marquez.

"Kenapa mereka sangat ingin mengetahui semua hal tentang kehidupan pribadiku? Tak ada lagi kah berita-berita hebat diriku lainnya?" tanya Marc tak puas.

"Mereka sudah mengerti hal hebat dari prestasimu. Hanya saja mereka ingin tahu bagaimana kehidupan pribadimu, dan keadaan yang ada didalam hatimu" Emilio menunjuk dada kanan Marc.

"Apa kau berminat untuk menceritakannya pada mereka?" lanjut Emilio.

"Are you insane?!" seru Marc kesal. Gila saja, ia tidak akan mungkin dan tidak akan pernah mengekspos kehidupan pribadinya. Apalagi mengenai asmaranya.

"Hahah. Kidding man! Relax. Persiapkan dirimu. Sirkuit Jerez menantimu besok" ucap Emilio sebelum meninggalkan Marc sendirian berkutat dengan segala macam pemikirannya.

***************
Emma menarik gagang koper dan menyeretnya perlahan. Serasa bagai akan menjadi anak kos, Emma melangkah berpamitan dengan kedua orangtuanya penuh rasa tidak rela.

Sesampainya Emma di depan ruang tv, ia dikejutkan dengan kedua orangtuanya yang sudah standby disana untuk melepas kepergian anak semata wayangnya itu ke Spanyol.

"Sudah siap?" tanya Julia, ibu Emma.

"Ya. Begitulah" balas Emma tersenyum.

"Biarkan kami mengantarkanmu sampai ke bandara" ucap Rudi, ayah Emma.

"Mom, Dad kalian tidak harus mengantarkanku sampai ke bandara" tolak Emma sopan.

"Jangan membantah. Oke? Please deh kita ini orang tua kamu Emma" ucap Julia memulai ke-alay-annya.

"Hhnggg whatever.." Emma memutarkan bola matanya. Ia benar-benar tidak akan pernah bisa menang berdebat dengan ibunya itu.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora